SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan mencapai puncaknya pada bulan ini, Agustus.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, musim kemarau saat ini lebih basah dibanding musim kemarau tahun sebelumnya.
Hal itu disebabkan oleh masih hangatnya suhu permukaan laut selatan, sehingga pada musim kemarau berpotensi terjadi penguapan yang signifikan, lalu membentuk awan-awan hujan. Kondisi ini didukung pula adanya perlambatan angin di lapisan 700-800 milibar.
"Artinya, walau puncak kemarau, tapi tetap berpotensi hujan, seperti beberapa waktu lalu Yogyakarta diguyur hujan," ungkapnya, Jumat (21/8/2020).
Baca Juga: Cuaca Cerah Hiasi Langit Jakarta di Libur Cuti Bersama Jumat Ini
Reni menyatakan, masyarakat banyak yang menduga bahwa ketika kemarau, maka tidak ada hujan sama sekali. Padahal, kondisi itu belum tentu benar terjadi.
"Jadi musim kemarau pun ada hujan, seperti demikian juga kalau musim hujan, ada cerah berawannya juga. Tidak hujan terus-menerus," terang Reni.
Ia menambahkan, musim kemarau basah seperti sekarang berdampak pada tingginya gelombang di perairan laut selatan. Sebab, angin timur yang bertiup Australia ke Indonesia lewat laut selatan.
"Biasanya di sebelah barat Australia juga tumbuh daerah bertekanan tinggi," kata dia.
Lebih jauh Reni menerangkan, gelombang laut dapat dikategorikan tinggi apabila tingginya mencapai 2,5 sampai 4 meter. Sementara, ketika gelombang memiliki tinggi lebih dari 4 meter, maka dikategorikan sangat tinggi.
Baca Juga: Indonesia Diguyur Hujan Lebat di Musim Kemarau Akibat Perubahan Iklim
"Jika terjadi gelombang tinggi di laut, biasanya kecepatan angin di atas 45-60 Km/ jam. Bisa dikatakan anginnya kencang," ujarnya.
Berita Terkait
-
Jelang Libur Nataru, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo
-
Viral Fenomena Alam bak 'Awan Kinton' Jatuh, Begini Penjelasan BMKG
-
Awas Kehujanan! BMKG Prediksi Hujan di Seluruh Jakarta Sabtu Malam
-
Intensitas Debu Vulkanik Gunung Lewotobi Masih Tinggi, BMKG: Hujan Tak Beri Dampak
-
Peringatan BMKG, Indonesia Diancam Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Antam Berbalik Merosot
-
Maskapai Rela Turunkan Harga Tiket Pesawat Selama Libur Nataru
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali