Scroll untuk membaca artikel
Rima Sekarani Imamun Nissa | Amertiya Saraswati
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 13:40 WIB
Salah satu etalase Tempat Nasi Gratis Jogja. Siapa saja bebas mengisi bantuan berupa nasi bungkus maupun mengambilnya sesuai imbauan yang telah ditentukan. (Instagram/@tempatnasigratisjogja)

SuaraJogja.id - Berbagai cara dapat dilakukan untuk berbagi kepada sesama. Terlebih di masa pandemi virus corona ini, aneka kegiatan donasi makin gencar dilakukan.

Bagi Veronica Christamia Juniarmi, aksi berbagi sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Tak cuma di masa pandemi, perempuan yang akrab disapa Vero ini adalah penggagas dari gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja yang ada sejak Februari 2019 silam.

Saat mengunjungi kantor Suarajogja.id pada Sabtu (15/8/2020) pekan lalu, Vero membagikan kisahnya dengan antusias. Keinginan Vero untuk berbagi ternyata muncul karena hobinya mencari kuliner malam.

Suatu malam saat berburu nasi padang, Vero menyadari jika ada orang-orang di luar sana yang mencari nafkah hingga malam tapi tak kunjung mendapatkan penghasilan. 

Baca Juga: Meski Pandemi Corona Belum Usai, Pasar Basah Ini Masih Jual Makanan Ekstrim

"Selama beberapa hari saya selalu lihat ada bapak-bapak yang malam masih jualan barang, kayaknya udah jualan dari pagi tapi belum kebeli, jadi saya ngerasa ingin bantu apa....," kenang wanita 30 tahun itu.

Vero juga ingin agar bantuan tersebut menjangkau banyak orang. Namun, hal ini tak mudah dilakukan. Saat melakukan riset via internet, Vero menyadari jika belum ada komunitas di Yogyakarta yang bisa mewujudkan keinginannya.

Sebaliknya, Vero malah menemukan komunitas bernama Tempat Nasi Gratis di Bandung. Dari sini, Vero pun berpikir untuk menerapkan konsep serupa di Yogyakarta.

Awal mula berdirinya Tempat Nasi Gratis Jogja

Proses Vero membangun gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja penuh jatuh-bangun. Sejak 2018, Vero sudah berusaha untuk mencari tempat meletakkan etalase pertama. Namun, niat baiknya itu ditolak.

Baca Juga: WHO: Meski Pandemi Covid-19, Vaksinasi Influenza Harus Tetap Jalan!

"Ternyata Tempat Nasi Gratis Jogja tidak bisa langsung diterima banyak orang. Ketika mempresentasikan pertama kali ingin menaruh etalase di situ, ternyata nggak gampang. Banyak yang menolak dengan alasan beragam."

Dari cerita Vero, tidak semua orang ternyata bisa menerima istilah gratis. Ada juga yang takut jika etalase tersebut mengganggu aktivitas sekitar.

Etalase pertama Tempat Nasi Gratis Jogja baru berdiri pada Februari 2019. Setelah banyak ditolak, Vero memutuskan untuk membuka etalase pertama di Jalan C. Simanjuntak, Yogyakarta, tepatnya di YAP Square.

"Saya juga mengajar bahasa Inggris untuk teman-teman difabel netra di sana, jadi tahu tempat itu sudah cukup lama dan saya kenal dengan pemilik YAP Square," beber Vero.

Perempuan 30 tahun ini menjamin jika dirinya tidak akan mengganggu kegiatan apa pun. Untunglah, permintaan Vero kali ini disetujui oleh pemilik YAP Square.

Meski begitu, tantangan yang dihadapi Vero belum usai sampai di sini. Karena tidak ada komunitas serupa di Yogyakarta, Vero harus berusaha lebih dulu untuk memperkenalkan maksud dan tujuan Tempat Nasi Gratis Jogja.

Etalase pertama komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja yang terletak di YAP Square, Jalan C. Simanjuntak, Yogyakarta. (Instagram/@tempatnasigratisjogja)

"Mulai dari bikin Instagram, beli etalase, sampai mengisi etalase untuk 1-2 bulan pertama, untuk meyakinkan dan fotonya ditaruh di IG, biar orang-orang percaya ini benar-benar gratis. Jadi memang harus modal sendiri dulu," tambah Vero.

Tidak hanya itu, Vero dibantu oleh temannya, Minasri Saidjo, yang kini juga merupakan anggota Tempat Nasi Gratis Jogja. Wanita yang biasa disapa Mina adalah teman Vero dari organisasi Brailleiant Indonesia.

"Kebetulan saat itu kita sedang berbincang-bincang. Kita bikin apa, ya, yang sekiranya bisa bermanfaat untuk teman-teman atau orang lain di sekitar kita selain komunitas sebelumnya?" jelas Mina.

Mina pun mengakui jika salah satu tantangan dalam mendirikan Tempat Nasi Gratis Jogja adalah soal edukasi. Masih ada warung yang kadang takut tidak mendapat rejeki karena adanya gerakan nasi gratis.

"Jadi kadang kita memberikan pengertian agak sulit di situ. Itu tantangan buat kita," imbuh Mina.

Seperti Vero, Mina juga memiliki jiwa sosial tinggi. Brailleiant Indonesia adalah komunitas yang bergerak di bidang difabel netra. Komunitas ini didirikan oleh Vero, sementara Mina pernah menjabat sebagai ketua.

Proses menyumbang dan mengambil nasi di etalase sendiri cukup simpel. Awalnya, Vero memang mencoba untuk mengawasi etalase pertama. Namun, kehadirannya membuat orang lain segan mengambil.

Akhirnya, Vero memutuskan untuk memberikan imbauan, baik bagi orang-orang yang mengisi stok nasi maupun mereka yang mengambil nasi gratis. Meski tidak diawasi, Vero berharap agar imbauan itu bisa dipatuhi.

Bagi mereka yang ingin berbagi, dipersilakan untuk datang langsung ke etalase. Syaratnya, makanan yang diberikan harus bersih, halal, sehat, dibungkus, dan dilengkapi alat makan.

Sementara bagi yang ingin mengambil, wajib mengikuti syarat maksimal satu orang ambil satu dan tidak mengambilkan orang lain. Vero lebih memilih setiap orang mengambil untuk diri mereka sendiri.

"Tujuan utama kita adalah berbagi, jadi semakin banyak yang ambil semakin baik, jangan cuma satu orang saja yang kenyang," kata Vero.

Untunglah, gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja mulai dikenal dua bulan kemudian. Selain mendapat sumbangan etalase gratis dari temannya, donasi terus mengalir hingga sekarang.

Etalase juga bukan satu-satunya cara Vero dan komunitasnya untuk berbagi. Sejak tahun 2019, Vero dan teman-temannya sudah melakukan kunjungan ke panti jompo, panti asuhan, dan kegiatan khusus misalnya saat hari besar.

Salah satu contohnya, Vero menggunakan momen bulan puasa kemarin untuk bagi-bagi nasi selama 30 hari penuh di berbagai titik di Yogyakarta.

Terkadang, Vero juga ikut membeli atau nglarisi dagangan para penjual. Alasannya, Vero ingin mengapresiasi mereka yang masih gigih berjualan dan bekerja bahkan di masa pandemi.

Pandemi menjadi momen untuk makin gencar berbagi

Tidak bisa dipungkiri, masa pandemi juga mengubah cara komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja dalam berkegiatan. Di tengah kebijakan pembatasan sosial, banyak warung makan tutup dan ekonomi pun ikut terdampak.

"Jadi kami berusaha untuk tetap menjaga yang di jalan masih bisa kerja, tapi yang warung juga masih bisa jualan dengan cara membeli nasi bungkus mereka," jelas Vero.

"Kami sangat yakin bahwa orang Jogja jiwa sosialnya tinggi banget, nggak cuma orangnya saja yang bikin istimewa, warung-warung dan penjualnya juga. Walau mereka di posisi yang nggak mudah ekonominya, tapi mereka masih berempati, bersimpati ke sekitar dengan melebihkan nasi bungkus yang kami pesan."

Masa pandemi juga membuat gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja makin populer. Orang-orang yang ingin berbagi tapi takut berkontak langsung dapat memanfaatkan etalase Tempat Nasi Gratis Jogja sebagai sarana berbagi.

Veronica Christamia Juniarmi, penggagas gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja. (Suara.com/Dewi Yuliantini)

Masyarakat juga tidak perlu takut donasi mereka disalahgunakan. Paham benar bahwa ini merupakan masa-masa sulit, Vero ingin agar uang yang susah-susah didapat dan didonasikan bisa tepat pada sasaran.

"Kami ingin memberitahu bahwa etalase ini bisa beradaptasi dengan masa pandemi. Dengan adanya etalase, dan (letaknya) di tempat-tempat yang tepat sasaran, jadi lebih mudah untuk berbagi," ungkap Vero berharap.

Untungnya, jumlah orang yang memberikan sumbangan nasi gratis kini makin banyak. Namun, mereka yang mengambil juga makin bertambah. Selain tukang becak, pengamen, tukang rongsok, ada pula para pengendara ojek online dan mahasiswa rantau.

Meski demikian, Vero memahami. Menurutnya, tidak ada yang salah karena kondisi saat ini memang membuat banyak orang kesulitan terutama dalam hal pangan.

Makin melebarkan sayap

Saat ini, anggota tetap tim Tempat Nasi Gratis Jogja memang hanya tiga orang. Namun, Vero pribadi berharap agar idenya ini mampu diterapkan di daerah lain.

Selain Jogja, etalase Tempat Nasi Gratis juga sudah dibuka di Bandar Lampung dan Bali. Ada pula yang berminat membuka di Jakarta, tapi masih terkendala kondisi orang-orang di sekitar.

Vero tidak memungkiri jika pembukaan etalase untuk berbagi nasi harus dipikirkan matang-matang sebelumnya. Kadang, ada kendala dari warga yang punya usaha makanan dan takut tidak laku.

Selain itu, Vero juga punya kesibukan lain, yaitu mengajar. Meski saat ini berada di Indonesia, Vero ternyata mengajar bahasa Indonesia di sebuah kampus di provinsi Yunan, China.

Pandemi virus corona memaksa Vero untuk kembali ke Indonesia sementara waktu. Namun, selama dirinya di China, gerakan Tempat Nasi Gratis Jogja pun tetap berjalan dan diurus oleh Mina.

"Saya handle sendiri, tapi saya selalu komunikasi dengan mbak Vero. Kalau ada apa-apa saya selalu komunikasi," jelas Mina.

Veronica Christamia Juniarmi dan salah satu anggota komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja, Minasri Saidjo, saat mengunjungi kantor Suarajogja.id, Sabtu (15/8/2020) pekan kemarin. (Suara.com/Dewi Yuliantini)

"Ada kesulitan tapi tidak terlalu berarti. Tenaga terutama, karena saya di sini cuma sama Mbak Vero yang biasanya jalan berdua, saat Mbak Vero di China saya harus sendiri."

Seperti Vero, Mina juga berharap agar anak-anak muda Indonesia yang masih sehat dan semangat mau membuat kegiataan yang bermanfaat. Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga orang lain.

"Jadi harapannya, tempat nasi gratis ini bukan cuma saya atau Mbak Vero saja, tapi di luar sana juga ada. Nggak hanya di Jogja, di luar Jogja juga ada. Jadi kita bisa lebih banyak berbagi dan bermanfaat untuk orang lain," ungkap Mina.

Tempat Nasi Gratis Jogja sendiri sekarang sudah memiliki total 10 etalase. Lokasinya tersebar di YAP Square, Janti, Gedongkuning, Ambarrukmo, Gejayan, Lempuyangan, Malioboro, Jakal, Godean, dan Seturan.

"Sekarang semakin banyak yang tahu dan percaya pada etalase kami untuk jadi sarana mereka berbagi," ujar Vero.

"Kami senang ketika kami isi nasi ternyata di etalase sudah ada yang isi duluan. Jadi kami tidak khawatir lagi dengan (stok) nasi itu sendiri," tuturnya kemudian.

Load More