Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 19:22 WIB
Tokoh Dian di film Tilik - (YouTube/Ravacana Films)

SuaraJogja.id - Film Tilik mulai banyak diperbincangkan, setelah diunggah secara legal di akun YouTube Ravacana Films. Meskipun banyak dipuji karena ceritanya menggelitik, ada juga warganet yang cukup kontra dengan akhir film garapan sineas lokal ini.

Selama beberapa hari, film Tilik berhasil menduduki tangga trending topic di media sosial Twitter. Tokoh Bu Tejo dalam film berdurasi 30 menit tersebut juga banyak diperbincangkan oleh warganet.

Sebelum banjir pujian dari warganet, film ini terlebih dahulu mendapat beragam penghargaan sebagai pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018, hingga Oficial Selection World Cinema Amsterdam 2019.

Selain terbukti menerima beragam penghargaan di tingkat nasional hingga internasional, beberapa hal lainnya menjadi alasan kenapa film Tilik begitu dipuji dan digemari oleh masyarakat umum.

Baca Juga: Sehari Dua Kali, Kebakaran di Bantul Hanguskan Rumah dan Rumpun Bambu

Tilik dianggap sebagai film yang dihiasi pemain seniman lokal dengan kualitas akting bintang lima dan logat bahasa Jawa yang tidak dibuat-buat. Penggunaan dialek khas Jogja, khususnya Bantul, yang ditampilkan membuat penonton lebih nyaman dan menikmati alur cerita.

Ada juga warganet yang berpendapat, Tilik menjadi bukti bahwa film pendek, jika dikerjakan dengan usaha ekstra, akan menghasilkan karya luar biasa, baik dari segi media relation, komunitas, media sosial, dan berbagai gimmick media.

Peran Bu Tejo yang dimainkan oleh Siti Fauziah atau Ozie juga menuai banyak pujian. Pembawaannya dalam memerankan tetangga Jawa yang julid serta suka pamer dinilai sangat sukses, terutama dialek dan logat yang digunakan juga sangat relevan.

Quote film Tilik - (YouTube/Ravacana Films)

Namun di balik beragam pujian yang diberikan kepada film Tilik, ada juga beberapa pendapat kontra yang dilayangkan warganet. Salah satu yang menjadi bahasan adalah akhir cerita film ini.

Di akhir cerita diperlihatkan sosok Dian, yang di sepanjang jalan menjadi perbincangan warga, masuk ke dalam sebuah mobil jenis sedan. Di dalam mobil tersebut ada pria yang diduga mantan suami Bu Lurah. Tidak hanya bercakap, mereka berdua juga menunjukkan kemesraan.

Baca Juga: Fakta Menarik Karakter Bu Tejo, Tukang Gosip di Film Tilik yang Viral

Adegan itu cukup menjadi perdebatan di antara warganet. Ada yang menjadi bingung dengan akhir cerita tersebut. Namun, ada juga yang mengambil kesimpulan bahwa semua yang disampaikan Bu Tejo selama berada di perjalanan terbukti benar.

"Kelar ha ha hi film pendek tilik aku ke ganggu parah sih sama adegan akhir mb Dian. Hash sutradaranya. yaaaa ttp aja dari semua adegan, ada adegan kesukaan pilem tilik hanya saat ibuibu ngegas sama isilop. Di GAS AE BU. SAMBIL TERIAK ACAB ACAB GITU DONG. Wkwk," kicau @ama***.

"Baiqlah TILIK unik bgt, baru sadar pas akhir, jalan ceritanya tu tentang dian yagasi? dadi mangkel ra mangkel si karo bu tejo, mbuh ah mumet," tambah @cob***.

Dalam film, Bu Tejo menyebutkan Dian sebagai wanita penghibur, memakai susuk, sempat hamil, dan akan menikah dengan Fikri. Meskipun ditampilkan akhir yang mengejutkan, tetapi tidak ada bukti konkret bahwa perkataan Bu Tejo adalah sebuah fakta.

Ada juga warganet yang berpendapat bahwa apa yang dilakukan Dian di dalam mobil bersama pria bernama Minto, yang disebut sebagai ayah Fikri, anak Bu Lurah, bukanlah hal yang salah.

"Baru nonton "Tilik". Cukup rame soal endingnya. Tanya: sejauh yg ada di (akhir) film, di bagian mana omongan Bu Tejo ttg Dian terbukti benar? Apa yg salah dgn hubungan romantis Dian dgn lelaki tua itu? Krn dia mantan suami Bu Lurah? Mbok y g usah berprasangka seperti Bu Tejo lah~" cuit @the***.

Sejak awal, Bu Tejo sendiri menyebutkan bahwa Bu Lurah sudah tidak memiliki suami, yang mengindikasikan telah terjadinya perpisahan.

Quote film Tilik - (YouTube/Ravacana Films)

Kebersamaan Dian bersama dengan mantan suami Bu Lurah lantas menimbulkan persepsi bahwa pendapat Bu Tejo mengenai Dian sebagai wanita simpanan adalah hal yang benar. Apalagi, tak sedikit warganet yang mengaku mulanya membenci Bu Tejo karena memiliki mulut tajam, tetapi kemudian berubah membenci Dian karena dianggap sebagai perebut suami orang.

Pendapat lainnya menyebutkan, film Tilik berisi mengenai Bu Tejo yang tengah membicarakan keburukan Dian. Sementara, masyarakat setelah melihat film itu menjadi ikut membicarakan Bu Tejo, sehingga Tilik dianggap sukses mengajak orang untuk ikut berpendapat.

Kata produser soal kisah Dian

Bumbu-bumbu cerita yang menyertai film, seperti kisah Dian, yang ternyata banyak dipersepsikan sebagai perebut laki orang alias pelakor, rupanya makin membuat film ini menarik bagi masyarakat.

Padahal, kisah Dian yang ditampilkan di akhir film tersebut menyertakan pesan moral akan kemerdekaan dalam kemandirian, yang seharusnya dimiliki perempuan, tanpa bergantung pada laki-laki.

Elena Rosmeisara, produser film pendek Tilik - (SuaraJogja.id/HO-dok Elena)

Produser film Tilik, Elena Rosmeisara, saat dihubungi, Kamis (21/8/2020) sore, mengungkapkan, inspirasi tersebut didapat Elena, sutradara Wahyu Agung Saputro, dan penulis naskah Bagus 'Bacep' Sumartono dari ketiga ibu mereka masing-masing, yang merupakan perempuan mandiri di mata anak-anaknya.

Hidup tanpa suami tak membuat ibu ketiganya lemah, melainkan justru menjadi wanita mandiri yang merdeka akan pilihan hidupnya.

"Kami sebenarnya tidak ingin ada stereotype lain dalam film ini tentang pelakor, tapi kembali kami membebaskan interpretasi penonton melihat film. Namun, ada pesan tentang perempuan yang bisa mandiri untuk memilih apa yang diinginkan tanpa embel-embel laki-laki. Dasarnya adalah, produser, penulis, sutradara punya ibu single semua. Meski janda semua, tapi ternyata [ibu kami] bisa hidup tanpa ada laki-laki, dan mereka punya kemerdekaan atas dirinya sendiri," tandasnya.

Load More