SuaraJogja.id - Jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang tertular COVID-19 terus bertambah, demikian juga kasus berujung meninggal dunia pada nakes, baik yang merupakan dokter maupun tenaga lainnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman mengambil sejumlah langkah untuk menekan angka tersebut di tingkat wilayah kabupaten.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman Shavitri Nurmala mengatakan, sejumlah langkah yang ditempuh Pemkab diterapkan baik di rumah sakit (RS) hingga fasilitas kesehatan (faskes) seperti Puskesmas dan Asrama Haji.
"Semua nakes dan tenaga yang bekerja di faskes harus menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai levelnya. Penggunaan dan pelepasan APD harus sesuai prosedur," kata dia, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga: Pandemi, Ahli Lebih Khawatir Anak-Anak Terkena Campak Daripada Covid-19
Ia menambahkan, tata kelola sampah medis, termasuk APD, harus terjamin sejak pengumpulan hingga pemusnahan.
Kebijakan lainnya, tiap nakes yang terindikasi positif COVID-19 harus segera diisolasi.
Bagi yang memiliki kontak erat harus menjalani karantina serta ditracing secara ketat.
Setiap faskes juga mengupayakan agar setiap cohorting terus terjaga dan ditingkatkan.
"Apabila di sebuah faskes terindikasi terjadi penularan setempat, maka dinas kesehatan melakukan pemeriksaan ke faskes tersebut, tentang penerapan program PPI," terang Evie.
Baca Juga: Fahri: Pak Jokowi yang Terhormat, Mohon Perhatian Atas Keselamatan Nakes
Sementara itu, kala ditanya ketersediaan APD di Sleman, Evie menyatakan bahwa sejauh ini ketersediaan APD bagi nakes masih aman sampai akhir Desember.
"Dengan catatan, tidak ada lonjakan kasus yang drastis," ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Puskesmas Mlati II Veronica Evita Setianingrum membenarkan, hingga saat ini ketersediaan APD di Puskesmas masih mencukupi.
Upaya untuk mengecek kesehatan nakes juga terus dilakukan, mulai dari rapid test dan swab test secara berkala bagi seluruh karyawan.
Sejauh ini, puskesmas yang ia pimpin sudah menyelenggarakan tes rapid sebanyak lima kali dan swab sebanyak dua kali.
"Kalau yang sedang hamil, tidak melayani pasien yang skrining COVID-19. Kami ada poli khusus untuk skrining COVID-19," ungkap Evita lagi.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Pandemi, Ahli Lebih Khawatir Anak-Anak Terkena Campak Daripada Covid-19
-
Fahri: Pak Jokowi yang Terhormat, Mohon Perhatian Atas Keselamatan Nakes
-
Risiko Tertular Covid-19 di Kabin Pesawat, Batita 17 Bulan Jadi Influencer
-
Keren, 3 Nakes Ini Luwes Peragakan Cara Cuci Tangan Pakai Dance K-Pop
-
8 Tenaga Kesehatan Tertular Covid-19 saat Hendak Operasi Pasien
Terpopuler
- Pramono Ajak Anies Nobar Persija di JIS: Sekarang Tuan Rumahnya Saya, Bukan yang Bikin Nggak Nyaman
- 1 Detik Jay Idzes Jadi Pemain Udinese Langsung Cetak Sejarah Liga Italia
- Penyerang Rp1,30 Miliar Urus Naturalisasi, Lini Serang Timnas Indonesia Makin Ganas
- 9 Mobil Bekas Merek Xenia Harga di Bawah Rp60 Juta, Cocok Jadi Kendaraan Keluarga
- Tecno Pova Curve 5G Lolos Sertifikasi di Indonesia: HP Murah dengan Layar Elegan
Pilihan
-
Perintah Hemat Prabowo Mulai Longgar, Sri Mulyani Buka Blokir Anggaran Rp129 Triliun Bagi 99 K/L
-
Cukai Minuman Manis Batal Berlaku di 2025
-
Ekonomi Loyo, Pajak Ambles Rp77 Triliun: APBN Mei 2025 Minus!
-
Perang Iran-Israel Bikin Sri Mulyani Was-was, Kenapa?
-
Here We Go! Jaka Pindah ke Leeds United, Jay Idzes Direkrut Udinese?
Terkini
-
Trauma Korban '98 Dibunuh Dua Kali? Sejarawan Kecam Pernyataan Fadli Zon Soal Pemerkosaan Massal
-
Perang Iran-Israel Ancam Indonesia, Pakar Perdamaian Minta Prabowo Serukan Gencatan Senjata
-
Pengemudi Diduga Mabuk Tabrak Motor di Sleman: Korban Luka Serius, Polisi Temukan Botol Miras
-
Sinyal Kuat Jokowi ke PSI: Karpet Merah Menanti, Tapi Bukan Jaminan Menang
-
Dorong Korban PHK Jadi Wiraswasta, Ketua DPRD Sleman: Dana JHT Bisa Jadi Modal Awal