SuaraJogja.id - Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan. Namun ditengah perayaan ini, pemerintah justru mengeluarkan berbagai kebijakan yang memicu kontroversi dan membebani masyarakat, mulai dari pajak yang mencekik, kenaikan harga pokok hingga isu sosial lain yang minim perhatian.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam Pidato Kebangsaan, Sabtu (16/8/2025) mengingatkan agar para elite untuk melakukan refleksi.
Sebab meski bangsa ini telah menoreh banyak capaian, tantangan besar justru datang dari dalam seperti penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan dominasi oligarki.
"Ketika hari ini kita merayakan Indonesia Merdeka, sebagian anak bangsa tidak menghayatinya sepenuh jiwa-raga, seakan momentum kemerdekaan itu berlalu begitu saja tanpa makna dan sukma," paparnya.
Menurut Haedar, kemerdekaan yang sudah memasuki usia delapan dasawarsa seharusnya menjadi penanda kedewasaan bangsa. Tetapi pada kenyataannya justru menunjukkan paradoks.
Padahal perjuangan rakyat Indonesia di masa lalu sangat berat. Ratusan tahun Nusantara diperas penjajah Portugis, Belanda, Inggris, hingga Jepang.
Dari semua itu, Belanda menjadi kolonialis yang paling lama bercokol dan meninggalkan penderitaan mendalam.
"Ketika terjadi berbagai penyalahgunaan dalam praktik berbangsa bernegara, justru 80 tahun Indonesia merdeka jelas paradoks luar biasa. Padahal di masa lalu betapa pedihnya perjuangan rakyat dan para pejuang negeri tercinta demi Indonesia merdeka. Sungguh, sangat menderita rakyat Indonesia," ungkapnya.
Haedar mengutip kisah Eduard Douwes Dekker dalam Max Havelaar yang menggambarkan praktik tanam paksa, korupsi pejabat, hingga politik pecah belah kolonial.
Baca Juga: Bendera One Piece Berkibar: Rektor UMY Ingatkan Pemerintah Soal Ini
Menurutnya, wajah-wajah penindasan itu bisa muncul kembali dalam bentuk baru jika bangsa ini lengah.
Politik devide et impera menjadi senjata paling ampuh kolonial dalam memecah belah bangsa.
Hal itu tak boleh terulang, apalagi melalui praktik politik kekuasaan modern yang justru menjauhkan bangsa dari cita-cita kemerdekaan.
"Di tengah ganasnya perlakuan penjajah, tidak sedikit di sejumlah daerah ada oknum raja-raja dan pejabat-pejabat pribumi oportunis yang memihak kolonial demi meraih keuntungan sesaat," ungkapnya.
Haedar juga menyinggung praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan oligarki politik ekonomi yang menjadi ancaman nyata terhadap kedaulatan rakyat saat ini.
Penghamburan uang negara dan dibiarkannya kesenjangan sosial hanya akan memperdalam jurang ketidakadilan
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda
-
Komdigi Tegaskan Pembatasan Game Online Destruktif, Gandeng Kampus dan Industri Optimasi AI
-
Anak Kos Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp 299 Ribu Siap Bikin Akhir Bulan Aman, Sikat 4 Link Ini!
-
Kabel Semrawut Bikin Jengkel, Pemkab Sleman Ancam Stop Izin Tiang Baru dari Provider
-
Geger! Rusa Timor Berkeliaran di Sleman, Warga Panik Cari Pemilik Satwa Liar yang Lepas