Scroll untuk membaca artikel
Rima Sekarani Imamun Nissa | Amertiya Saraswati
Jum'at, 11 September 2020 | 16:05 WIB
Agustin Yustina bersama Flo Putri Arum, anggota komunitas Perempuan Tattoo Indonesia (PTI). (Suara.com/Sulityo Jati)

Flo mengenal komunitas Perempuan Tattoo Indonesia setahun setelah Agustin mendirikannya. Saat itu, Flo lebih sering bergabung di Omah Kreatif sebagai seorang ibu muda.

"Kenal PTI dari Mbak Agustin, awalnya saya kira Mbak Agustin, ya, cuma, 'Oh, orang yang bertato'. Tapi saya nggak tahu kalau Mbak Agustin punya komunitas PTI ini."

Setelah kenal dan sering membantu, Flo pun turut bergabung dalam Perempuan Tattoo Indonesia. Kadang, orang-orang pun membicarakan dia dan menyebut dirinya terlalu banyak main dengan orang bertato.

"Mereka nggak tahu kalau saya juga ada kegiatan juga di Perempuan Tattoo Indonesia. Ya, udah. Nggak usah digubris," kata Flo soal stigma berteman dengan orang bertato.

Baca Juga: Cilik tapi Berani! KetjilBergerak Warnai Jogja dengan Seni dan Berbagi

Menurut Flo, masyarakat masih terlalu cepat dan mudah menilai seseorang yang bertato. Padahal, lewat PTI, Flo juga mendapat manfaat positif.

Aksi sosial komunitas Perempuan Tattoo Indonesia (PTI) di tengah pandemi Covid-19. (Kolase Instagram/@perempuantattoo.ind)

"Kalau saya pribadi, perempuan atau laki-laki yang bertato itu tergantung orangnya. Contohnya PTI sendiri, dia berkegiatan, dia langsung turun untuk membuat contoh nyata bahwa tato bukan kriminal yang sering masyarakat dengar."

Flo juga menyebut tato sebagai bentuk seni yang berbeda dengan seni lainnya lantaran langsung dibuat di kulit dan ada untuk seumur hidup. Namun uniknya, meski tergabung dalam PTI, Flo sama sekali belum berniat untuk membuat tato.

"Saya pribadi nggak dulu (bikin tato) untuk saat ini. Karena saya ingin membuat orang (paham), kalau orang bertato dan tidak bertato tetap bisa bersanding," ujar Flo seputar kedekatannya dengan Agustin.

Dengan menunjukkan dirinya yang tidak bertato tapi bergabung dengan komunitas tato, Flo berharap dapat membantu mendobrak stigma yang ada di masyarakat.

Baca Juga: Dulu Kumuh, Komunitas Bendhung Lepen Ubah Selokan Mrican Jadi Objek Wisata

"(Orang bertato dan tidak bertato) tetap bisa hidup normal tanpa sikut-sikutan atau nggak ada yang namanya kalau kata orang Jawa, 'Kowe tatonan, kowe ojo neng jejerku' (Kamu tatoan, kamu jangan duduk di sampingku-red),” tutup Flo soal stigma yang ingin dipatahkannya bersama Perempuan Tattoo Indonesia.

Load More