SuaraJogja.id - Tidak ada habisnya permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul. Mulai dari minimnya air bersih yang dapat digunakan hingga air lindi yang terus merembes jadi masalah yang belum terselesaikan.
Staf Lurah Sitimulyo, Lilik Purwoko, mengatakan penanganan terhadap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar TPST sejak dulu hingga sekarang tidak jauh berbeda. Malah pihaknya merasa sebelum masuk di tahun 2014 penanganan TPST dianggap lebih baik ketimbang sekarang.
"Kami rasa sebelum tahun 2014 memang lebih bagus, karena proses untuk sampah semacam diberikan peralon-peralon yang menghadap ke atas untuk pembuangan gas. Namun untuk yang baru sekarang ini tidak ada," kata Lilik kepada awak media, Jumat (11/9/2020).
Lilik khawatir jika hal itu akan dibiarkan terus menerus justru akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan dalam waktu ke depan. Menurutnya akan lebih baik jika memang gas yang ada di dalam tumpukan sampah itu dibuang seperti sebelumnya.
Masalah lain yang menjadi sorotan yakni limbah yang dari sejak dulu hingga sekarang tak pernah dituntaskan. Dikatakan Lilik, masyarakat khawatir bahwa parit yang berada di timur TPST yang tidak memiliki saringan akan ikut tercemar.
Lebih lanjut dijelaskan Lilik, terdapat dua jalur yang memang ada di TPST Piyungan. Pertama adalah jalur pipa-pipa yang sudah dipersiapkan untuk menuju bak lindi itu sendiri yang sudah terdapat pengurainya. Namun yang kedua justru langsung mengarah ke parit di sisi timur.
Kekhawatiran warga bukan tanpa alasan, pasalnya setiap musim hujan datang air limbah itu pasti meluap. Belum lagi ditambah dengan limbah medis yang dulu sempat ikut terbawa selain botol kaca dan besi.
"Dulu namanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sekarang jadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) nah itu yang diolah apanya sebenarnya di sini? Kalau kami tanya apakah ada pengolahan limbah, jawabnya pasti tidak ada, hanya pengurai saja," tuturnya.
Ditambahkan Lilik, sudah sejak lama beberapa sumur warga yang tidak bisa digunakan lagi karena tercemar. Tercatat sudah ada tiga dusun yakni Nglengkong, Ngablak dan Banyakan III yang airnya dinyatakan tidak layak konsumsi.
Baca Juga: Sadis! Bapak Harus Bertarung dengan Anaknya Sendiri di Pilurdes Bantul
Kendati banyak persoalan yang belum terselesaikan hingga sekarang, Lilik mengaku warga sekitar area TPST Piyungan tidak berencana untuk pindah atau bahkan menolak. Dikatakan bahwa warga sudah pada taraf menerima apa yang ada di sekitar lingkungannya.
"Warga dari awal juga tidak menolak malahan sekarang mereka sudah melihat keberadaan TPST ini sebagai peluang, ada yang menjadi juragan rongsok hingga pemulung," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Eks Parkir ABA di Jogja Disulap Jadi RTH, Ini Target & Kapasitas Parkir Pengganti
-
Seleb TikTok Gunungkidul Diduga Tipu Puluhan Juta, Bisnis Celana Boxer Berujung Penjara?
-
Revisi KUHAP: Dosen UGM Ungkap Potensi Konflik Akibat Pembatasan Akses Advokat
-
5 Rekomendasi Hotel di Penang yang Dekat dengan RS Gleneagles
-
DIY Genjot Sertifikasi Dapur MBG: Cegah Keracunan Massal, Prioritaskan Kesehatan Anak