Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 23 September 2020 | 09:32 WIB
Ilustrasi sarung tangan dan masker medis. (Pixabay/leo2014)

SuaraJogja.id - Hasil penelusuran lanjutan terhadap temuan kasus positif Covid-19 di Puskesmas Wirobrajan menunjukkan bahwa operasional puskesmas ini masih harus ditutup.

Penutupan Puskesmas Wirobrajan telah dimulai sejak Sabtu (19/9/2020), dan seharusnya puskesmas dibuka pada Selasa (22/9/2020), tetapi kini Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memutuskan untuk memperpanjang penutupan operasional puskesmas.

“Penutupan dilakukan sampai Kamis (24/9). Harapannya, bisa dibuka kembali mulai Jumat (25/9),” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Ariyani di Yogyakarta, Selasa (22/9/2020).

Emma mengatakan, berdasarkan hasil penelusuran, seluruh pegawai di puskesmas tersebut memiliki kontak erat dengan delapan pegawai yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19.

Baca Juga: 360 Nakes di DIY Terpapar Covid-19, Sebagian Diisolasi di Shelter Tegalrejo

Itu sebabnya, seluruh tenaga medias tenaga medis dan pegawai lain di puskesmas tersebut menjelani uji swab pada Selasa (22/9).

“Tentu saja, kami berharap hasil uji usap untuk pegawai lain ini menunjukkan hasil negatif. Jika demikian, maka puskesmas bisa dibuka kembali pada Jumat,” katanya.

Namun, jika hasil tes mengungkap penambahan kasus positif Covid-19 dari tenaga kesehatan atau pegawai di puskesmas tersebut, maka mereka harus menjalani isolasi dan bekerja dari rumah.

“Untuk delapan tenaga kesehatan dan pegawai yang sudah terlebih dulu terkonfirmasi positif, kondisi mereka semuanya baik dan tidak menunjukkan gejala apapun,” katanya.

Sementara untuk Puskesmas Gedongtengen, kata Emma, sudah bisa membuka layanan pada Selasa (22/9) meski secara terbatas karena hanya tersisa satu dokter yang bisa memberikan pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 DIY Meningkat, Pelanggar Protokol Kesehatan Malah Bertambah

Diberitakan ANTARA, Emma menilai, potensi paparan di puskesmas cukup tinggi karena saat ini banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala apa pun.

“Kita tidak tahu siapa saja yang positif sampai menjalani tes swab,” tutur Emma.

Dia mengatakan, seluruh tenaga kesehatan di puskesmas sebenarnya sudah menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan dan menjalankan protokol kesehatan.

Namun ia menduga, penyebaran virus kemungkinan terjadi saat mereka makan bersama, yang tentu saja dilakukan setelah melepas masker, atau ketika mengobrol di tengah makan bersama.

Load More