Seperti slogan mereka, yakni "Perempuan Bantu Perempuan", Biyung tak hanya memberikan alternatif untuk menampung darah menstruasi perempuan. Pada dasarnya Ani menyebutkan bahwa ada rantai kebermanfaatan yang ingin Biyung capai dalam akitivitas sosial mereka. Biyung bahkan sempat melakukan pelatihan pembuatan pembalut kain pada berbagai kelompok perempuan.
"Kami membayangkan bahwa ketika itu (pembalut kain) diproduksi perempuan dan dipakai oleh perempuan lain, di situ ada rantai saling membutuhkan, saling membantu, saling menguatkan," terang Ani.
Melalui penjualan pembalut kain, Biyung menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk mengadakan ruang belajar dan ruang diskusi tentang reproduksi perempuan dengan kelompok-kelompok perempuan yang tidak memiliki akses informasi. Mereka juga menjual baju sulam untuk mengadakan workshop pada perempuan-perempuan di Papua.
"Jadi produk yang teman-teman beli itu berkontribusi untuk perempuan lain, karena biyung akan melakukan ruang-ruang diskusi dengan mereka, untuk menyampaikan apa yang telah kita siarkan lewat Instagram melalui workshop, bahkan belajar untuk membuat pembalut kainmu sendiri di rumah," ujar Ani.
Baca Juga: Olahraga yang Tepat Selama Menstruasi, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Selama pergerakannya mengampanyekan mentruasi dan reproduksi sehat, Biyung belum bekerja sama dengan instansi-intansi pemerintah. Jaringan kerja yang pernah digandeng Biyung kebanyakan berasal dari lembaga-lembaga bukan pemerintah seperti Perkumpulan Samsara hingga Komunitas Perempuan Bumi.
Dalam menyikapi pandemi, Biyung bersama Perkumpulan Samsara pada bulan April lalu membagikan 143 kit pembalut kain dan alat kontrasepsi ke 4 perumahan padat di Yogyakarta, seperti Kampung Ledok Tukangan RW 3, Kampung Jlagran Kulon RW 1, Dusun Sembungan Bantul, dan Gedong Tengen.
Pada awal pandemi, Biyung melihat bahwa ada kemungkinan perempuan mengalami kesulitan akses mendapatkan pembalut. Dalam hal ini, bukan akses keterjangkauan pembalut namun akses keungan untuk membeli kebutuhan pembalut dan kontrasepsi. Selain itu, mereka juga membagikan alat kontrasepsi karena banyak puskesmas menutup layanan umum karena keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) saat itu.
"Kami dan Samsara, kami khawatir ketika kontrasepsi sulit diakses ada kemungkinan angka kehamilan tidak diinginkan," ujar Tesa.
"Kemudian kami juga pikir waktu itu, masa pandemi pasti ada ibu-ibu yang merasa cukup terbebani untuk membeli pembalut sekali pakai, kalau untuk kebutuhan perempuan sekali menstruasi itu paling enggak 20 ribu, gimana kalau sekeluarga ada dua atau tiga perempuan. Di masa pandemi ini kan mungkin menstruasi jadi cukup berat akhirnya kami menggalang dana untuk pembagian satu set menstrual pad dan kontrasepsi," kenangnya.
Baca Juga: Mulanya Menstruasi Tidak Teratur, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks!
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
- 6 Rekomendasi City Car Bekas Mulai Rp29 Jutaan: Murah dan Irit Bensin
- 9 Rekomendasi HP Murah Rp 1,5 Jutaan di Juni 2025, Duet RAM 8 GB dan Memori 256 GB
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Murah Samsung dengan RAM 8 GB, Terbaik Juni 2025
-
Persaingan Sengit Udinese vs Bologna Rekrut Jay Idzes: Bianconeri Siapkan Rp469 M
-
Penyerang Naturalisasi Timnas Indonesia Akhirnya ke Liga 1! Siap Bantu Tim Bersaing
-
Juara Liga Champions Minat Rekrut Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp243 M
-
4 Rekomendasi HP Murah Xiaomi dengan Layar AMOLED, Terbaik Juni 2025
Terkini
-
Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah: JPW Desak Polda DIY Umumkan Tersangka
-
Motif Penumpang Begal Driver Ojol di Kalasan, Terlilit Utang Pinjol
-
Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya
-
Ciamiknya Pakaian Bekas Disulap Jadi Berkelas di Ibis Styles Yogyakarta
-
Masa Depan Transportasi Pelajar Bantul: 3 Bus Sekolah Baru Segera Hadir, Apa Dampaknya?