SuaraJogja.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) baru saja mengeluarkan hasil riset yang menyampaikan adanya potensi tsunami setinggi 20 meter di bagian selatan Pulau Jawa. Menanggapi hal tersebut staf ahli Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM menyampaikan hasil penelitian itu membuktikan hipotesis lama yang sudah berkembang di kalangan para ahli.
Staf ahli PSBA UGM, Djati Mardianto menyampaikan bahwa wajar jika ITB memiliki hasil riset demikian. Dari apa yang dilakukan ITB, Djati melihatnya sebagai sesuatu yang memperkuat dugaan atau hipotesis yang sudah dibangun selama ini. Hanya saja, untuk melakukan pembuktian secara kuantitatif dengan kajian yang sistematis dan rinci memang belum lama.
"Apa yang dilakukan ITB sebenarnya memperkuat apa yang sudah dilakukan sebelumnya," ujar Djati saat dihubungi SuaraJogja.id melalui sambungan telepon Sabtu (26/9/2020).
Bagi dirinya, hasil riset demikian bukanlah sebuah hal yang baru. Dalam risetnya, disebutkan jika tsunami dengan potensi ketinggian gelombang mencapai 20 meter disebabkan oleh gempa Megathrust. Djati menjelaskan, bahwa gempa tersebut kurang lebih mirip seperti yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu.
Baca Juga: Pulang Bersepeda, Ibu-ibu Jadi Korban Begal Payudara di Sleman
Teori yang berkembang sebelum kejadian tsunami di Aceh, para pakar belum sepakat bahwa gempa-gempa Megathrust memiliki kekuatan mencapai sekitar 9 Magnitudo. Dalam sejarahnya sendiri, zona selatan pulau Jawa belum ada catatan mengenai kejadian gempa bumi yang mencapai kekuatan diatas 8 Magnitudo.
Namun, Djati menjelaskan ada dua hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, adalah karena tidak memiliki potensi gempa Megathrust. Karena tipe sodaksi antara dua lempeng di selatan Jawa itu berbeda. Sementara untuk lempeng di kawasan Sumatera sendiri dinilai lebih landai. Berbeda dengan bagian selatan pulau Jawa yang dinilai lebih dalam.
"Sehingga memang jarang bisa dirasakan. Tetapi, ilmu itu berkembang terus," terang Djati.
Sebelumnya, ilmuwan di beberapa bidang termasuk seismolog sudah mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa yang berpotensi pada tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 20 meter. Zona sodaksi yang ada di selatan Pulau Jawa dinilai cukup dalam sehingga berpotensi menimbulkan gempa berkekuatan lebih dari 8,5 Magnitudo.
Djati mengakui memang belum ada catatan sejarah yang menyatakan adanya gempa dengan kekuatan di atas 8 Magnitudo yang terjadi di selatan pulau Jawa. Namun, ia khawatir jika momentum pengulangan gempa terjadi dalam jangka waktu yang lama dengan jarak ratusan tahun lamanya.
Baca Juga: Harta Kekayaan Calon Bupati di Pilkada Sleman, Kustini Paling Tajir
Sementara seismograf atau alat pencatatan gempa bumi modern sendiri baru ditemukan pada abad ke-19. Sehingga menurutnya, perlu dilihat apakah sebelum abad ke-19 ada catatan sejarah yang menyatakan terjadinya gempa bumi dan tsunami dengan kekuatan cukup besar di selatan Pulau Jawa.
"Sehingga ini tidak bisa hanya dikaji dengan ilmu bumi saja. Perlu lintas disiplin. Jadi memang perlu kajian ini nantinya bersama dengan kajian sejarah," imbuhnya.
Dengan gelombang tsunami sampai dengan maksimal 20 meter, jangkauan gelombang tsunami ke daratan dimungkinkan mencapai sekitar 2 km. Namun, capaian tersebut diperkirakan tidak terjadi di semua tempat. Melainkan hanya di beberapa tempat tertentu seperti muara sungai dan teluk. Sementara untuk kawasan pantai yang landai, gelombang diperkirakan mencapai 1 km ke daratan.
Djati sendiri berpendapat bahwa masyarakat tiak perlu panik dengan hasil riset tersebut. Sebab hasil riset tersebut adalah fakta dan ada potensi. Sementara potensi sendiri bermakna jika hal tersebut bisa terjadi maupun tidak. Namun, dalam rangka mengantisipasi potensi yang terjadi, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Dalam mitigasi bencana, hal pertama yang perlu diketahu adalah pengetahuan mengenai zona-zona rawan tsunami. Pulau Jawa sendiri sudah mulai berkembang dan banyak tempat yang dijadikan sebagai lokasi wisata. Sehingga penting bagi masyarakat untuk mengenali zona-zona mana saja yang berpotensi dilanda tsunami.
"Bukan berati gak boleh digunakan, enggak. Kalau mau dimanfaatkan silahkan. Cuma harus hati-hati," terangnya.
Djati menjelaskan bahwa kawasan dengan potensi tsunami boleh dimanfaatkan, namun perlu diperhatikan dalam penataan kawasan. Kerugian diperkirakan pasti akan terjadi, namun lokasi pemanfaatan juga harus dilengkapi dengan infrastruktur untuk melakukan evakuasi ketika terjadi bencana tsunami.
Tidak ada alasan untuk takut, masyarakat hanya perlu meningkatkan kesiapsiagaan. Seperti jalur evakuasi, metode evakusia, selter evakuasi dan sebagainya. Selain mitigasi bencana, menurut Djati juga penting untuk dilakukan simulasi bencana kepada masyarakat. Idealnya selama satu tahun minimal sekali perlu dilakukan simulasi di tempat-tempat yang rawan terjadi tsunami.
Djati berpendapat, bahwa sebenarnya kedatangan tsunami dapat diprediksi. Hanya saja, gempa yang memicu tsunami tersebut yang biasanya tidak bisa diprediksi. Ketika terjadi gempa bumi yang memicu tsunami, sebenarnya bisa diprediksi butuh kurun waktu berapa lama hingga tsunami sampai ke daratan.
"Cuma masalahnya, berapa lama ini kan relatif. Bisa cepat, bisa lambat. Kasusnya di negara kita itu rata-rata antara cepat dan sangat cepat," ujarnya.
Tsunami di Indonesia terjadi dalam kurun waktu yang cepat dan sangat cepat. Untuk itu, Djati menyampaikan metode evakuasi yang akan diterapakan perlu disesuaikan. Tetapi, untuk tsunami yang datang dalam kurun waktu sangat cepat seperti di Palu dua tahun lalu. Dalam kurun waktu tiga menit tsunami sudah mencapai daratan. Jika sistem peringatan dininya lebih lambat akan menjadi sia-sia.
Waktu yang dibutuhkan alat peringatan dini tsunami untuk memberikan peringatan antara lima hingga sepuluh menit. Sehingga jika tsunami terjadi dalam waktu tiga menit maka bencana itu tidak bisa dielakkan. Djati menyebutkan tidak ada yang salah dari proses tersebut, karena hal itu terjadi diluar prediksi yang sudah dibuat.
Menurutnya, proses peringatan dini terbaik atau evakuasi terbaik adlaah dengan tidak menunggu adanya peringatan dini tsunami dari sistem. Namun, begitu terasa adanya kemungkinan terjadinya tsunami masyarakat bisa langsung melakukan evakuasi mandiri.
Dalam beberapa kasus gempa yang memicu terjadinya tsunami terasa haya seperti getaran kecil di bibir pantai. Namun sebenarnya ada goncangan yang kuat di dasar lautnya. Untuk kasusu-kasus demikian, Djati menyampaiakn penting adanya sistem peringatan tsunami untuk memberikan rambu-rambu kepada masyarakat.
Berita Terkait
-
Resmi! Basuki Terpilih Jadi Ketum Kagama Gantikan Ganjar Pranowo
-
Profil Dan Karier Delisa, Korban Tsunami Berkaki Prostatik Kini Jadi Pegawai Bank
-
Senang Gibran Buka Layanan 'Lapor Mas Wapres,' Uceng UGM: Lapor soal Nepotisme Boleh?
-
Potret Delisa Kini, Setelah 20 Tahun Tsunami Aceh Bisa Bekerja di Bank Syariah
-
Wakil Rektor UGM Sebut "Lapor Mas Wapres" Cuma Pencitraan Gibran: Bisa jadi Jebakan Itu
Tag
Terpopuler
- Tersandung Skandal Wanita Simpanan Vanessa Nabila, Ahmad Luthfi Kenang Wasiat Mendiang Istri
- Gibran Tinjau Makan Gratis di SMAN 70, Dokter Tifa Sebut Salah Sasaran : Itu Anak Orang Elit
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- Dibongkar Ahmad Sahroni, Ini Deretan 'Dosa' Ivan Sugianto sampai Rekening Diblokir PPATK
- Pernampakan Mobil Mewah Milik Ahmad Luthfi yang Dikendarai Vanessa Nabila, Pajaknya Tak Dibayar?
Pilihan
-
Patut Dicontoh! Ini Respon Eliano Reijnders Usai Kembali Terdepak dari Timnas Indonesia
-
Ada Korban Jiwa dari Konflik Tambang di Paser, JATAM Kaltim: Merusak Kehidupan!
-
Pemerintah Nekat Naikkan Pajak saat Gelombang PHK Masih Menggila
-
Dugaan Pelanggaran Pemilu, Bawaslu Pantau Interaksi Basri Rase dengan ASN
-
Kuasa Hukum Tuding Kejanggalan, Kasus Cek Kosong Hasanuddin Mas'ud Dibawa ke Tingkat Nasional
Terkini
-
Viral Kegaduh di Condongcatur Sleman, Ternyata Pesta Miras Berujung Keributan
-
Solusi Kerja dan Kreativitas: Janji Harda-Danang Gaet Suara Pemuda Sleman
-
Keluhan Bertahun-tahun Tak Digubris, Pedagang Pantai Kukup Gunungkidul Sengsara Akibat Parkir
-
Dukung Partisipasi Masyarakat, Layanan Rekam KTP Kota Jogja Tetap Buka saat Pilkada 2024
-
Waspada, Kasus DBD di Yogyakarta Naik Tajam, Anak-Anak Rentan Terinfeksi