SuaraJogja.id - Dua mantan prajurit mengisahkan pengalaman mengangkat jenazah para jenderal yang menjadi korban peristiwa berdarah Gerakan 30 September atau G30SPKI.
Keduanya mengaku ditugaskan sebagai bagian dari tim evakuasi jenazah para jenderal pada sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Melalui wawancara di kanal YouTube MTATV, eks prajurit marinir sekaligus saksi sejarah, Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou mengisahkan peristiwa mengerikan itu.
Melansir Hops.id--jaringan Suara.com, Rabu (20/9/2020), Julius dan Sugimin merupakan dua prajurit yang termasuk dari 12 orang tim regu evakuasi pengangkat jenazah korban G30SPKI.
Baca Juga: Jejak PKI di Palembang, Ada Kamp di Pulau Kemarau Hingga Muktamar Ulama
Mulanya, mereka mengisahkan, pada malam 3 Oktober 1965, prajurit Kostrad bernama Kapten Sukendar datang menemui perwira yang berdinas di Pusat Korps Marinir Angkatan Laut.
Maksud dan tujuan kedatangan Kapten Sukendar untuk menyampaikan pesan Pangkostrad, Mayjen Soeharto. Isinya: meminta bantuan KKO AL mengevakuasi jenazah para Jenderal.
Mendengar hal itu, Komandan Korps Komando Angkatan Laut, Mayjen Hartono menginstruksikan langsung sejumlah prajuritnya bergabung dalam tim evakuasi jenazah jenderal. Dua di antaranya adalah Julius dan Sugimin.
Keduanya pun berangkat bersama sejumlah prajurit lain dengan menaiki sebuah truk menuju lokasi sumur tua yang disebut-sebut sebagai lokasi terbunuhnya para Dewan Jendral.
Julius pun menjelaskan, kala mendekati titik lokasi sumur tua itu, dari jarak 100 meter saja bau busuk yang dikeluarkan dari mayat sudah mulai tercium. Bahkan baunya menembus masker prajurit.
Baca Juga: Cegah Klaster Baru, Polisi Larang Nobar Film G30S/PKI
Untuk menggambarkan bau tak sedap yang dikeluarkan dari sumur itu, Julius mengatakan, baunya membuat dirinya tak nafsu makan hingga dua hari setelahnya.
“Masker gas anti huru-hara itu tembus baunya, jadi enggak kuat. Bau jenazah itu, dari 100 meter kita masuk, sudah terasa baunya,” kata Julius.
“Bahkan saya ngerasain dua hari setelahnya tak bisa makan,” tambahnya.
Sejak awal tim evakuasi itu melihat lubang sumur, sejumlah prajurit mencurigai adanya bom jebakan yang diselipkan di para jenazah tersebut. Mereka pun memastikan terlebih dahulu, bahwa lubang sumur tua itu aman.
Sementara itu, ketika ditanya bagaimana kondisi para jenazah di dalam sumur, mereka menjelaskan bahwa jika dilihat dari atas hanya terlihat kakinya saja.
Oleh sebabnya, ketika dievakuasi ke atas, para perwira TNI AD tersebut diikat kakinya, sehingga berada dalam posisi terbalik.
Julius mengisahkan kembali peristiwa pengangkatan jenazah Jendral Ahmad Yani dan Jendral Sutoyo. Kala itu, keduanya yang sempat terjatuh kembali tersumur lantaran tali yang digunakan tak kuat menahan beban berat dan terputus.
“Yang ngenes sekali itu, (jenazah) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah dimulut sumur, talinya putus,” ujar Julius.
Bahkan Julius menyaksikan sendiri bagaimana kondisi mayat dari Jenderal Ahmad Yani.
“Yang juga berkesan buat saya, yang berkesan artian sedih waktu itu. Saya melihat pak Yani ketika waktu di taruh di tanah lehernya langsung pluk gitu. Saya langsung jongkok itu lihat, lehernya disayat itu, cuma enggak sampai putus,” jelas Julius.
Menurut Sugimin, kondisi jenazah Ahmad Yani menjadi salah satu yang paling mengerikan.
“Waktu itu kan juga ditembak di rumahnya, mungkin tidak hanya sekali, tapi diberondong (peluru) berkali-kali. Pada waktu diangkat itu sudah mengeluarkan kotoran dari perut. Jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu,” lanjut Sugimin.
Berita Terkait
-
Babak Sejarah Indonesia yang Hilang, Penculikan Soekarno-Hatta oleh DN Aidit
-
Di Balik Ketenangan Pulau Dewata: Kisah Pilu dan Upaya Berdamai dengan Tragedi 1965
-
Profil Yunus Yosfiah, Jenderal TNI yang Melarang Penayangan Film G30S/PKI Sejak 1998
-
Mengapa PKI Tidak Dibubarkan Soekarno Bahkan Setelah G30S? Ini 5 Alasannya
-
6 Fakta Lubang Buaya dalam Sejarah G30S dan PKI pada Peristiwa 1965
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
Thom Haye hingga Ragnar Oratmangoen Punya KTP DKI Jakarta, Nyoblos di TPS Mana?
-
Awali Pekan ini, Harga Emas Antam Mulai Merosot
-
Ada Marselino Ferdinan! FIFA Rilis Wonderkid Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Desas-desus Shell Mau Hengkang dari RI Masih Rancu, SPBU Masih Beroperasi
-
Media Asing Soroti 9 Pemain Grade A Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Siapa Saja?
Terkini
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi
-
Bupati Sunaryanta Meradang, ASN Selingkuh yang Ia Pecat Aktif Kerja Lagi
-
Data Pemilih Disabilitas Tak Akurat, Pilkada 2024 Terancam Tak Ramah Inklusi