Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 13 Oktober 2020 | 15:05 WIB
Ilustrasi hujan - (SuaraJogja.id/Eleonora PEW)

SuaraJogja.id - Intensitas hujan lebat yang akan mengguyur DIY berimbas pada potensi bencana di Kabupaten Sleman, yang diprediksi mulai muncul pada pertengahan hingga akhir Oktober.

Sejumlah wilayah menjadi perhatian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman ke depan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman Henry Dharma Wijaya menuturkan bahwa pihaknya telah bersiaga dengan potensi bencana yang akan terjadi.

"Menurut perkiraan BMKG itu memang musim hujan kali ini dimulai di dasarian 2, artinya pertengahan Oktober nanti," kata Henry saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (13/10/2020).

Baca Juga: Antisipasi Klaster Covid-19 di Pengungsian Dampak La Nina, Ini Kata Luhut

Henry melanjutkan, di Sleman, terdapat sejumlah titik rawan yang dinilai kerap terjadi bencana saat memasuki musim hujan, di antaranya seperti angin ribut, pohon tumbang, banjir, dan lainnya.

Henry mengatakan, peristiwa angin kencang sering terjadi di sekitar Sleman daerah barat, seperti Kapanewon Seyegan, Tempel, Mlati, Sleman, Turi, Pakem, dan Kalasan.

Tanah longsor banyak terjadi di Kapanewon Prambanan. Sementara, kapanewon yang rawan banjir adalah wilayah yang dekat dengan sungai.

"Untuk titik rawan banjir disepanjang sungai yang ada di Sleman," ucapnya.

Dalam penanggulangan potensi bencana yang ada di kapanewon dan juga kalurahan-kalurahan di Sleman, pihaknya segera melakukan mitigasi bencana yang biasa terjadi pada musim hujan.

Baca Juga: BMKG 'Warning' Ancaman La Nina dan Curah Hujan Tinggi, Termasuk di Jatim

"Jadi jika ada pohon yang membahayakan orang lain, kami minta segera dipangkas rantingnya, dan lain-lain, baik pohon milik DLH [Dinas Lingkungan Hidup] maupun milik warga," ujar Henry.

Dalam menghadapi potensi bencana di Sleman yang dapat terjadi sewaktu-waktu, pihaknya terus memantau kondisi cuaca berdasarkan informasi dari BMKG, termasuk juga mengaktifkan early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini untuk mendeteksi bencana.

"Ketika hujan lebat kan berpotensi banjir, kami punya di pinggir sungai kita pasang sistem peringatan dini. Peringatan dini tanah longsor itu juga kami punya, jadi apabila ada potensi bencana, akan segera kami beritahu kepada masyarakat di daerah itu," katanya

Ia mengatakan, BPBD Sleman juga sudah menyiapkan kebutuhan armada kendaraan hingga gergaji mesin.

Tim reaksi cepat (TRC) juga telah dikondisikan selama 24 jam bersama pusat pengendalian operasi (pusdalops).

"BPBD Sleman juga berkoordinasi dengan komunitas relawan yang jadi binaan kami. Mungkin ada 2.500 relawan di Sleman dari 58 komunitas," tambahnya.

Load More