Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Selasa, 27 Oktober 2020 | 17:57 WIB
Pemetaan pasca erupsi Merapi dengan citra radar. - (YouTube/ Dasawarsa Merapi)

Dampak lain yang bisa dilihat adalah pada laharnya. Pada januari 2011 terpantau ada luapan lahar. Selain itu juga bisa dilakukan kajian. Seperti kepasitas sungai untuk menampung luapan lahar. hasil pantauan juga bisa dijadikan landasan kajian di daerah-daerah lain.

Selanjutnya, Akhmad menjelaskan jika ia juga menggunakan data radar untuk melakukan pemetaan endapan piroklastik. Ada dua metode yang digunakan, yakni pendeteksi perubahan dengan rasio amplitudo dan pendekatan semi otomatis yaitu menekan klasifikasi yang tersupervisi.

Pengolahan data dilakukan berdasarkan data mentah level 1 kemudian diolah menjadi single look complex, kemudian di koregistrasi menjadi citra amplitudo. Selain itu pengolahan interferometik juga dilakukan untuk menghasilkan citra koherensi.

Kemudian citra amplitudo setelah erupsi dan sebelum erupsi dapat dibandingkan untuk menghasilkan pemetaan wilayah yang terimbas material letusan gunungapi. Untuk hasil yang lebih jelas Akhmad menggunakan Citra False color Composite, dengan warna merah, hijau dan biru.

Baca Juga: Guncangan Gempa Pangandaran Sampai Jateng dan DIY, Ini Penjelasan BMKG

"Jika digabungkan kita bisa melihat daerah-daerah yang kita sebut smoother. Artinya jika dibandingkan sebelum dan sesudah daerah tersebut cenderung lebih datar," terang Akhmad.

Dari citra radar juga bisa dilakukan pemetaan endapan piroklastik. Diantaranya jika muncul warna merah atau D1 menunjukkan awan panas yang bentuknya ada batuan besar dan juga bercampur dengan yang lebih halusnya.

Sementara warna hijau tosca atau D3 adalah bentuk awan yang lebih halus. Kemudian D2 adalah bentuk awan panas yang berubah karena aliran air. Sementara D4 atau warna kuning adalah endapan tepra atau abu vulkanik.

Load More