Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 08 November 2020 | 16:45 WIB
Sekelompok pemuda bermain layangan naga di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), Minggu (8/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Layangan menjadi pilihan beberapa anak muda untuk menghabiskan waktu di sore hari. Layangan panjang berbentuk naga saat ini menjadi salah satu yang paling digemari.

Bentuk layangan naga sendiri tidak seperti pada layangan biasa yang hanya berbentuk diagonal atau melebar. Dengan kepala berbentuk naga, layangan itu memanjang sampai ke atas.

Tentu butuh keterampilan yang mumpuni untuk bisa membuat hingga menerbangkan layangan berbentuk naga. Selain itu, kerja sama satu sama lain juga diperlukan untuk menerbangkan sang naga.

"Sek-sek angin e hurung kenceng [tunggu anginnya belum berhembus kencang]," kata Acong, seorang pemuda yang hendak menerbangkan layangan naga di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), Minggu (8/11/2020).

Baca Juga: Curi Motor di Kampung Sendiri, Kodok Diciduk Saat Ayik Ngopi di Warung

Acong mengatakan, ukuran layangan naga yang hendak diterbangkan bersama-sama itu mencapai 50 meter panjanganya. Dengan panjang seperti itu, Acong mengajak sekitar tujuh rekannya untuk membantu menerbangkannya.

Dijelaskan Acong, cara menerbangkan layangan naga dimulai dengan membentangkan seluruh tubuhnya yang panjang tadi di jalanan atau lahan yang luas. Ronce di setiap bagian hingga ekor tidak boleh tergulung; semua harus tetap berjajar secara teratur.

"Setiap 10 meter ronce harus ada yang memegangi, biar nanti terbangnya bisa secara bersamaan," ucapnya.

Sekelompok pemuda bermain layangan naga di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), Minggu (8/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Sembari menunggu aba-aba, semua bersiap menunggu angin yang cukup kencang agar layangan bisa terbang. Saat dirasa angin sudah mumpuni untuk bisa menerbangkan si naga, semua orang yang ikut memegangi setiap bagian layangan akan secara serentak melepaskannya.

Bagian yang pertama dinaikkan adalah ekor paling belakang, disusul badan, dan akhirnya kepala. Jika semua bagian terbang, orang paling depan harus berlari sambil menarik layangan sekuat tenaga.

Baca Juga: Talikama Kite Community, Bermain Layang-layang Itu Bukan Hanya Tarik Ulur

"Semakin panjang akan semakin berat, jadi perlu beberapa orang dan harus kompak. Kalau tidak ya tidak akan terbang, malah ambruk. Makanya pilih di sini [JJLS] yang anginnya lumayan kencang," terangnya.

Acong mengaku, awalnya dalam menerbangkan layangan naga ini hanya karena ingin ikut-ikutan saja. Namun setelah beberapa kali mencoba, ternyata sensasinya lebih seru. Bagaimana layangan harus dinaikan beramai-ramai itu yang membuatnya semakin senang.

Warga Ringinharjo, Bantul ini hampir rutin untuk datang ke JJLS tiap malam Minggu dan Minggu malam. Hal itu juga ia lakukan sembari untuk mengisi waktu luang teman-teman lainnya yang diajak menerbangkan layangan naga.

"Akhir pekan temen-temen juga pada libur. Jadi sembari ngisi waktu luang ya menerbangkan layangan saja," tuturnya.

Pemain layangan naga lainnya, Zainal Ananda, juga terlihat sungguh gembira saat setalah berhasil menerbangkan layangan naga bersama rekan-rekannya. Dikatakan Zainal, layangan naga itu dibuatnya secara mandiri.

"Gabut kalau di rumah, jadi ke sini saja menerbangkan layangan. Seru juga ini sama temen-temen," ujar pemuda 18 tahun itu.

Zainal mengaku hampir setiap sore datang ke JJLS untuk menerbangkan layangan naga buatannya. Bukan hanya satu, melainkan dua layangan naga yang tiap sore turut menghiasi langit di sepanjang jalan JJLS.

"Ini datang sama rombongannya, ya paling sekitar 18 orang," sebutnya.

Hanya bermodal video tutorial dari YouTube, kata Zainal, saat ditanya mengenai layangan naga yang telah dibuat bersama teman-temannya itu.

Sekitar satu bulan lebih layangan naga itu baru bisa selesai, tapi tetap harus melewati sejumlah uji coba hingga akhirnya bisa terbang mulus.

"Ini ukurannya 30 meter dan 50 meter. Kalau biaya total semua ini bisa sampai sekitar Rp1,5 juta," imbuhnya.

Harga itu sudah mencakup semua kebutuhan dasar pembuatan layangan naga, mulai dari fiber, bambu, karung semen, busa ati, plastik hingga pengecetan di kepala naga itu.

Disampaikan Zainal, sejauh ini hanya membuat pola hingga memoles kepala naga yang masih memerlukan kecekatan dan perasaan seni yang tajam.

Selain itu, ukuran pas setiap bagian juga masih perlu diperhatikan.

“Ronce ekor kalau geser atau tidak pas satu sentimeter saja, ya nanti layangan ini tidak akan bisa terbang,” pungkasnya.

Load More