SuaraJogja.id - Beberapa waktu belakangan ini, warga Jogja kerap dihibur dengan adanya layang-layang beragam bentuk, warna dan ukuran di banyak sisi langit nan biru.
Layangan yang menghias langit seolah hadir menghibur warga, kala penat menjalani hari dan berjibaku menghadapi pandemi COVID-19.
Tapi, siapa bilang bermain layang-layang itu asal tarik-ulur benang dan tak ada standar operasional prosedurnya? Pegiat Talikama Kite Community Setyo Aji akan memaparkannya untuk kita.
"Idealnya bermain layang-layang harus di tempat yang lapang, menghindari tiang listrik dan jalan raya. Serta memperhatikan ketinggian dan tertentu, agar tidak mengganggu lalu-lintas penerbangan," ungkapnya, Sabtu (7/11/2020).
Ia juga mengatakan, sebelum bermain, kita perlu menyesuaikan jenis layang-layang dengan lapangan tempat kita bermain.
"Kalau jenis layangan yang sedang tren itu layang-layang naga, itu tidak boleh dimainkan di bukit atau gunung karena anginnya spiral. Itu bisa membelit," kata dia.
Kecelakaan maupun persoalan saat bermain layang-layang sering dialami oleh anak muda, yang belum bisa menyesuaikan jenis layang-layang dengan medan sekitar.
Tentu kita masih ingat, sekitar 23 Oktober 2020 lalu, warganet dihebohkan dengan informasi adanya layangan terbang dan 'melukai' baling-baling pesawat. Landing gear sebuah pesawat berkapasitas puluhan penumpang itu ringsek.
Sempat pula ramai dibicarakan perihal seorang anak yang mengalami luka berat, karena terbawa layang-layang yang terbang.
Baca Juga: Dukum IKM Daerah Hadapi Pandemi, Disperindag DIY Gelar Jogja Premium Export
Dari pengalaman itu, ada poin lain yang tak bisa diabaikan, yakni kenyataan bahwa layang-layang dua dimensi yang tak dimainkan sesuai SOP memiliki dampak yang tak kalah membahayakan.
Lebih jauh Aji menjelaskan, layang-layang dua dimensi diterbangkan menggunakan senar yang panjang. Sehingga ketika diterbangkan di lapangan luas penuh angin, rawan terputus.
"Kalau terputus, layangan tidak akan jatuh. Layangan itu mengapung dan mengganggu pesawat terbang. Kalau senarnya terlilit di leher bisa membuat leher putus juga," kata Aji.
Melihat masih banyaknya kecelakaan yang disebabkan karena aktivitas bermain layang-layang, maka Talikama Kite Jogja menilai perlu adanya edukasi lebih massif kepada masyarakat dan pehobi layang-layang.
Bahkan, ia mempersilakan masyarakat umum untuk berkunjung ke galeri miliknya, Vatata Gallery and Kite Academy, yang ada di Jalan Hastina (Utara Lippo Plaza Mall), Sleman.
Terutama bagi mereka yang ingin mempelajari keselamatan dalam bermain layang-layang dan pelbagai seluk-beluk layang-layang lainnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Miris, Siswa SMP di Kulon Progo Kecanduan Judi Online, Sampai Nekat Pinjam NIK Bibi untuk Pinjol
-
Yogyakarta Berhasil Tekan Stunting Drastis, Rahasianya Ada di Pencegahan Dini
-
Tangisan Subuh di Ngemplak: Warga Temukan Bayi Ditinggalkan di Kardus
-
Mahfud MD: Biarkan Prabowo Olah Komite Reformasi Polri, KPK Lebih Baik Panggil Orang Ini Soal Whoosh
-
Terungkap di Depan Tokoh Nasional, Sultan HB X Sentil Etika Pejabat dan Masa Depan Demokrasi