"Namun demikian aktivitas main layang-layang ini tidak kemudian disetop, dilarang. Tapi didampingi, diedukasi. Pemerintah juga harus turun tangan memberikan pendampingan, menggandeng FASI misalnya," ungkapnya.
Langkah itu perlu diambil, mengingat bermain layangan punya beberapa manfaat positif bagi masyarakat, tak terkecuali untuk anak-anak.
Manfaat itu mulai dari edukasi, rekreasi, ikon seni dan budaya, ekonomi kreatif, olahraga, pariwisata.
"Kalau khusus untuk anak-anak misalnya, layang-layang bisa mendorong mereka belajar mengeksplorasi bentuk dan warna. Berlari-lari dan bergerak saat main layang-layang juga bisa menjadi aktivitas olahraga," ungkap Aji, yang dalam waktu dekat berencana akan mengikuti festival layang-layang di sejumlah negara Timur Tengah itu.
Baca Juga: Dukum IKM Daerah Hadapi Pandemi, Disperindag DIY Gelar Jogja Premium Export
Ia berharap, bermain layang-layang bisa terus dipertahankan di Indonesia, bukan sekadar mengikuti tren semata. Pasalnya, layang-layang juga memiliki sejarah panjang di Indonesia.
Salah satunya ditunjukkan dengan adanya sebuah relief bergambar layang-layang, di Muna, Sulawesi Tenggara.
Dari sejarah yang tercatat di berbagai sumber, China merupakan negara yang kali pertama memperkenalkan layang-layang kepada masyarakat dunia, tambah Aji. Namun yang Aji yakini, asal mula layang-layang memiliki akar sejarah di Indonesia.
"Ya saya yakin karena setelah mengetahui adanya relief layang-layang di Muna. Terlebih masyarakat Muna punya warisan budaya layang-layang dari daun," ungkapnya.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah, Muhammad Ali Sukrajap masih ingat betul layangan yang pernah ia lihat di rumahnya, nun jauh di Muna. Sebuah layangan terbuat dari daun kolope, yang oleh masyarakat di kampung halamannya disebut kaghati.
Baca Juga: 129 Santri di Bantul Terinfeksi, Kasus COVID-19 DIY Tembus 4.140
Walau sudah lama tinggal di Jogja, masih terekam jernih dalam ingatannya, saat si Ali Sukrajap kecil melihat layang-layang daun milik kerabatnya yang berukuran begitu besar. Layang-layang itu punya tinggi sekitar 1,5 meter.
"Itu benar-benar terbuat dari daun. Ya, daun kolope. Daun kolope itu daun tanaman ubi hutan," ujar lelaki yang akrab dipanggil Jon, oleh sejumlah temannya itu.
Layangan itu dimainkan di kebun, di inapkan sampai malam, layangan itu juga bisa mengeluarkan bunyi-bunyian.
"Kalau tidak salah ingat, di sana [Muna] namanya [alat yang menimbulkan bunyi pada layangan] kamama. Nah itu biasanya buat usir babi di kebun," tuturnya.
Sependek ingatannya, layangan daun sebetulnya punya dua varian. Pertama, bentuknya menyerupai layang-layang pada umumnya dan umumnya hanya menggunakan daun sebagai pengganti plastik atau kertas. Layang-layang ini bisa terbang tinggi dalam durasi lama.
Sedangkan varian lainnya, layang-layang tersebut dibuat dari daun yang kerap menempel di pohon sukun.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Serie A Boy: Joey Pelupessy Keceplosan Ungkap Klub Baru Jay Idzes?
- 7 Mobil Bekas Senyaman Innova: Murah tapi Nggak Pasaran, Mulai Rp70 Jutaan, Lengkap dengan Pajak
- Visa Furoda Tak Terbit, Ivan Gunawan Tetap Santai Bagi-bagi Makanan di Madinah
- Honda GL Max Lahir Kembali untuk Jadi Motor Pekerja, Harga Setara CB150 Verza
- 5 Moisturizer Lokal Terbaik 2025, Anti Mahal Kualitas Setara Brand Internasional
Pilihan
-
3 HP Kamera Terbaik se-Dunia: Harga di Bawah Rp10 Juta, Performa Lebihi Spek Dewa
-
Terbukti! Viral Video Dedi Mulyadi Peringatkan Tambang Batu 3 Tahun Lalu, Kini Longsor Telan Korban
-
Pendidikan Wamenaker Immanuel Ebenezer, Pernyataannya Sering Tuai Kontroversi: Terbaru, Pecat HRD!
-
9 Mobil Bekas Murah Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta, Kabin Nyaman Muat 8 Penumpang
-
7 Rekomendasi HP Murah untuk Anak Sekolah, RAM Besar Punya Spek Mewah
Terkini
-
Penyaluran KUR di DIY Hingga April 2025 Capai Rp1,5 Triliun, Kabupaten Sleman Paling Tinggi
-
Di Tangan Perempuan, Keris Bicara Tentang Lingkungan dan Kesetaraan Gender
-
Keluarga Tersangka Tragedi BMW Minta Maaf, Ayah Christiano Serahkan Proses Hukum ke Polresta Sleman
-
Ayah Christiano Tarigan Ungkap Kronologi Kecelakaan Versi Keluarga: Anak Saya Tidak Lari
-
Panen Raya Menanti, Kulon Progo Terima Traktor & Pompa Air: Petani Siap Tingkatkan Produksi