Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 09 November 2020 | 18:10 WIB
Produksi rempeyek di Kampung Pelemadu, di Desa Sriharjo, Kecamata Imogiri, Bantul, Minggu (8/11/2020) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Seperti yang dirasakan oleh Ponilah (50), warga Pelemadu RT 03 yang ikut membuka warung di objek wisata Lembah Sorory, selain menjual batagor dan pempek, dia mengatakan, rempeyek juga menjadi salah satu jajanan yang ada di warungnya.

Kendati tidak berjualan setiap hari, Ponilah tetap menganggap kehadiran objek wisata baru yang dikolaborasikan dengan produksi rempeyek dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian warga.

"Saya selain jualan di warung ini juga jual beli rongsok. Kalau hari Sabtu-Minggu dan ada acara tertentu saja saya jualan, ya paling bisa dapat Rp.300-350 ribu suda bersyukur," kata perempuan dua anak tersebut.

Sementara itu, salah satu pengunjung yang datang membeli rempeyek di Pelemadu, Rahajeng, mengaku, awalnya hanya hendak berwisata bersama keluarga di Lembah Sorory. Namun saat tiba di sana dan mengetahui ada produksi rempeyek, ia mulai tertarik.

Baca Juga: Dimasak Jadi Peyek, Wujud Ikan Cupang Goreng Crispy Bikin Warganet Geger

"Cuma mau rekreasi sejenak terus kok dikasih tahu ibu-ibu warung ternyata ada yang produksi rempeyek, jadi saya datangi sekalian saja," kata perempuan 42 tahun itu.

Menurutnya, rempeyek buatan dari Pelemadu memiliki rasa yang berbeda dengan rempeyek pada umumnya. Jika biasanya rempeyek itu didominasi oleh rasa manis, rempeyek pelemadu berhasil memadukan rasa manis dan asin yang seimbang.

"Rasanya jadi lebih gurih dan kacangnya juga ikut digoreng jadi lebih mateng. Saya borong 6 bungkus langsung. Harganya juga lumayan murah, hanya Rp3.500 perbungkus," ucapnya.

Load More