Scroll untuk membaca artikel
Angga Roni Priambodo | Cesar Uji Tawakal
Selasa, 10 November 2020 | 13:07 WIB
Komunitas ojol Srikandi Gojek Jogja. (Suara.com/Yulita Futty)

"Mereka bilang 'Kalau berani menjemput penumpang lagi di sini, kami tak akan segan-segan melakukan kekerasan'," lanjut Yuli.

Merasa terancam, ia pun memanggil rekannya untuk meminta bantuan. Saat cekcok berjalan alot, parang pun menjadi alat yang ampuh.

Bukan sebagai senjata untuk menumpahkan darah, melainkan sebagai piranti untuk gertak sambal, demi menyelamatkan diri.

"Salah satu opang tersebut kebetulan merupakan sosok yang disegani oleh warga sekitar. Saya ketakutan waktu itu," imbuhnya.

Baca Juga: Dianggap Pelit Kebangetan, Viral Curhat Ojol Tagih Biaya Parkir Rp3 Ribu

Pada akhirnya Yuli diselamatkan oleh rekannya. Opang ini pun meminta maaf karena terjadinya miskom.

"Padahal mulanya itu telepon bukan dari penumpang, tapi tapi mereka mengira bahwa saya tengah menjemput pelanggan, saya sampai memperlihatkan isi ponsel saya," tuturnya.

"Jika itu terjadi pada istri, ibu, anak anda, apa anda tega?," ucapnya kala itu.

Kisah ini menjadi satu di antara banyaknya kisah mengenai permasalahan yang kerap dialami oleh pengendara ojol sehari hari.

Hal itu pulalah yang membuat mereka kini berevolusi, dari yang mulanya merupakan individu, kini menjadi beregu.

Baca Juga: Bidik Segmen Baru, MV Agusta Bakal Masuk Kelas 500cc dan Motor Elektrik?

Salah satu dari hasilnya adalah kemunculan grup Srikandi. Saat pertama berdiri di tahun 2016 grup ini bernama “Kartini”, namun nama tersebut diubah karena figur Srikandi yang setangguh lelaki lebih cocok untuk menggambarkan perjuangan para perempuan tangguh ini.

Load More