Scroll untuk membaca artikel
Arendya Nariswari | Hiromi Kyuna
Jum'at, 13 November 2020 | 15:00 WIB
Erwin Djunaedi, pendiri Komunitas Malam Museum saat selfie bersama para peserta. (Suara/Hiromi)

"Karena ini kan awalnya PKM ya. Jadi diharuskan untuk mendapat profit. Tapi sekarang karena kita sudah jadi komunitas maka kegiatan kita sudah tidak berbayar alias nonprofit," ucap Erwin kepada Suara.com.

Erwin mengatakan, untuk kegiatan ini bersifat gratis namun menerima donasi.

Ide awal Malam Museum muncul karena 5 orang mahasiswa penggagas ini hobi jalan-jalan. Mereka pun terinspirasi dari film Night at Museum yang pertama kali rilis pada 2006.

Kesulitan pertama yang mereka hadapi adalah mencari museum yang buka di malam hari. Hal ini karena kebanyakan museum hanya buka saat pagi hingga sore hari.

Baca Juga: Waspadai Bahaya Lahar Dingin, BPBD Kota Yogyakarta Tingkatkan Kesiapsiagaan

Setelah mencari, Museum Benteng Vredeburg bersedia untuk menyediakan lokasi kegiatan ini.

Hingga saat ini, Museum Vredeburg menjadi tempat Malam Museum yang paling sering mengadakan kegiatan.

Erwin Djunaedi saat menjelaskan beberapa benda bersejarah di Museum Sonobudoyo kepada para peserta

Hambatan

Tantangan yang harus dihadapi Edwin dan kawan-kawan adalah mencari museum yang bisa buka di malam hari. Seperti yang kita ketahui, umumnya museum beroperasi di pagi hingga sore hari.

Namun setelah mengajukan proposal ke beberapa tempat, Museum Benteng Vredeburg mengizinkan untuk mengadakan kegiatan pada malam hari.

Baca Juga: Grace Batubara Kunjungi Yogyakarta dan Serahkan Bantuan Sosial

Hingga hari ini, kegiatan masih sering dilakukan di Benteng Vredeburg. Sebelum pandemi bahkan rutin mengadakan kegiatan hingga 2 kali dalam sebulan.

Load More