Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 25 November 2020 | 07:57 WIB
Suasana Kajian Rutin Ekslusif Warga Sarkem dan Laskar Jogja bersama Gus Miftah, di Balai RW 03, Sosrowijayan Kulon, Kalurahan Sosromenduran, Gedongtengen, Selasa (24/11/2020) malam. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Gus Miftah tidak ambil pusing dengan persoalan berbagai pihak tentang pengajian yang ia selenggarakan di tempat lokalisasi. Sebab ia sudah kebal karena selama puluhan tahun kegiatan itu memang telah berlangsung.

"Ya wes ra [sudah tidak] ngaruh bro, saya sudah belasan bahkan puluhan tahun dikritik, dibully, sudah biasa. Dua tahun lalu sempat viral juga terus sekarang lagi, aku ra urusan [tidak peduli]. Aku ngaji rene koe yo ra tau bayari aku [aku ngaji ke sini juga kamu tidak pernah memberiku bayaran] kok ribut," ujar Gus Miftah, saat melangsungkan Kajian Rutin Ekslusif Warga Sarkem dan Laskar Jogja, di Balai RW 03, Sosrowijayan Kulon, Kalurahan Sosromenduran, Gedongtengen, Selasa (24/11/2020) malam.

Menurutnya sekarang masih ada saja orang yang tidak bisa membedakan mana bahasa panggung, bahasa guyon, serius atau malah sindiran. Hal itu yang membuat ucapan seseorang mudah sekali untuk disalah artikan.

"Kadang kita ngomong [ceplas-ceplos] seperti ini dianggap biasa saja, tapi sekarang semua diposting, dipotong dikit-dikit digunakan untuk menyerang saya, bahkan kasus saya yang baru viral ini ada 9000 komentar di instagram. Tapi alhamdulillah saya tidak pernah sakit hati. Karena tidak ada yang saya baca," ucapnya sambil tertawa.

Baca Juga: Kembali Sindir Gus Miftah, Ustaz Maaher Bawa-bawa soal Ereksi

Gus Miftah menekankan bahwa sudah sepantasnya orang mulai belajar untuk menghindari ghibah saat melihat orang lain. Fenomena yang sering terjadi saat ini kebanyakan orang tidak tahu faktanya seperti apa tapi sudah lebih dulu berkomentar.

Setelah memberikan komentar, pada akhirnya orang yang bersangkutan merasa menyesal. Begitu juga yang ramai di medsos tentang pengajian di Sarkem atau lokalisasi ini.

"Belajar menghindari ghibah saat kita melihat orang lain. Kalau omonganmu itu bener ya tetep ghibah, tapi kalau salah itu fitnah, tidak ada benarnya," terangnya.

Gus Miftah memberi contoh mengenai sikap yang mengecap seseorang terlalu dini dengan ajaran dari Sayyidina Ali yang mengatakan bahwa saat di malam hari melihat ahli maksiat dan bertemu lagi di keesokan harinya.

Lebih baik untuk tidak menyebut yang bersangkutan adalah ahli maksiat. Sebab, bisa jadi malam itu dia bertobat sementara mata kita tidak pernah melihat.

Baca Juga: Tambah Panas! Ustaz Maaher Serang Gus Miftah: Kemarin Lonte Sekarang Ereksi

"Jadi kalau bahasa saya yang menyebut lonta-lonte itu, memang tidak ditujukan kepada siapapun. Karena memang saya ngurusi mereka tapi saya tidak pernah menunjukkan itu kepada siapapun. Sama halnya, tentang fiqih, anjing itu haram, lalu apakah boleh mengucapkan anjing? Boleh dan itu bukan sebuah umpatan. Jadi memang boleh berkata tapi sesuai konteks dan proporsinya," tuturnya.

Disampaikan Gus Miftah bahwa banyak juga orang yang masih mempertanyakan tentang eksisnya lokalisasi sarkem setelah pengajian. Beberapa pihak menyebut seharusnya lokalisasi itu sudah tutup kalau memang sudah dilakukan pengajian seperti itu.

"Ada yang menayakan tentang kalau sudah ngaji di sarkem puluhan tahun kenapa kok sarkem masih buka? Pertanyaannya saya apa hubungannya Gus Miftah dengan nutup sarkem? Saya bukan pemerintah, saya bukan wali kota, di sini saya sekadar menyampikan apa yang saya bisa, itu saja," tegasnya.

Terkait masih banyaknya orang yang berkecimpung di dalamnya, kata Gus Miftah itu adalah hukum dunia malam. Jadi memang ada yang kemudian keluar tapi juga ada yang kembali masuk. Ada yang sudah sejak awal ikut tapi orang baru pun masih tetap ada.

"Kalau tidak tahu sesungguhnya, doakan saja, kalau menjelek-jelekkan tidak akan membuat mereka lebih baik. Tetapi kalau didoakan bisa jadi doa itu menjadi wasilah bagi mereka," tandasnya.

Perlu diketahui sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial mengenai Soni Eranata, atau yang lebih dikenal dengan nama Ustaz Maaher At Thuwailibi, yang menyebut Gus Miftah sebagai seorang ulama pecinta wanita malam. Hal tersebut disampaikan lantaran melihat dakwah Gus Miftah yang kerap dilakukan di lokalisasi dan tempat hiburan malam.

Load More