SuaraJogja.id - Selama pandemi berlangsung, masyarakat sempat dihimbau untuk tidak menggelar hajatan yang berpotensi mengundang banyak tamu. Hal tersebut bertujuan untuk memutus mata rantai penularan covid-19 yang sensitif dengan mobilisasi manusia.
Meski begitu, namun terselenggaranya beberapa acara yang sudah direncanakan sejak lama mungkin sudah tidak bisa dibendung lagi. Tidak sedikit masyarakat yang mulai kembali menggelar hajatan. Salah satunya adalah acara pernikahan yang kebanyakan sudah direncanakan jauh sebelum pandemi merebak.
Menanggapi hal tersebut, dr Tirta selaku relawan kesehatan yang juga aktif mensosialisasikan protokol kesehatan memberikan lima saran yang bisa diterapkan dalam masa pandemi. Bukan hanya ditujukan untuk Weeding Organizer (WO), lima saran ini juga bisa ikut diterapkan oleh Event Organizer (EO) atau acara lainnya yang memicu kerumunan.
1. Barcode Regist
Baca Juga: Dr Tirta Marah Minta Cabut PSBB karena Rizieq, Begini Jawaban Anies
Regristasi menggunakan barcode ini bisa berguna untuk mempercepat alur masuk ke dalam acara. Sehingga pengunjung atau tamu yang datang tidak menumpuk dalam antrian di depan pintu masuk. Undangan juga bisa diberikan dalam bentuk digital melalui pesan singkat yang berisi barcode dan bisa diisi pengunjung sejak dari rumah.
"Hasilnya yaitu itu Google form, database yang bisa disetorkan ke Dinas Pariwisata dan Kesehatan DKI," tulis dr Tirta dalam akun Instagram @infocipeng.
2. Souvenir
Pengunjung bisa menukarkan barcodenya dengan souvenir. Tanpa perlu mengisi buku tamu dan menumpuk antrian di pintu masuk, penggunaan barcode dinilai lebih efektif untuk mencegah antrian dan kerumunan massa di pintu masuk acara.
3. Time Keeper
Baca Juga: dr Tirta Tantang Pejabat Turun ke Lapangan Minta Lihat Kondisi Rakyat
Setelah diarahkan ke pintu masuk, WO maupun EO saat ini perlu untuk memiliki petugas yang bekerja menjaga waktu pengunjung atau time keeper. Dalam hal ini, mereka bertugas untuk mengatur pengunjung agar tidak terlalu lama berada di dalam ruangan dan bisa bergantian dengan pengunjung lainnya.
Untuk bisa mengetahui lama waktu para pengunjung, bisa dengan menggunakan stiker. Setiap beberapa pengunjung yang masuk dalam waktu bersamaan ditempeli stiker dengan warna tertentu. Dari situ, time keeper bisa menentukan berapa lama pengunjung tersebut sudah berada di dalam dan kapan waktu untuk bergantian.
4. Gate Keeper
Selain petugas untuk mengatur waktu berkunjung, perlu juga disediakan petugas yang menjaga pintu masuk. Petugas ini bekerja untuk memastikan setiap pengunjung yang masuk sudah mengisi barcode. Petugas juga bisa membantu orangtua yang datang yang mungkin tidak mengerti cara mengisi barcode.
"Jadi kita bisa menghemat apa? buku tamu nggak keluar terus spidol. Orang datang bisa cepat," terang dr Tirta dalam tulisannya.
5. Kuota pengunjung setiap jam
Jika setiap pengunjung diperhitungkan memiliki luasan 2 meter persegi, dengan luas ruangan 500 meter persegi di bagi dua meter, maka jumlah pengunjung setiap jamnya adalah 250 orang. Dalam satu jam misalnya, maksimal pengunjung bisa dibatasi. Setelah satu kurun waktu selesai bisa dilakukan desinfektasi terlebih dahulu sebelum kemudian pengunjung berikutnya kembali dipersilahkan masuk.
"Nah enaknya seperti itu, terus emang barang-barangnya harus ramah lingkungan kalau bisa jangan yang keramik kalau bisa sekali pakai, sekali pakai buang itu bisa menghemat biaya," imbuhnya.
dr Tirta menyarankan untuk menggunakan barang-barang sekali pakai dan desinfektan yang ramah makanan. Sehingga meskipun dilakukan berulangkali masih tetap aman untuk pengunjung maupun mempelai dan keluarga. Ia juga menyarankan agar souvenir diganti menjadi masker dan hand sanitizer saja.
Sebelumnya, dr Tirta juga sempat berhasil mengadakan pameran sepatu dan produk lokal UMKM di Jogjakarta. Ia turut menerapkan saran yang sama dengan yang ia paparkan. Dengan begitu, selain bisa tetap menjalankan roda ekonomi masyarakat juga tetap mematuhi protokol kesehatan selama pandemi berlangsung.
Sejak diunggah Selasa (23/11/2020), lima saran dr Tirta itu sudah disukai lebih dari 900 orang pengguna Instagram. Ada banyak komentar yang menyetujui saran dari dokter lulusan UGM ini. Setidaknya masyarakat masih bisa melanjutkan hajat kehidupannya tanpa melanggar protokol kesehatan.
Berita Terkait
-
Sebut WHO Siapkan Pandemi Baru Pakai Senjata Biologis, Epidemiolog UI Skakmat Dharma Pongrekun: Gak Pantas jadi Cagub!
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi
-
Bupati Sunaryanta Meradang, ASN Selingkuh yang Ia Pecat Aktif Kerja Lagi
-
Data Pemilih Disabilitas Tak Akurat, Pilkada 2024 Terancam Tak Ramah Inklusi