Di Jogia inilah, Bukhi akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah toko kelontong dengan mengadaptasi gaya hidup yang telah dipelajarinya dulu. Lahirlah Ranah Bhumi, atau yang sering disebut juga bulk store, toko yang sudah menerapkan konsep zero waste.
Dijelaskan bahwa zero waste lifestyle merupakan sebuah gaya hidup -- bukan berarti sepenuhnya lantas tidak menghasilkan sampah sama sekali, tetapi lebih kepada gaya hidup yang mengajarkan orang untuk melihat dan mengevaluasi bahwa sesuatu yang dikonsumsi bisa memberi dampak bagi lingkungan sekitarnya.
"Rencana awal itu mau keliling ke desa-desa di Jogja pakai bus gitu, tapi bus memakan waktu sekitar dua tahun untuk direnovasi dan rekondisi. Nah sembari mencari tanah waktu itu, aku dan partner-ku melewati toko ini dan seolah memanggil-manggil, eh dan kebetulan juga dikontrakkan," terangnya.
Bukhi mengungkapkan bahwa sebenarnya ada beberapa pilihan atau ide sebelum akhirnya jatuh kepada bulk store ini, mulai dari tour and travel, coworking space, perpustakaan, dan sebagainya.
Baca Juga: Mengintip Budi Daya Maggot di Sleman, Berdayakan Warga Terdampak Tol
"Lalu kita berpikir apa yang relevan untuk masyarakat sekitar sini. Kebetulan juga waktu itu kondisinya saat pasar tradisional Prawirotaman direlokasi. Kita tanya orang-orang sini butuhnya apa, ya butuh toko kelontong karena pasar belum ada lagi," sebutnya.
Dari situlah muncul ide dan keberanian untuk menghadirkan suatu toko kelontong yang berbeda dari biasanya -- toko kelontong yang punya produk-produk dan konsep lebih selaras dengan kondisi kebutuhan alam sekitarnya.
Keraguan tidak dipungkiri Bukhi tetap ada. Namun, ia dan rekan-rekan lainnya tetap yakin untuk bisa mendekatkan toko kelontong ini kepada masyarakat sekitar.
Bahkan, Bukhi juga mengaku bahwa toko kelontong ini sebenarnya merupakan dapur dari rumah atau tempat tinggalnya dan teman-teman dari ide awal menciptakan sebuah tempat yang kondusif untuk menjalankan gaya hidup seperti kondisi di Bali saat itu.
Hal itu selaras dengan keyakinan Bukhi untuk membuat tempat itu menjadi rumah atau tempat yang nyaman terlebih dulu. Jika orang-orang di dalamnya sudah merasa senang dan nyaman, maka orang lain yang hadir masuk ke dalam tempat itu akan merasakan hal yang sama.
Baca Juga: Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot
"Toko kelontong ini sebagai dapur kita sebenarnya. Kalau dihitung kita mulai mengumpulkan produk itu bulan Mei dan Juni dan baru buka pada 1 Oktober kemarin dengan segala renovasinya juga," tuturnya.
Berita Terkait
-
Pemprov Bali Disarankan Belajar Kelola Sampah dari India, Adupi: Kebijakan Melarang Bukan Solusi
-
Gaji Rp18 Juta di Jakarta atau Rp9 Juta di Jogja? Pahami Dulu Biaya Hidup Kota Ini
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Bali Larang Air Kemasan Plastik! Langkah Radikal Selamatkan Pulau Dewata dari Tsunami Sampah
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Pemkot Yogyakarta Gelar Pemeriksaan Kesehatan Lansia Gratis Tiap Bulan, Catat Tanggal dan Lokasinya!
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
-
Pascaefisiensi Anggaran, Puteri Keraton Yogyakarta Pertahankan Kegiatan Budaya yang Terancam Hilang
-
Komunikasi Pemerintah Disorot: Harusnya Rangkul Publik, Bukan Bikin Kontroversi
-
Sehari Dua Kecelakaan Terjadi di Sleman, Satu Pengendara Motor Meninggal Dunia