SuaraJogja.id - Warga Pedukuhan Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman mengembangkan budi daya maggot sebagai respons atas tergerusnya lahan pertanian produktif mereka akibat rencana pembangunan jalan tol Jogja-Solo. Seiring berjalannya waktu, maggot diyakini bisa menjadi solusi atas berbagai masalah yang hadir di tengah masyarakat selama ini.
Salah satunya yakni sebagai pengurai atau pemecah sampah organik sisa hasil produksi yang dihasilkan baik secara perseorangan, bahkan pabrik besar. Selain itu, limbah dari maggot itu, atau yang disebut casgot, juga bisa dimanfaatkan lagi menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.
Untuk mengenal lebih jauh bagaimana sebenarnya produksi atau budi daya maggot di Ketingan itu, SuaraJogja.id mendapat kesempatan untuk melihat lebih dekat ke lokasi maggot itu berkembang biak, mulai dari lalat yang dibiarkan bertelur hingga maggot yang siap dijual.
Didampingi salah seorang karyawan yang tergabung dalam Kelompok Dewi Mapan, Teguh Abini (61), yang juga warga Ketingan, SuaraJogja.id dibawa ke sebuah lahan yang telah disiapkan sebelumnya. Terdapat beberapa ruang yang fungsinya berbeda-beda, menyesuaikan dengan prosesnya.
Teguh menjelaskan, budi daya itu dimulai dari kumpulan black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam yang sudah dimasukkan dalam satu ruangan khusus dengan jaring-jaring di sampingnya. Ruang itu tertutup rapat agar tidak ada lalat yang keluar.
Ruangan itu adalah tempat para lalat kawin dan menghasilkan telur hingga akhirnya mati. Tempat lalat ini dibagi menjadi dua: ruangan gelap dan terang.
Tempat terang berfungsi ketika lalat dewasa saling bertemu dan kawin. Di ruangan itu disediakan daun pisang dan pelepah pisang yang sudah mengering. Di bawahnya sudah disiapkan kayu atau kotak yang berfungsi sebagai media lalat itu menaruh telurnya.
Disampaikan Teguh, setiap harinya, lalat-lalat itu hanya diberi minuman air bersih minimal sebanyak dua kali sehari. Dengan beberapa media yang sudah disiapkan tadi, lalat akan dibiarkan untuk tumbuh dan berkembang biak sendiri.
"Kalau siklusnya itu lalat jantan akan mati setelah kawin. Sedangkan lalat betina akan mati juga setelah bertelur. Masa hidupnya dari sekitar 8-14 hari saja," kata Teguh sembari menunjukkan rumah lalat, di Dusun Ketingan, Minggu (13/12/2020).
Baca Juga: Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot
Setelah selesai di ruang untuk lalat, telur yang telah dihasilkan tadi ada yang dibawa untuk dilakukan pembibitan. Telur lalat ini akan berubah menjadi maggot atau sejenis belatung.
Telur-telur tadi terlebih dulu dimasukkan dalam sebuah kotak-kotak untuk ditunggu untuk menetas. Setidaknya memerlukan waktu selama empat hari hingga telur menetas menjadi baby maggot.
"Baru setelah menjadi baby maggot diturunkan ke bawah atau dipindahkan ke tempat khusus lagi yang sudah disiapkan untuk produksi. Ya perlu sekitar 8-10 hari dari baby maggot sampai bisa turun ke bawah," ucapnya.
Selanjutnya maggot yang sudah di tempat tersendiri tadi, akan dtunggu sampai menjadi kupa atau maggot yang sudah tua. Dari kupa itu nanti tinggal menunggu sekitar 21 hari untuk akhirnya bisa menjadi lalat kembali.
"Ya setidaknya perlu waktu 40-45 hari untuk produksi maggot, dari bertelur sampai bertelur lagi terus mati," sebutnya.
Telur dan maggot tadi yang kata Teguh, memiliki nilai ekonomi tinggi di pasaran. Namun sejauh ini pihaknya masih belum menyediakan bibit atau telur maggot untuk dijual secara luas.
Berita Terkait
-
Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot
-
Aktivitas Seni di Grogol Mati Suri Akibat Pandemi, Sugati Wayangan Sendiri
-
Kasus COVID-19 di DIY Tembus 8.147 Pasien
-
Muncul Banyak Perumahan, Habitat Burung Kuntul di Ketingan Terganggu
-
Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Aktivitas di Terminal Jombor Masih Sepi
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
Buntut Keracunan Siswa, Pemkab Bantul Panggil Seluruh SPPG Cegah Insiden Serupa
-
Cuaca Ekstrem Ancam DIY: Dua Kabupaten Tetapkan Status Siaga
-
Di Samping Sang Ayah: Posisi Makam Raja PB XIII Terungkap, Simbol Keabadian Dinasti Mataram?
-
Jalur yang Dilewati Iring-iringan Jenazah PB XIII di Yogyakarta, Polda DIY Siapkan Pengamanan Ekstra
-
Tragedi Prambanan: Kereta Bangunkarta Tabrak Kendaraan, Palang Pintu Tak Berfungsi?