Namun masyarakat yang menginginkan maggot sebagai alternatif makanan ternak bisa mengambil hasil produksi yang sudah ada. Disampaikan Teguh, maggot cocok digunakan sebagai pakan ternak mulai dari ikan lele, nila serta ikan-ikan lainnya, begitu juga dengan ayam, itik, dan jenis unggas lainnya.
Terkait dengan bahan atau makanan maggot itu sendiri, Teguh menuturkan pihaknya memanfaatkan limbah kulit kambing yang sudah tidak digunakan lagi. Ditambah juga dengan buah-buahan yang sudah tak layak makan oleh manusia.
"Nanti bahan-bahan itu akan digiling dan diberi air panas sampai menjadi seperti bubur itu baru diberikan sebagai makanan maggot. Untuk kotak satu deret 30 meter persegi ukuran 2x15 meter dibutuhkan 40 kilogram pakan," paparnya.
Tidak sampai di situ saja, nantinya limbah hasil sisa makanan maggot itu akan diambil untuk diolah lagi. Nantinya limbah itu akan disaring untuk dijadikan sebagai pupuk alami yang terbukti baik bagi tanaman.
Disampaikan Teguh, beberapa waktu lalu pihaknya juga telah melakukan panen untuk maggot tersebut. Maggot itu telah dikumpulkan dalam tempat tersendiri yang berukuran 2x6 meter dengan kedalaman 15 cm.
"Ya dari situ saja ada sekitar 3 kuintal maggot siap dipasarkan. Usia kurang lebih sebulan. Tinggal angkut saja bagi masyarakat yang mau membeli untuk pakan ternak," terangnya sambil mengaduk kumpulan maggot.
Teguh menambahkan hingga saat ini setidaknya peminat maggot ini sudah ada di berbagai daerah. Mulai dari Kudus, Purworejo yang digunakan untuk makan udang, Megalengan, Bantul. Bahkan sudah ada pemesan dari Sumedang tapi belum bisa terlayani karena satu dan lain hal.
Sementara itu inisiator terciptanya usaha budi daya maggot di Dusun Ketingan, Mardiharto (68), menuturkan saat ini 1 kilogram maggot hanya dibanderol dengan harga Rp. 6.000 saja. Memang diakui harga itu masih sangat terjangkau namun, ia yakin dalam beberapa waktu ke depan permintaan akan semakin banyak dan harga pun juga bakal terangkat lagi.
"Memang masih murah segitu, tapi saya yakin prospeknya ada dan bakal ada kenaikan harga ke depannya," kata Mardi.
Baca Juga: Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot
Mardi sendiri memilih budi daya maggot atau belatung sebagai bisa atas respon hilangnya srbagain besar lahan produktif warga Dusun Ketingan. Menurutnya hal ini dapat digunakan untuk membantu memberdayakan warga sekitar yang terdampak pembangunan jalan tol dan pandemi Covid-19.
"Awalnya memang melihat dampak dari area persawahan di Ketingan yang ternyata kena hampir 90 persen. Itu otomatis membuat para peyani kehilangan mata pencahariannya, jadi saya coba tawarkan solusi lainnya," ucapnya.
Selain dampak hilangnya lahan pertanian akibat tol, pemberdayaan itu juga dilakukan atas respon banyaknya warga yang terdampak pandemi Covid-19. Salah satunya yang terpaksa harus terkena phk secara sepihak dari tempatnya bekerja.
"Lagipula semua proses dari budi daya maggot ini bisa mendatangkan uang. Ini sebagai upaya juga mengajak petani tradisional menjadi petani modern untuk merespon keterbatasan atau hilangnya lahan pertanian produktif tadi," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot
-
Aktivitas Seni di Grogol Mati Suri Akibat Pandemi, Sugati Wayangan Sendiri
-
Kasus COVID-19 di DIY Tembus 8.147 Pasien
-
Muncul Banyak Perumahan, Habitat Burung Kuntul di Ketingan Terganggu
-
Jelang Libur Natal dan Tahun Baru, Aktivitas di Terminal Jombor Masih Sepi
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
Terkini
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo
-
PSBS Biak 'Kuasai' Maguwoharjo, Pemkab Sleman Beri Lampu Hijau, Bagaimana Nasib PSIM?