Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 16 Desember 2020 | 14:00 WIB
Anak-anak melewati salah satu situs yang ada di Pedukuhan Ketingan, yakni Makam Kyai Kromoijoyo atau Mbah Celeng, untuk pergi memancing di Embung Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Rabu (16/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Dijelaskan Suseno bahwa setiap tahunnya masyarakat Ketingan selalu memperingati merti bumi atau upacara adat tahunan di situs tersebut. Meski tidak terkena semua, kemungkinan besar situs itu juga akan terdampak bahkan hingga harus dipindahkan.

"Ada situs itu, tapi memang belum terdaftar di kabupaten. Kalau tidak salah nanti situs itu juga terkena juga," ungkapnya.

Kemudian ada juga Embung Ketingan, yang diperikirakan akan terkena sedikit dampak dari proyek pembangunan jalan tol tersebut. Biasanya, kata Suseno, embung itu dimanfaatkan orang untuk memancing ikan.

Diketahui bahwa burung-burung kuntul saat ini mulai berdatangan untuk membuat sarang di pepohonan wilayah Ketingan. Hal ini sudah dianggap wajar oleh warga sekitar sebab hampir setiap musim penghujan tiba, burung kuntul atau bangau ini selalu datang.

Baca Juga: Masih Menggantung, Rencana Proyek Jalan Tol di Ketingan Buat Warga Resah

Ketua Desa Wisata Ketingan Haryono memperkirakan, burung-burung kuntul ini sudah bermigrasi sejak 2 November kemarin. Namun, memang seiring berjalannya waktu, jumlah yang datang pun terus bertambah.

"Kalau dari penelitian UGM itu, waktu kapan itu jumlahnya sudah lebih dari 10 ribu," ujar Haryono.

Lebih lanjut dijelaskan Haryono, ada tiga jenis burung kuntul yang membuat sarang untuk bertelur di pohon-pohon warga tersebut. Pertama ada yang memiliki corak putih polos dengan ukuran yang lebih besar.

Selanjutnya ada burung kuntul yang di leher dan punggungnya memiliki warna kuning dibalut dengan bulu panjang di bagian punggungnya. Selain itu, ada juga yang bercorak cokelat dan berpunggung abu-abu gelap atau sering disebut oleh warga sebagai burung kuntul jenis blekok.

"Persamaan dari ketiga jenis burung tadi ada di bentuk leher, yang membentuk seperti huruf S. Kalau di sini burung kuntul paling sedikit itu yang warna putih polos tadi, sekitar 20 ekor saja. Kebanyakan yang berleher dan berpunggung kuning," sebutnya.

Baca Juga: Ricuh, Demo Korban Penggusuran Proyek Tol Bandara di Depan Kantor Wali Kota

Haryono mengatakan bahwa burung kuntul memerlukan setidaknya tiga bulan dari membuat sarang hingga telur-telurnya menetas dan bisa terbang. Untuk itu, burung-burung kuntul akan tetap tinggal di pohon tersebut selama musim penghujan.

Load More