"Di Bantul ini baru satu rumah belajar dan masih dalam proses pengerjaan," ujar dia.
Hingga kini terdapat 12 rumah belajar gratis yang didirikan di DIY. Namun di Kota Yogyakarta sendiri tak dibangun rumah belajar gratis mengingat sudah banyak kursus pembelajaran swasta yang berdiri di tengah kota.
"Kami ingin hadir untuk masyarakat. Terutama masyarakat yang berada di pinggir atau pelosok desa. Kami melihat mereka memiliki hak untuk mendapat pendidikan yang baik. Sehingga ketika anak-anak ini dewasa mereka bisa menjadi generasi penerus yang cerdas dan penuh ilmu," terangnya.
Terdapat lebih kurang 1.000 anak yang sudah terdaftar menjadi peserta didik. Mulai dari jenjang SD dan SMP.
Pembelajaran di Rumah Belajar gratis ini anak didik lebih ditekankan kepada praktek. Teori yang diberikan lebih sedikit, mengingat anak-anak sudah mendapatkan pelajaran dari sekolah utamanya.
"Kami juga membantu anak-anak yang tidak punya buku atau seragam. Semuanya kami berikan secara gratis," kata dia.
Guru atau tentor di rumah belajar direktur dari anggota dan relawan serta mahasiswa yang telah bergabung dengan organisasi itu. Guntur mengatakan bahwa terdapat lebih 1.000 anggota yang berada di organisasi ini. Namun semuanya tidak menjadi guru, adapun anggota yang membantu dengan memberikan sumbangan dana.
"Semua biaya ini dari anggota. Kami belum punya donatur tetap, kami sudah satu visi bahw kegiatan kami ini benar-benar untuk membangun masyarakat. Jadi tiap anggota punya celengan khusus yang kami kumpulkan untuk menyalurkan kebutuhan ke-12 rumah belajar yang ada. Termasuk kebutuhan adik-adik untuk bersekolah," jelas dia.
PGDCI tak hanya bergerak di bidang pendidikan. Mereka juga membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi.
Baca Juga: Pagi Buta Ribut di Lapangan Wijirejo, 9 Orang Diamankan Polres Bantul
"Rencananya kami akan membangun sebuah koperasi. Karena di sini warga berprofesi seorang petani dan juga penambang pasir yang hasilnya tidak seberapa, nanti kami bantu untuk kebutuhan sembako," jelas dia.
Guntur mengaku membangun rumah belajar gratis ini ia lakukan penuh lika-liku. Bahkan awalnya banyak orang yang menganggap bahwa apa yang dia bangun mustahil terwujud.
"Ada yang tidak percaya, ada yang mencaci. Namun hal itu saya anggap sebagai cambukan untuk motivasi. Saya membangun hal ini bukan untuk cita-cita saya. Tapi untuk masyarakat. Karena jelas situasi generasi Indonesia saat ini harus dibenahi. Hal ini semata-mata untuk keberlangsungan masyarakat yang harus mendapatkan hak yang sama terutama pada pendidikan," terang pria yang memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai konsultan pendidikan dan manajemen yang ada di Jakarta itu.
Saat ini organisasi yang ia bangun masih dalam tahap berkembang. Pihaknya akan fokus membangun meski di tengah situasi pandemi Covid-19.
"Saya terus optimistis rumah belajar dan organisasi PGDCI ini terus berkembang. Harapannya tak berhenti di DIY. Namun bisa meluas sampai pelosok Indonesia," harap Guntur.
Berita Terkait
-
Perusahaan EdTech Novakid Mulai Beroperasi di Pasar Pendidikan Indonesia
-
Potret Pendidikan Desa Terpencil di Kerinci
-
Mengenal Reggio Emilia Approach, Filosofi Pendidikan Usia Dini Asal Italia
-
2021, Rizki dan Ridho D'Academy Ingin Bangun Yayasan Pendidikan
-
Kemuning Kembar, Memadukan Psikologi dan Pendidikan dengan Budaya
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Pemain Liga Inggris Rp 5,21 Miliar Siap Bela Timnas Indonesia di SEA Games 2025
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
- 15 Kode Redeem FF Hari Ini 2 Agustus, Klaim Hadiah Kolaborasi Naruto, Skin Kurama, & Emote Ninja!
Pilihan
-
PSSI-nya Wales Raup Untung Rp648 Miliar Meski Prestasi Timnas Berantakan
-
Irak Mulai Panik, Ketar-ketir Lihat Perkembangan Timnas Indonesia
-
Tarif Trump Berlaku 7 Agustus 2025, IHSG Borpotensi Merana Hingga Akhir Tahun
-
Saham Terafiliasi Suami Puan Maharani Bergerak Abnormal, Langsung Kena Sentil BEI
-
Antam Tarik Utang Rp8 Triliun dari Bank Asing
Terkini
-
PSS dan PSBS Oke, PSIM? Pemkab Sleman Buka-bukaan Soal Nasib Stadion Maguwoharjo
-
Bye-bye Maguwoharjo? PSIM Jogja Mantap Bidik Stadion Sultan Agung Sebagai Kandang Super League
-
DPRD DIY Pasang Badan, Lawan Kebijakan PPATK yang Bekukan Rekening Warga Tanpa Bukti
-
Dampak Ekonomi Tol Jogja-Solo: 6 Exit Tol di Sleman Diharapkan Dongkrak Pariwisata dan Kuliner
-
Aksi Nekat Maling Sasar SD di Sleman, Uang Puluhan Juta Lenyap! Polisi Turun Tangan