SuaraJogja.id - Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu wilayah percontohan zona hijau Covid-19. Namun, dengan datangnya musim libur panjang, wisatawan dan rendahnya pemahaman masyarakat mengenai virus corona membuat kawasan ini berbalik menjadi zona merah.
Setelah 10 bulan menjadi daerah yang bebas dari covid, awal tahun ini kabupaten yang berada di Pulau Flores tersebut mencatatkan kasus Covid-19 dan mulai berubah menjadi merah.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi menyampaikan bahwa apa yang terjadi di Ngada menjadi alarm bagi semua elemen masyarakat -- tidak ada satu pun wilayah di dunia ini yang aman dari ancaman Covid-19. Pandemi ini sendiri berasal dari satu orang yang menularkan ke 96 juta orang di dunia.
"Kita harus mengingatkan semua pihak, termasuk seluruh daerah di Indonesia yang masuk zona hijau, bahwa potensi risiko selama pandemi itu masih tetap ada," ujar Sonny.
Oleh karenanya, pencegahan menjadi jauh lebih murah dan lebih mudah untuk dijalankan. Protokol kesehatan harus selalu diterapkan dan menjadi perilaku yang wajib diterapkan di seluruh wilayah termasuk zona hijau. Sonny juga menyarankan kepada Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa untuk mendorong pengetahuan masyarakat agar memahami resiko penularan bisa terjadi secara cepat tanpa pencegahan.
Selanjutnya, Sonny menyampaikan saat ini juga pemerintah maupun satgas harus segera mendorong pengetahuan masyarakat mengenai protokol kesehatan. Dalam kondisi penyebaran awal ini, Sonny mengaku akan lebih mudah mencegah penyebaran terjadi lebih luas. Dengan adanya peringatan seperti ini, maka mobilitas harus dibatasi, begitu juga dengan aktivitas sosial perlu dihindari.
"Sekarang kita sosialisasikan secara masif, mumpung kasusnya masih sedikit dan Ngada bisa jadi contoh untuk Indonesia," ujar Sonny.
Komunikasi resiko menjadi salah satu alasan masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. Penting disampaikan kepada masyarakat bahwa virus ini menular dari orang ke orang. Virus corona jenis baru ini tertular melalui droplet atau air ludah yang keluar dari mulut pasien. Lantas masuk ke tubuh orang lain melalui hidung, mulut dan mata. Sehingga penggunaan masker dan perlindungan mata sangat dibutuhkan sebagai pencegahan.
Mencotoh Kabupaten Banyuwangi, Sonny mengajak Kabupaten Ngada untuk memonitor perubahan perilaku di tengah masyarakat. Hal tersebut bisa diakses melalui aplikasi yang terhubung langsung ke Satgas Nasional. Sudah ada jutaan orang yang menerima edukasi mengenai Covid-19. Sementara NTT merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah duta perubahan perilaku masih sedikit. Duta tersebut harus orang yang berkembang di tengah masyarakat.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Pemberian ASI Eksklusif Anak Indonesia Justru Meningkat
Selain itu, tim Satgas juga sudah mengembangkan buku panduan perubahan perilaku untuk diterjemahkan dalam 78 bahasa, salah satunya adalah bahasa Ngada. Buku tersebut bisa disampaikan kepada masyarakat untuk menunjang edukasi mengenai pencegahan Covid-19. Sonny menyarankan Bupati Ngada untuk bisa memanfaatkan fasilitas tersebut guna meningkatkan pemahaman masyarakat setempat.
"Tidak ada satupun intervensi tunggal yang mampu menyelesaikan pandemi ini. Sehingga intervensi harus dilakukan secara simultan," ujar Sonny.
Protokol kesehatan 3M harus tetap dilakukan, bersamaan dengan pemberian vaksin. Namun, keduanya tidak akan berjalan dengan baik jika tidak diimbangi 3T. Berkembangnya stigma ditengah masyarakat menjadi penghambat penelusuran. Untuk itu, penting bagi Satgas untuk menggunakan narasi yang positif. Kedepannya, pihaknya akan mengembangkan posko berbasis komunitas.
Selanjutnya, Bupati Kabupaten Ngada, Paulus Soliwoa menyampaikan, jika saat ini kondisi di wilayahnya sejak awal pandemi hingga usai pilkada masih masuk zona hijau. Sesuai dengan aturan yang ada, pihaknya juga membentuk Satgas dari berbagai tingkatan mulai dari desa hingga pusat. Semua unsur pemerintahan juga ikut terlibat dalam satuan tugas penanganan Covid-19.
Belum adanya masyarakat yang terpapar Covid-19 di awal pandemi membuat masyarakat melonggarkan protokol kesehatan. Paulus mengakui, jika cukup sulit untuk mencegah masyarakat menyelenggarakan aktivitas sosial. Sehingga, dari Satgas dan pemerintah kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat. Terutama mengenai penggunaan masker.
"Pemerintah telah berupaya untuk pengadaan masker sampai dengan 100 ribu," ujar Paulus dalam teleconference yang disiarkan Rabu (20/1/2021).
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Konser "Jogja Hanyengkuyung Sumatra": Kunto Aji hingga Shaggydog Ikut Turun Gunung
-
Danantara dan BP BUMN Siagakan 1.000 Relawan untuk Tanggap Darurat
-
Bantu Korban Sumatera, BRI Juga Berperan Aktif Dukung Proses Pemulihan Pascabencana
-
Anak Mantan Bupati Sleman Ikut Terseret Kasus Korupsi, Kejaksaan Buka Suara Soal Peran Raudi Akmal
-
Imbas Jembatan Kewek Ditutup, Polisi Siapkan Skema Dua Arah di Sekitar Gramedia-Bethesda