Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 26 Januari 2021 | 14:53 WIB
Puji, warga Gunungkidul menunjukkan kepiawaiannya melukis di tengah keterbatasan fisik, Selasa (26/1/2021). [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Keterbatasan fisik yang didapat oleh Puji Lestari warga Padukuhan Kayu Balung Kalurahan Girisekar Kapanewonan Panggamg Gunungkidul tak menghalangi untuk berkarya. Meski memiliki kekurangan, perempuan kelahiran 12 September 1997 ini mampu menunjukkan kreativitasnya lewat melukis di atas kanvas.

Dengan kedua lengannya tak sempurna di mana ia tak memiliki telapak tangan, Puji berusaha keras untuk menggoreskan cat akrilik ke atas kanvas. Untuk menggoyangkan ujung kuas berbalur cat akrilik ke kain kanvas ia harus menelungkupkan kedua lengan tangannya agar kuasnya tidak lepas. 

Berbagai kesulitan dihadapinya ketika harus membuat lukisan karena ia harus 'menjepit' kuas untuk melukis. Keduanya lengannya cepat lelah ketika menggoyangkan kuas, selain itu punggungnya juga sering tidak bisa diajak berkompromi.

"Kalau capek saya pakai kaki kanan,"ujar Puji ditemui di rumah pembimbing lukisnya di Padukuhan Bali Kalurahan Girisekar, Selasa (26/1/2021).

Baca Juga: 30 Puskesmas dan 7 Rumah Sakit di Gunungkidul Terima Vaksin Covid-19 Besok

Untuk menghasilkan sebuah lukisan ukuran 40x50 cm, ia menghabiskan waktu sekitar 5 hari. Hal itu lantaran selain membutuhkan tenaga ekstra, ia juga hanya bisa melukis di waktu luang saat tak mengasuh puteri semata wayangnya yang berumur 5 tahun.

Baginya melukis merupakan bentuk ekspresi apa yang ia rasakan dan membuat hidupnya lebih nyaman. Lukisan pemandangan menjadi salah satu karya yang ia paling ia sukai. Keinginan melukis keindahan alam menjadi favoritnya untuk dituangkan ke atas kanvas.

Mengekspresikan diri di atas kain kanvas ia lakukan sejak duduk di bangku Sekolah Luar Biasa (SLB) di bawah bimbingan mentornya, Iwan Setiyawan. Meski sempat berhenti karena menikah selepas lulus SLB, Puji kembali giat melukis dalam setahun terakhir.

Puji, warga Gunungkidul menunjukkan kepiawaiannya melukis di tengah keterbatasan fisik, Selasa (26/1/2021). [Kontributor / Julianto]

Tiga lukisan berhasil ia selesaikan di masa pandemi covid-19. Kendala biaya untuk membeli bahan melukis juga menjadi halangan dirinya untuk berekspresi. Meskipun hobi, namun ia tidak ingin mengganggu uang belanja yang diberikan oleh suaminya. Ia tetap tidak ingin suaminya yang berjualan Bakwan Kawi keliling terbebani karena hobinya tersebut.

"Saya sering dibantu peralatan lukis oleh temen-temen perupa yang lebih senior dari saya,"ungkap Puji.

Baca Juga: KPU Tetapkan Sunaryanto-Heri Susanto Jadi Bupati-Wakil Bupati Gunungkidul

Wanita ini terus bermimpi untuk berkarya yang lebih baik lagi dan berharap suatu saat nanti ada pecinta seni lukis ataupun kolektor lukisan yang berminat membeli hasil karyanya tersebut. Puji mengaku memiliki cita-cita untuk membangun sebuah rumah kecil dari hasil ia melukis.

Saat ini Puji bersama suaminya masih tinggal di rumah orang tuanya. Meskipun sederhana tetapi Puji tetap ingin bercita-cita memiliki rumah sehingga menjalani kehidupan rumah tangganya dia rumah mereka sendiri.

"Alhamdulillah meski belum laku tetapi besok sudah ada yang mengajak saya untuk ikut pameran lukisan,"tambahnya.

Sampai saat ini Puji mengaku masih kesulitan untuk campur warna sehingga menghasilkan warna baru sesuai dengan keinginan dirinya. Tak hanya itu, ia juga merasa kesulitan ketika harus membuat sket lukisan sebelum dituang cat di atas kanvas.

Iwan, Sang Mentor melukis mengaku awalnya berkenalan dengan Puji karena dirinya merupakan salah satu guru mata pelajaran ekstra kurikuler dari SLB tersebut. Beberapa kali lukisan yang dihasilkan oleh Puji memang cukup menarik bagi dirinya.

Hingga akhirnya ia sempat tidak berkomunikasi lagi dengan Puji karena muridnya tersebut lulus SLB dan langsung memutuskan untuk menikah. Dan baru setahun ini pula, ia mengajak Puji untuk belajar melukis di rumahnya. Perlahan-lahan ia mulai mengajar Puji bagaimana mengkomposisikan campuran cat untuk menghasilkan warna.

"Saya ingin dirinya belajar sendiri mencampur warna sehingga bisa memahami komposisi warna ideal,"ujarnya.

Tak Direstui Calon Mertua Hingga Obyek Bullyan Sering Dialami Oleh Puji

Meskipun saat ini dirinya telah memiliki seorang anak berumur 5 tahun Namun ternyata perjalanan Asmara yang tidak semulus seperti yang orang lain pada umumnya. Perjodohannya dengan suaminya sempat tidak direstui oleh orang tua sang suami.

Puji mengaku perkenalan dengan suami, Budi Iswanto ketika dirinya menjadi langganan Bakwan Kawi yang dijual oleh suaminya tersebut. Benih-benih asmara muncul karena ia sering bertemu dengan dirinya karena setiap hari suaminya selalu lewat di depan rumahnya.

"Ya kita akhirnya pacaran,"tuturnya.

Orang tua suaminya sempat menentang asmara dirinya karena keterbatasan fisiknya tersebut. Kedua orangtua suaminya mungkin heran mengapa anaknya tidak memilih wanita pujaan dari wanita lain yang normal. Karena sempat tidak direstui orangtua suaminya, maka keduanya harus berpacaran cukup lama.

"Saya pacaran sama dia lima tahun sebelum menikah,"kenangnya.

Tak hanya mendapat tentangan dari orang tuan calon suaminya beberapa tahun yang lalu, motor batasan fisik yang ia miliki juga menjadikan dirinya menjadi bahan bully-an sejak kecil. Waktu duduk  di bangku sekolah dasar Puji mengaku sering diejek oleh teman-teman sekelasnya.

Tak hanya dirinya bahkan anaknya yang masih kecil dan tumbuh normal pun sering undakan ejekan bermain yang lebih besar dari anaknya. Tak jarang anaknya mendapat pertanyaan apakah malu memiliki Ibu yang tidak sempurna seperti diri.

"Saya terkadang sedih. Mengapa anak yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa juga di bully,"ujarnya sembari berkaca-kaca.

Memiliki fisik yang tak sempurna dan sering menjadi objek bullyan memang sempat membuatnya down. Semangatnya untuk terus berjuang kembali muncul ketika dirinya berada di asrama Yakkum di Pakem Kabupaten Sleman tahun 2007 yang lalu.

Kontributor : Julianto

Load More