SuaraJogja.id - Kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) se-Jawa dan Bali mendatangkan kritik dari aktivis kesehatan Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta.
Ia mengaku tak setuju dengan salah satu aturan yang diterapkan selama PPKM, yaitu jam malam.
"Ada beberapa kebijakan PPKM yang saya enggak setuju. Yang pertama, jam malam. Corona tuh keluar enggak di malam hari [saja]," katanya di video TikTok yang juga ia bagikan ke Twitter, Rabu (27/1/2021).
Lulusan FKKMK UGM Yogyakarta ini menerangkan, gara-gara ada aturan jam malam, warga desa jadi mengira bahwa virus corona Covid-19 hanya keluar di malam hari.
Dengan pemahaman tersebut, edukasi soal Covid-19, kata dr Tirta, jadi makin sulit.
"Apa akibat penerapan jam malam? Akibatnya adalah, banyak warga di desa-desa itu menganggapnya [corona] keluar malam doang. Nah, edukasi kan jadi susah," lanjutnya.
Ia menyadarai, tujuan pemerintah memberlakukan jam malam selama penerapan PPKM adalah untuk mencegah terjadinya kerumunan di tempah hiburan malam.
TONTON VIDEONYA DI SINI.
Namun menurutnya, jam malam bukanlah solusi. Bagi dia, sebaiknya pemerintah membicarakan antisipasi kerumunan maupun pelanggaran protokol kesehatan lainnya dengan si pemilik tempat hiburan.
"Faktanya, saya tahu jam malam. Karena mereka mau nyasar tempat hiburan malam. Lo, simpel. Kalau memang mau nyasar orang nongkrong di tempat hiburan malam, panggil saja owner-nya. Simpel, sekarang zaman Zoom gitu lo. Manggil orang-orang itu gampang. Edukasi saja, cari jalan tengah," terang dia.
Pria yang rajin mengedukasi masyarakat soal Covid-19 dan vaksinnya ini menambahkan, jam malam memberi dampak buruk bagi pengusaha kuliner.
Ia pun memberikan alternatif solusi untuk menghindari terbentuknya kerumunan masyarakat.
"Nah yang jadi masalah adalah, kalau jam malam diterapkan, banyak angkringan, restoran terdampak. Faktanya, kerumunan lebih terjadi di pasar, perumahan, pos ronda, terminal, bandara. Harusnya pemerintah lebih mengedepankan edukasi dan pengetatan transportasi, tempat publik, pasar, dan perumahan," tutupnya.
Disertakan untuk video itu, dr Tirta, melalui cuitannya, meminta supaya kebijakan jam malam dievaluasi.
"Tolong evaluasi kebijakan jam malam. Corona ga keluar malam hari. Edukasi tu 3 tempat : pasar, perkampungan, tempat transportasi. Fokus edukasi , pake relawan kader kesehatan. Mirip zaman edukasi keluarga berencana," kicau dia.
Berita Terkait
-
Cerita dr Gia Soal Rahim Copot Tak Dipercayai Rekan Sejawat, Saksi Hidup Akhirnya Muncul
-
3 Sepatu Lari Murah Favorit dr Tirta, Cocok Buat Pelari Kalcer Berkaki Lebar
-
Investasi Paling Mahal Itu Kesehatan! Dokter Tirta Ingatkan Pola Makan Seimbang
-
Jangan Anggap Remeh! Padel Bukan Olahraga Santai, Ini Kata dr Tirta Soal Risiko Blackout
-
Bukan Takut Istri, Ini Alasan Surya Insomnia Wajib di Rumah Sebelum Jam 9 Malam
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Perusahaan Skincare Resmikan Klinik Baru di Yogyakarta, Siap Bangun Pabrik pada Tahun Depan
-
DANA Kaget Spesial Warga Jogja: Akhir Pekan Cuan Rp199 Ribu, Sikat Linknya!
-
10 Kuliner Hidden Gem Jogja yang Wajib Dicoba, Cocok Buat Jalan Santai Akhir Pekan
-
Jeritan Hati Sopir TransJogja: Gaji Tipis, Denda Selangit, dan Ironi di Balik Kemudi
-
Jelang Libur Nataru, Kapolri Pastikan DIY Siap Hadapi Ancaman Bencana La Nina dan Erupsi Merapi