Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Sabtu, 20 Februari 2021 | 17:22 WIB
Koordinator Gusdurian Alissa Wahid (Instagram/@alissa_wahid)

SuaraJogja.id - Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik angkat bicara soal keberadaan Museum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Galeri Seni SBY-ANI, yang belakangan menuai polemik. Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya, Rachland bahkan mengungkit mengenai makam milik Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. 

Rachland Nashidik awalnya mengatakan, tidak ada yang salah dengan adanya Museum Kepresidenan. Sebab, hal itu merupakan jejak ingatan sejarah dan bisa menjadi rujukan standar pencapaian sebuah bangsa. Ia juga berpendapat bahwa Museum Kepresidenan bisa menambah pendapatan suatu daerah karena bisa menjadi objek wisata. 

"Tak ada yang salah dengan Museum Kepresidenan. Kita punya Museum Bung Karno dan Amerika Serikat punya museum dari presiden-presidennya. Museum adalah jejak bagi ingatan sejarah, bisa juga rujukan bagi standar pencapaian pada suatu bangsa. Dan obyek wisata bagi pendapatan daerah," tulis Rachland dalam cuitannya. 

Cuitan tersebut lantas mendapatkan komentar dari warganet yang menilai bahwa tak masalah Museum Kepresidenan dibangun selama menggunakan dana pribadi. Rachland lantas menanggapi komentar tersebut. Ia menyinggung mengenai makam Gus Dur, yang disebutnya dibiayai oleh negara. 

Baca Juga: Rachland PD Bilang Makam Gus Dur Dibangun Negara, Alissa Wahid Meradang

"Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov -- itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?" jawab Rachland. 

Tidak tinggal diam, putri almarhum Gus Dur, Alissa Wahid, lantas memberikan jawaban telak melalui cuitan di Twitter. Mengutip pernyataan Rachland tersebut, Alissa menyampaikan bahwa makam ayahnya dibiayai oleh keluarga Ciganjur, begitu juga dengan prasastinya, dan pihak Pondok Pesantren Tebu Ireng ikut menghormati keputusan tersebut. 

Sementara, dana dari negara digunakan untuk membangun jalan raya serta menyediakan lahan bagi warga sekitar yang ingin berjualan. Alissa juga menyebutkan, setiap tahunnya ada 1,5 hingga 2 juta orang yang datang untuk berziarah ke makam ayahnya. Oleh karena itu, negara mengurus jalan raya dan lahan penjual. 

"Bang @RachlanNashidik, makam #GusDur sampai saat ini dibiayai oleh keluarga Ciganjur, termasuk prasasti. PP Tebuireng pun hormati ini. Dana Negara tidak untuk makam tetapi utk jalan raya, lahan berjualan warga. Maklum, ada 1,5-2 juta peziarah setiap tahun. Negara urus ini," tulis Aliisa. 

Dalam utasnya, ia juga menjelaskan, tidak ada dana yang digunakan untuk Museum Gus Dur. Sepengetahuan dirinya, negara memberikan dana untuk Museum Islam Nusantara. Kesepakatan dana tersebut, katanya, sudah dilakukan oleh Gus Solah dengan pihak pemerintah sebelum ayahnya wafat. 

Baca Juga: Polemik Museum SBY, Rachland Nashidik Ungkit Makam Gus Dur Dibangun Negara

Sebagai informasi, Alissa menyebutkan bahwa setiap tahunnya Pondok Pesantren Tebu Ireng hanya menerima sedikit sekali bantuan dari pemerintah untuk pengelolaan makam Pahlawan Nasional, yaitu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari & KH Wahid Hasyim. Sementara, makam Gus Dur tidak termasuk dalam pemberian bantuan. 

"FYI, tiap bulan makam Tebuireng terima sedikit (banget!) bantuan dari Pemerintah, untuk mengelola makam Pahlawan Nasional yaitu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari & KH Wahid Hasyim. Makam #GusDur tidak termasuk. Jadi next time lebih hati2 ya, @RachlanNashidik. Jangan asal," tulis Alissa. 

Ke depannya ia meminta Rachland untuk lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan di media sosial supaya tak asal memberikan informasi. Selanjutnya, Alissa juga menegaskan bahwa pernyataan Rachland perlu dibantah dan diklarifikasi. Namun, tidak perlu baginya untuk sampai melakukan laporan ke kepolisian. 

Pihak keluarga Ciganjur sendiri tidak berniat melayangkan somasi kepada Rachland. Baginya, politikus Partai Demokrat itu perlu diperingatkan jika memang salah dalam menyampaikan informasi. Namun, jika sudah diingatkan dan masih mengulangi kesalahan, maka peringatan terhadap sang politikus menjadi kewajiban untuk Partai Demokrat. 

"Sepakat, mas. Saya telah meminta Barikade GusDur utk meralat rilis mereka, sebab Keluarga Ciganjur tidak berencana somasi. Bung @RachlanNashidik harus diingatkan, itu saja. Diingatkan bahwa kalau kesrimpet begini lagi, jadi liability buat @PDemokrat," tutup Alissa. 

Sejak diunggah pada Sabtu (20/2/2021), cuitan Alissa mengenai pernyataan Rachland yang menyinggung makam Gus Dur tersebut sudah disukai lebih dari seribu pengguna Twitter. Selain itu, ada 700 lebih orang yang ikut membagikan ulang. Tidak sedikit juga komentar yang turut ditinggalkan warganet. 

Load More