Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 26 Februari 2021 | 17:15 WIB
Agung sedang merawat beberapa bonsai kelapa di rumahnya di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Jumat (26/2/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

"Ya sudah ada puluhan [bonsai kelapa] di rumah," ujar Heru.

Heru menyebutkan, perlu ketelatenan untuk merawat bonsai kelapa tersebut agar tetap bisa berkembang dan hidup.

Perawatan yang dilakukan itu bermacam-macam, di antaranya memperhatikan bonkla agar tidak terlalu lama terpapar terik sinar matahari. Sebab, tempurungnya berada di atas permukaan, maka dimungkinkan untuk mudah retak.

"Lalu, pada bagian batang harus dilakukan penyayatan secara berkala biar bonsai tumbuh sesuai yang diinginkan. Setelah disayat, diusahakan jangan terkena air," terangnya.

Baca Juga: Tak Cuma Jadi Hiasan, Tanaman Ini Bisa Bikin Ruangan Bebas Polusi Udara

Pemupukan bonkla, kata Heru, selama ini menggunakan pupuk alami, mulai dari pupuk kandang atau kotoran kambing saja.

Nantinya, pupuk alami atau kotoran kambing itu cukup ditaburkan pada tanaman bonsai di media tanah. Bonsai yang berada di air perlu menggunakan irisan bawang merah, ditambah penyedap rasa.

"Brambang [bawang merah] dan micin [penyedap rasa] fungsinya sebagai perangsang akar," ungkapnya.

Bukan sekadar hobi, bonsai kelapa ternyata memiliki prospek nilai ekonomis yang menggiurkan.

Potensi itu datang seiring dengan tren perawatan dan koleksi tanaman yang dilakukan masyarakat di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Bukan Bawa Martabak, Pria Ini Apel ke Rumah Pacar Bawa Seperangkat Tanaman

Heru sendiri bisa menjual bonkla miliknya dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu tergantung bentuk dan kondisi tanamannya.

Load More