Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Selasa, 02 Maret 2021 | 14:34 WIB
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul Isadarmoko ditemui di ruang kerjanya, Selasa (2/3/2021). - (SuaraJogja.id/Mutiara Rizka)

SuaraJogja.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan, tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai di pekan ketiga Juli 2020.

Menanggapi kebijakan tersebut, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul melakukan berbagai persiapan agar bisa terselesaikan sebelum bulan Juli mendatang.

Kepala Dinas Dikpora Bantul Isdarmoko menyampaikan bahwa pelaksanaan sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru mendatang adalah hal yang diinginkan oleh masyarakat.

Setelah menjalani pembelajaran jarak jauh sejak Maret 2020 lalu hingga kini, anak-anak dinilai sudah mulai jenuh.

Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka di Kota Jambi

"Saat ini sudah jenuh, sudah bosan, galau, bahkan ada yang mogok setelah BDR [belajar dari rumah] selama satu tahun. Maret sampai Maret," ujar Isdarmoko saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (2/3/2021).

Peserta didik dinilai sudah mulai jenuh dan menginginkan agar sekolah bisa kembali berlangsung secara tatap muka. Namun, melihat kondisi pandemi saat ini, hal tersebut belum bisa dilaksanakan. Oleh karena itu, Kemendikbud meluncurkan program vaksin untuk guru.

Selain itu, Isdarmoko juga menyebutkan, ada beberapa persiapan yang pihaknya lakukan dan diharapkan bisa selesai pada Juni mendatang sebelum pelaksanaan sekolah tatap muka dimulai. Pihak kementerian sendiri sudah meminta sekolah untuk mempersiapkan data pemeriksaan kesehatan.

Data tersebut mencakup sarana untuk mendukung kesehatan siswa, penyemprotan disinfektan, akses ke layanan kesehatan, dan juga budaya menggunakan masker. Beberapa saran pendukung kesehatan yang harus terpenuhi adalah keberadaan tempat cuci tangan, toilet yang bersih dengan rasio yang mencukupi, serta memiliki thermogun untuk mengecek suhu tubuh.

"Harus ada kegiatan misal sebulan sekali, melakukan penyuluhan atau pemantauan kesehatan," imbuh Isdarmoko.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka di Mempawah Kembali Ditunda

Adanya akses dari pihak sekolah menuju ke layanan kesehatan diharapkan bisa berbuah berbagai kegiatan di setiap bulannya.

Selain itu, hal penting lainnya adalah pemetaan terhadap warga sekolah, mulai dari guru, murid, hingga karyawan yang mungkin memiliki penyakit bawaan atau rentan terpapar Covid-19 akan diminta untuk tidak hadir ke sekolah terlebih dahulu.

Guru atau siswa yang melakukan perjalanan jarak jauh dari rumah menuju ke sekolah, termasuk tenaga pengajar yang datang dari luar kota menggunakan angkutan umum akan diminta untuk tinggal sementara di sekitar sekolah. Sebab, penggunaan angkutan umum dinilai rentan menjadi tempat penyebaran virus Covid-19.

"Semuanya menyesuaikan adaptasi kehidupan baru, memang tidak bisa ideal seperti sebelum Covid-19," kata Isdarmoko.

Meski ke depannya pembelajaran akan dilaksanakan secara tatap muka, hal tersebut akan tetap disesuaikan dengan adaptasi kehidupan baru.

Pihak sekolah diminta untuk tetap mematuhi 3 M, yakni menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan, sehingga jumlah siswa yang hadir juga akan diatur hanya 50% saja untuk bisa menerapkan protokol menjaga jarak.

Load More