Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 18 Maret 2021 | 15:33 WIB
Eka Kurniawan mengolah ayam geprek sambal pedas di warung makan tempatnya kerja di sekitar Jalan Bantul, Kabupaten Bantul, Kamis (18/3/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Kenaikan harga cabai jenis rawit yang mencapai Rp120 ribu membuat para pedagang olahan cabai mengelus dada. Meski harga cabai meroket naik, usaha mereka harus tetap bergerak.

Salah seorang pedagang ayam geprek di Jalan Bantul, Kabupaten Bantul, Eka Kurniawan (25) menjelaskan, usaha makanan pedas miliknya harus disiasati agar omzet penjualan tetap untung.

"Memang beberapa bulan ini cabai rawit naik terus, jadinya kami harus bisa menyiasati agar tidak rugi ketika ada pelanggan membeli ayam geprek dengan cabai 10-20 biji," kata Eka ditemui di rumah makan ayam geprek tempatnya kerja, Kamis (18/3/2021).

Ia melanjutkan, agar tetap untung, dirinya menambah harga cabai per bijinya sebesar Rp500 ketika pelanggan memesan cabai diatas 5 biji.

Baca Juga: Tak Ada Larangan Mudik, Bantul Prediksi Pemudik Lebih Banyak dari 2019

"Jika hanya 1-5 cabai, tidak ada tambahan harga untuk ayam gepreknya. Tapi jika memesan dengan jumlah cabai diatas 5 biji, kami berikan tambahan cabai Rp500," ungkap dia.

Satu porsi ayam geprek lengkap dengan nasi dan lalapan dihargai Rp11 ribu. Eka menjelaskan adanya tambahan biaya cabai tak membuat komplain para pelanggannya.

"Harga cabai itu kan sering naik turun. Sehingga konsep jualan kami ini sudah kami lakukan sejak lima bulan lalu. Sehingga ketika ada kenaikan harga cabai yang tinggi kami tidak khawatir. Di sisi lain, pelanggan kami sudah memaklumi dan menerima itu," ujar dia.

Tak hanya menambah harga cabai per butirnya, Eka juga mengombinasikan cabai rawit dengan cabai jenis lain. Hal itu untuk menambah cita rasa yang pedas, tetapi hasil pengeluaran tak terlalu besar.

Per harinya, warung ayam geprek tempat Eka bekerja selalu menyiapkan 4-5 kilogram cabai rawit.

Baca Juga: Lombok Masih Mahal, Harga Bawang Juga Naik di Balikpapan

"Tadi (Kamis) membeli sekitar 5 kilogram cabai rawit. Saya tidak tahu berapa total yang dibayar, hanya saja informasi saat ini harga cabai naik sampai Rp100-120 ribu," jelas dia.

Pernyataan lain diungkapkan pedagang gado-gado di Jalan Bantul, Sumitro (43). Dirinya terpaksa membeli cabai rawit dengan jumlah sedikit dan dicampur dengan cabai merah besar.

"Agar tetap pedas, saya campur antara rawit dan cabai lainnya. Karena tidak mungkin saya menaikkan harga per porsinya, sebab pelanggan sudah tahu dengan harga yang saya jual," kata dia.

Terpisah, Kepala Seksi Distribusi dan Harga Barang Kebutuhan Pokok, Disperindag Bantul, Zuhriyatun Nur Handayani menjelaskan, bahwa meroketnya harga cabai rawit, diprediksi karena faktor alam. Disamping itu, gangguan hama menjadi alasan cabai mati dan berkurang hingga membuat harga tinggi.

"Salah satu komoditas yang rawan karena gangguan hama penyakit kan cabai ya, selain itu cabai ini juga tidak bisa disimpan lama. Jadi memang siklus alam seperti musim hujan ini mempengaruhi. Namun stok di pasar masih cukup," katanya.

Disperindag memprediksi bahwa harga cabai akan kembali normal menjelang puasa Ramadan yang diperhitungkan jatuh pada 13 April mendatang.

"Awal-awal puasa nanti harga bisa turun lagi. Karena kondisi cuaca di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Harga terus kami pantau," kata Zuhriyatun.

Load More