SuaraJogja.id - Maraknya kasus intoleransi di masa pandemi COVID-19 di Yogyakarta seperti penolakan pemulasaran jenasah atau perusakan makam pasien COVID-19 mestinya tak perlu terjadi. Bila merunut sejarah berdirinya Yogyakarta, kota ini sudah kenal dengan keberagaman.
Alih-alih mengutamakan kekerasan, warga Yogyakarta pun seharusnya tak perlu gumunan (kagetan-red). Karena jejak sejarah membuktikan, Yogyakarta sudah kosmopolit.
"Ketika keraton berdiri dan menjadi jogja, hanya kacek (selisih-red) beberapa waktu kemudian ada benteng Belanda. Tiba-tiba setelah itu banyam bangunan yang beragam dibangun. Ini seharusnya bisa jadi bekal sejarah agar tidak gumun dengan keberagaman," papar pegiat seni asal Yogyakarta, Paksi Raras Alit dalam Diseminasi Nilai Budaya Menumbuhkan Solidaritas Masyarakat di 101 Hotel, Kamis (18/03/2021).
Sebagai bagian dari warga dunia yang mengglobal sejak dulu, nilai-nilai toleransi dan tepa selira mestinya tertanam dalam keseharian dan saat bertemu dengan beragam komunitas. Toh nenek moyang orang Yogyakarta saja sudah bisa toleransi dan menerima keberagaman.
Baca Juga: Tutup Setelah 15 Tahun, Karyawan Centro Amplaz Jogja Pamit
"Mbah-mbah kita saja bisa tepa selira, masak kita tidak. Seharusnya toleransi ini menjadi sikap orang Jawa," tandasnya.
Sementara Ketua Prodi Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma, Tri Subagyo, mengungkapkan Yogyakarta yang kental akan ragam budaya yang majemuk, memiliki nilai-nilai luhur budaya Jawa yang termanifestasikan dalam kehidupan dan keseharian masyarakat. Namun pandemi mengubah banyak nilai tersebut
"Pandemi membuat perubahan yang sangat fundamental dan sangat mendasar di masyarakat, misal beberapa penjemputan jenazah terjadi, dan penolakan wilayahnya menjadi tempat pemakaman korban covid," ungkapnya.
Yogyakarta mestinya bisa mengkomunikasikan berbagai persoalan dan mencarikan jalan keluarnya. Ada simpul yang punya kekhasan meredam konflik-konflik yang biasa sangat mudah terjadi di daerah lain.
Kelompok kesenian, seniman dan budayawan merupakan simpul yang bisa meredam konflik. Mereka punya cara tersendiri untuk menanggapi dan menyampaikan kembali berita-berita yang belum tentu benar sehingga dapat mendinginkan konflik.
Baca Juga: Centro Amplaz Jogja Tutup, Pengunjung Mal Hanya Bisa Intip Toko dari Luar
"Dari pertunjukan wayang contohnya banyak melahirkan ajaran toleransi. Walau saat kaum millenial tidak lagi menonton wayang, namun banyak ajaran serupa di film-film yang bisa dipetik ajaran baiknya," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Dompet Aman, Perut Kenyang: 7 Rekomendasi Bukber Hemat di Jogja
-
3 Rekomendasi Hampers Lebaran di Jogja untuk Berbagi Kebahagiaan
-
Rayakan Hari Perempuan Internasional, IWD Jogja Gelar Baca Bareng Karya Perempuan!
-
Jelang Arus Mudik, Jalan Tol Jogja-Solo Dipastikan Aman Dilalui
-
Vanessa Zee Menghidupkan 'Sesuatu di Jogja' dengan Gaya Berbeda
Tag
Terpopuler
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Jebloskan Nikita Mirzani ke Penjara Reza Gladys Sempat Disebut Cocok Gabung Gen Halilintar
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
Pilihan
-
Biasa Blak-blakan, Ahok Takut Bicara soal BBM Oplosan Pertamina: Ada yang Saya Enggak Bisa Ngomong
-
Catat Lur! Kedubes Kerajaan Arab Saudi dan Pemkot Solo Akan Gelar Buka Bersama Sepanjang 2,7 Kilometer
-
BYD M6 dan Denza D9 Jadi Mobil Listrik Terlaris di Indonesia pada Februari
-
Tiga Seksi Tol Akses IKN Ditargetkan Rampung 2027, Ini Rinciannya
-
7 Rekomendasi HP 5G Murah Mulai Rp 2 Jutaan Terbaru Maret 2025
Terkini
-
Rayakan 270 Tahun Berdirinya DIY, Ratusan Sekolah di Jogja Nabuh Gamelan Serempak
-
Luas Masa Tanam Kedua Turun Drastis, Dinas Pertanian Gunungkidul Sebut Karena Persoalan Air
-
Apresiasi Pemberian Bonus Hari Raya ke Ojol dan Kurir Online, Pakar UGM Soroti Soal Pengawasan Regulasi
-
Polisi Temukan Terduga Pelaku Pembakaran Gerbong KA di Stasiun Yogyakarta, Ini Motifnya
-
Terungkap! Satpam Salah Satu SMA di Sleman Terlibat Jaringan Penyuplai Senpi ke KKB