Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 03 April 2021 | 21:13 WIB
Suasana sepi seusai penggeledahan di rumah terduga teroris DK di Gang Salak, Pedukuhan Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Sabtu (3/4/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Terduga teroris berinisial DK (39), yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Gang Salak, Pedukuhan Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, kerap mengisi khotbah Jumat.

Hal itu diakui Dukuh Jotawang Arintoko saat ditemui wartawan di kediamannya, yang hanya berjarak 50 meter dari rumah DK.

"Orangnya baik, pintar juga, bahkan suka mengisi khotbah Jumatan. Tak hanya itu, ia biasa mengisi ceramah atau kultum sebelum berbuka puasa saat Ramadan," terang Arintoko, ditemui wartawan, Sabtu (3/4/2021).

Ia melanjutkan, meski sering mengisi ceramah dan khotbah, DK, yang berasal dari Batang, Jawa Tengah itu, tidak pernah memberi materi yang mengarah pada dugaan teroris atau radikal.

Baca Juga: Razia Teroris, Kapolri Jenderal Listyo: Sudah 60 Terduga yang Ditangkap

"Materi kultum dan khotbahnya juga biasa, tidak keras seperti beberapa ustaz atau penceramah yang ramai dibicarakan di media sosial itu," ungkap Arintoko.

DK hampir sepekan ini tak pernah terlihat di rumahnya. Hanya istri DK, SSF (40), yang mengurus usaha pembuatan roti dan kue.

"Selama ini jarang terlihat di rumah, sering ke luar kota. Saat penggeledahan yang bersangkutan juga tidak ada di rumah," ujar dia.

Sejak 2016 saat DK kerap ke luar kota, dirinya jarang mendapat jadwal khotbah Jumatan. Menjelang Ramadan nanti, DK belum diikutkan lagi untuk mengisi ceramah.

"Sejak lima tahun lalu sudah sering pergi ke luar kota. Usahanya yang roti dan kue itu tetap berjalan, istrinya yang mengurus," kata dia.

Baca Juga: Suami Ditangkap Densus 88, Istri-Anak Terduga Teroris di Tangsel Murung

Sosok DK dikenal sebagai warga yang baik dan biasa berinteraksi cukup sering dengan tetangga lain. Tidak ada yang menyangka, dirinya ditangkap Densus 88 karena diduga teroris.

"Saya tidak menyangka saja dia ditangkap Densus 88. Orangnya biasa seperti warga lainnya," ujar dia.

Penggeledahan rumahnya, kata Arintoko, berjalan selama 4 jam, mulai pukul 12.00-16.00 WIB.

"Awalnya pukul 10.00 WIB saya dikabari oleh orang jika ada dari Mabes Polri mau datang ke sini. Saya baru tahu jika penggeledahan [rumah DK] itu berkaitan dugaan teroris," katanya.

Sejumlah barang dibawa oleh Densus 88. Arintoko mengaku melihat buku, banner, handy talkie, kamera digital, VCD lama, dan ada juga rompi.

"Barang eksplosif atau senjata tajam tidak saya lihat. Senapan juga tidak ada, petugas memasukkan ke plastik dan dibawa pergi, penggeledahan selesai pukul 16.00 WIB," jelas dia.

Arintoko mengatakan, saat penggeledahan, DK tak ada di rumah. Hanya ada istrinya saat tim Densus 88 datang ke rumahnya.

"Di rumahnya hanya ditempati 2 orang, kebetulan belum dikaruniai anak. Tapi dia tidak ada di rumah saat penggeledahan. Informasi dari petugas yang bicara ke saya dia ditangkap saat perjalanan dari Jakarta ke Jogja," ujar dia.

Saat ini suasana rumah DK sepi, di dalam rumah tak terlihat ada orang. Hingga pukul 19.30 WIB, di lokasi rumah tersebut tidak terlihat ada aktivitas.

Load More