Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 16 April 2021 | 15:14 WIB
Jumpa pers kick off pelayanan berbasis penelitian terapi Covid-19 dengan Stem Cell di RSUP Dr Sardjito, Jumat (16/4/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito berkolaborasi bersama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) mengembangkan terobosan terbaru dalam penanganan pasien Covid-19.

Penanganan itu dengan memanfaatkan terapi stem cell atau sel punca atau induk yang belum berkembang. Metode ini diklaim dapat membantu untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak salah satunya akibat Covid-19.

Sekretaris Pokja Tim Stem Cell RSUP Dr Sardjito Rusdy Ghazali Malueka mengungkapkan bahwa penelitian penanganan pasien Covid-19 dengan metode stem cell ini dipilih atas dasar kajian-kajian yang ada. Hingga saat ini proses penelitian ini masih terus dilakukan.

"Nah yang kita lakukan pada terapi stem cell pada Covid-19 ini adalah dengan memberikan stem cell dari luar. Dengan harapan kita bekerja memperbaiki fungsi-fungsi atau organ-organ yang rusak dalam ini adalah paru," kata Rusdy kepada awak media di Gedung Administrasi RSUP dr. Sardjito, Jumat (16/4/2021).

Baca Juga: RS Sardjito Sampaikan Penyebab Meninggalnya Gusti Hadiwinoto

Rusdy menjelaskan stem cell juga memiliki efek anti-inflamasi, yakni efek yang bisa digunakan untuk memperbaiki peradangan yang ditimbulkan karena Covid-19 tadi.

"Efek tersebut juga diharapkan juga dapat mencegah badai sitokin penyebab perburukan pada pasien Covid-19. Kemudian kondisi gangguan peradangan lain pada pasien Covid-19 yang bisa merusak sel paru tadi bisa ikut diatasi dengan pemberian stem cell ini," terangnya.

Lebih lanjut diketahui bahwa setiap orang memiliki stem cell hanya saja dengan jumlah yang terbatas. Stem cell adalah sel induk yang belum berkembang menjadi spesifik menjadi misalnya sel darah, sel paru-paru, dan lain sebagainya.

Terapi stem cell, klaim Rusdy, dapat menaikkan persentase kesembuhan pasien Covid-19. Hal itu terbukti dengan membaiknya salah satu pasien di RSUP Dr Sardjito yang masuk ke dalam pra penelitian.

Terkait dengan pasien yang ada di RSUP Dr Sardjito itu, meski masih di luar masa penelitian tapi tetap sudah diberikan metode stem cell dengan protokol yang ada. Pemberian itu juga dilakukan atas permintaan khusus serta kondisi tertentu.

Baca Juga: Pasien Umum RSUP Dr Sardjito Wajib Tes Kesehatan dengan GeNose

"Dari pasien yang sudah ada, memang ada perbaikan yang signifikan pasca-pemberian stem sel. Dari kondisi klinis pasien sembuh hingga bisa pulang. Kemudian dari ronsen thorax-nya hasilnya baik pasca-stem cell," ucapnya.

Rusdy menyampaikan, pada penelitian yang sudah dilakukan di luar negeri menunjukkan ada peningkatan survival, sehingga diklaim pasien lebih mungkin hidup apabila melakukan terapi stem cell sebanyak 2,2 lipat.

"Kemudian pasien juga bisa lebih cepat pulih ketika sudah diberikan stem cell," imbuhnya.

Penelitian di RSUP Dr Sardjito saat ini masih menyasar 9 pasien. Namun, tidak semua pasien tersebut diberikan stem cell.

Pasalnya penelitian itu menggunakan metode double blinded sehingga dari pihak peneliti pun tidak mengetahui siapa pasien yang diberikan stem cell. Begitu juga dengan pasien tidak mengetahui hal serupa.

"Nah kita baru akan tahu pasien A dapat stem cell atau tidak tadi setelah semua penelitian selesai. Kalau yang sembilan ini belum bisa bilang hasilnya karena evaluasi 3 bulan. Sementara ini penelitian baru beberapa Minggu," tuturnya.

Rusdy menambah mekanisme stem cell berbeda dengan donor konvalesen. Jika donor konvalesen mengambil plasma dari orang yang sudah terinfeksi dengan tujuan mengambil komponen kekebalannya.

Namun kalau terapi stem cell mengambil dari orang normal atau orang yang sehat, maka yang diperlukan adalah donor berupa tali pusat bayi.

"Tali pusat itu isinya stem cell semua. Itu kemudian kita kembangkan di lab, stem cell itu bisa membelah, eksponensial begitu. Sehingga jumlahnya semakin banyak. Jadi dari satu donor bisa dipakai untuk sangat banyak pasien. Sehingga sumber kita hanya dari satu donor saja," terangnya.

Namun memang syarat menjadi pendonor stemcell adalah sehat, terutama bebas dari riwayat sakit berat atau infeksi, mulai dari bebas HIV, Hepatitis hingga tuberculosis, termasuk bebas dari Covid-19.

"Ada syaratnya, antara lain harus bebas dari beberapa penyakit. Ada mekanisme skriningnya jadi harus bebas dari infeksi-infeksi, seperti HIV, hepatitis, tuberkolosis dan sebagainya. Terutama infeksi. Lebih kepada kehati-hatian karena kita tidak mau nanti sampelnya ada kontaminasi dan sebagainnya sehingga otomatis harus kita cek detail di awal ada tidaknya infeksi pada donor tersebut," pungkasnya.

Dirut RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto menuturkan penelitian ini sejalan dengan misi RSUP Dr Sardjito sebagai riset hospital. Terlebih dengan fokus yang ada saat ini terkait dengan Covid-19.

"Intinya mencari jalan, penuntasan masalah Covid-19 melako berbagai penelitian yang bisa diterapkan. Misal kemarin sudah ada GeNose, lalu ini stem cell, juga sedang uji coba plasma konvalesen. Uji coba obat juga untuk diteliti lebih lanjut apakah bisa dipakai protokol standar untuk Covid-19 atau tidak," ujar Rukmono.

Rukmono menegaskan stem cell ini nantinya berupa pelayanan berbasis pada penelitian. Artinya pelayanan itu diberikan tapi memang masih dalam konteks penelitian.

Sehingga harus ada kesepahaman antara semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini baik penlitian, pasien, hingga masyarakat.

"Tujuannya agar ada kesadaran bersama tentang apa yang membuat penelitian ini penting, perlu didukung dan saat dimplementasikan tidak ada kendala sehingga bisa memberikan manfaat," tandasnya.

Load More