SuaraJogja.id - Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Hantoro menyebutkan bahwa aturan larangan mudik dari pemerintah memaksa pihaknya kembali tiarap menerima keadaan. Walaupun memang mau tidak mau aturan itu tetap akan dilaksanakan.
"Ya kalau kami prinsipnya akan menyesuaikan ya walaupun kami harus tiarap lagi. Gimana lagi larangan itu kan menjadikan orang takut menggunakan angkutan umum," kata Hantoro saat dihubungi awak media, Rabu (28/4/2021).
Padahal, kata Hantoro, pihaknya berharap pemerintah bisa saling bekerja sama dengan Organda, dengan tujuan mengakomodir masyarakat untuk tetap melakukan mobilitas tentunya sejalan bersama penerapan ketentuan protokol kesehatan.
"Karena, bahwa Covid-19 ini tidak ada yang bisa menjawab sampai kapan, tapi kita harus beradaptasi. Dengan adaptasi itu perlu edukasi kepada masyarakat," terangnya.
Baca Juga: Ganjar Sebar 14 Titik Penyekatan, Warga Klaten Kerja ke Jogja Masih Bisa
Lebih lanjut, Hantoro menyebutkan bahwa adaptasi itu salah satunya dengan tetap melakukan mobilitas di masa pandemi ini dengan bekal protokol kesehatan yang ketat. Dari situ juga diperkukan edukasi secara lebiu baik terhadap masyarakat.
Menurutnya, jika hanya mengeluarkan larangan, tetapi tanpa ada solusi juga akan percuma saja. Nantinya orang-orang justru akan mencari jalan lain terkhusus berkaitan dengan angkutan umum.
"Ya kita harus memberikan edukasi terhadap masyarakat. Kalau melarang tidak ada solusi kan percuma kan kita. Pasti orang akan mencari jalan yang mereka bisa, gitu," ujarnya.
Mengenai kerugian, disampaikan Hantoro sudah terhitung sangat besar. Pasalnya memang sudah satu tahun lebih tidak beroperasi.
Hantoro menjelaskan dengan hitungan pe rbulan dalam kondisi normal yang minimal Rp55 juta dapat diraup. Hasil itu dari kapasitas bus angkutan pariwisata dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang tercatat sekitar 1.200 buah.
Baca Juga: Dampak Larangan Mudik, Penjualan Helm Menurun
Ditanya tentang siasat yang bisa dilakukan dengan kondisi semacam ini, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Pengeluaran yang terus dialami tidak dibarengi dengan pemasukan yang ada.
"Ya ora iso diakali mas [tidak bisa disiasati]. Diakali gimana kita ngga bisa kok. Dengan ilmu ekonomi apa saja ya nggak bisa. Ini sudah tidak megap-megap lagi, semaput [pingsan]. Sudah tidak bisa bergerak," terangnya.
Bahkan kadang pihaknya harus rela menutup kekurangan dalam bisnisnya itu dengan biaya yang tidak sedikit. Disebutkan Hantoro, setidaknya minimal diperlukan Rp100 juta untuk satu perusahaan saja setiap bulan belum ditambah membayar bunga di bank.
"Terus mau gimana? Tidak ada sentuhan sama sekali dari pemerintah, terus gimana?," tanyanya pasrah.
Sementara itu, salah satu Agen Perwakilan dari PO Puspa Jaya dan Agra Mas, Tri Asih menuturkan bahwa ramadhan tahun ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya jika tahun lalu ia sama sekali tidak bisa bergerak namun saat ini sedikit bergerak walaupun juga tak banyak.
“Kalau tahun lalu itu sama sekali nggak ada. Lebih mending tahun ini ada masih bisa jalan cuma memang penumpang agak sepi khususnya untuk arah ke Jakarta, yang kondisi okupansi turun sekitar 75 persen,” ujar Tri.
Kondisi itu membuat jumlah armada yang dikerahkan oleh PO juga semakin menyusut. Disebutkan Tri, PO Agra tujuan Jogja-Jakarta yang biasanya itu ada enam armada harus dipangkas rela kadang hanya beroperasi tiga armada saja.
Tri mengakui bahwa PO juga sempat menaikkan tarif tiket kepada para pengguna jasa. Alasannya terkait dengan sepinya penumpang yang ada atau memanfaatkan jasa transportasi tersebut.
“Tarif memang lebih mahal. Untuk Sumatra sebelum pandemi Rp350 - Rp400 ribu, kemudian naik menjadi Rp700 ribu. Tapi ya sekarang sudah turun lagi jadi Rp400 ribu. Karena bersaing juga dengan bus parisiwata yang tarif jauh lebih murah dari bus regular,” tandasnya.
Berita Terkait
-
Nana Sudjana: Pelaksanaan Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Jateng Berjalan dengan Lancar
-
Pemudik Mulai Masuk Wilayah Jawa Tengah, Ini Skenario Urai Kemacetan di Exit Tol Pejagan
-
Tinjau Terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan, Nana Sudjana Pastikan Petugas Siap Layani Pemudik
-
Layani 300 Pelabuhan di Indonesia, Gapasdap Harapkan Penyesuaian Tarif
-
Paling Tidak, Ada 2 Jembatan Baru Merak Bakauheni Siap untuk Lebaran 2025
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
-
Review Jelly Master, Game Mukbang Gratis yang Menggemaskan
-
Tak Ada Muka Jokowi, Ini Daftar Pahlawan di Uang Kertas Rupiah
Terkini
-
Keroyok dan Bacok Orang saat Tawuran, Polisi Amankan 11 Orang Dewasa dan Anak-anak
-
Yuk Dapatkan Diskon Biaya Provisi 50% Sambut HUT ke-129 BRI, Ini Daftar Program Special BRIguna
-
Warga Keluhkan Bau Busuk dari Sejumlah TPST di Sleman, Ini Langkah yang Dilakukan DLH
-
Temui Endah Subekti-Joko, Bupati Petahana Gunungkidul Sunaryanta Akui Kekalahannya
-
Damkar Kota Jogja Evakuasi Buaya Sepanjang 3 Meter, Diduga Peliharaan Warga yang Lepas