SuaraJogja.id - Bentrokan terjadi antara aparat kepolisian dengan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo saat kegiatan sosialisasi pemasangan patok lokasi penambangan batu, Jumat (23/4/2021) lalu. Meski demikian, warga setempat mengaku tetap semangat menolak penambangan material Bendungan Bener di wilayahnya.
Salah satu warga yang juga merupakan anggota paguyuban menolak penambangan material Bendungan Bener, Nawaf Syarif Nawawi, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan segala cara selagi memungkinkan untuk menolak aktivitas penambangan. Ia juga mengaku bahwa selama ini dirinya bersama dengan warga sudah melakukan berbagai cara.
"Kami ini bingung, sudah sampaikan ke sana sini tapi tidak ada respons," ujar Nawaf di Kantor LBH Yogyakarta, Kamis (29/4/2021).
Ia menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan berbagai cara selagi memungkinkan untuk menolak penambangan material Bendungan Bener. Termasuk kegiatan mujahadah yang dilakukan Jumat (23/4/2021) lalu merupakan salah satu usaha untuk menolak penambangan tersebut.
Baca Juga: Terjadi Kericuhan di Wadas, LBH Yogyakarta Temukan Indikasi Pelanggaran HAM
Sayangnya, dalam kegiatan doa bersama dan aksi damai yang dilakukan warga tersebut diwarnai dengan kericuhan. Nawaf menceritakan jika saat itu dirinya tengah mendokumenyasikan kegiatan warga dan bahkan tidak berada di jalan. Namun, dirinya turut dalam salah satu dari sebelas warga yang diamankan ke Polres Bener.
"Warga itu mujahadah dalam rangka menolak sosialisasi dan saya itu posisi di atas megang hp. Saya cuma foto-foto, ngevideo," terangnya.
Nawaf mengaku menerima tindakan represif di dalam mobil milik kepolisian. Selanjutnya Nawaf juga menegaskan bahwa warga Wadas tidak ditunggangi pihak luar. Baik sebelum didampingi oleh LBH Yogyakarta, perjuangan warga Wadas memang sudah menolak aktivitas penambangan.
Selain Nawaf, tim kuasa hukum warga Wadas, Julian Duwi Prasetia juga menjadi salah satu dari sebelas orang yang diamankan pihak kepolisian. Kepada wartawan, ia menceritakan bahwa kericuhan pada acara sosialisasi teraebut diawali oleh tangisan ibu-ibu yang takut kehilangan tanahnya.
"Warga Wadas itu tulus memperjuangkan hak atas lingkungannya," ujar Julian.
Baca Juga: Warga Wadas Purworejo Kembali Pasang Spanduk Menolak Tambang
Sebagaimana yang disampaikan Nawaf, Julian juga melihat ratusan aparat polisi dengan seragam lengkap hadir ke desa Wadas. Padahal warga hanya melakukan mujahadah secara duduk tanpa ada tindakan anarkis.
Julian juga mengaku sempat berkomunikasi dengan pihak kepolisian namun justru menerima sikap represif dari aparat. Kericuhan diduga berawal dari tindakan aparat kepolisian yang menarik Nana, rekan kuasa hukumnya saat bernegosiasi.
Tindakan tersebur memicu salah seorang pemuda yang hendak menyelamatkan Nana namun justru ditarik sehingga akhirnya turut memicu pergerakan dari ibu-ibu desa Wadas yang ingin menyelamatkan anak mereka. Selanjutnya, Julian juga mendengar tiga kali tembakan gas air mata dan kondisi berubah tidak terkendali.
"Tidak ada tindakan-tindakan di sana yang menurut saya anarkis. Karena mereka semua berangkat dari kesadaran semua," imbuhnya.
Warga lainnya yang juga hadir untuk memberikan klarifikasi di Kantor LBH Yogyakarta adalah Kadir. Menurut penuturannya, saat ini kondisi warga pasca terjadi kericuhan tersebut warga masih tetap semangat untuk melakukan penolakan terhadap aktivitas penambangan.
"Kalau kondisi warga terkini masih semangat dan masih tetap menjalankan mujahadah dan hal hal yang untuk membangkitkan semangat perjuangan kita kedepan," tuturnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Terjadi Kericuhan di Wadas, LBH Yogyakarta Temukan Indikasi Pelanggaran HAM
-
Warga Wadas Purworejo Kembali Pasang Spanduk Menolak Tambang
-
Suara Kaum Ibu Desa Wadas Purworejo Soal Menolak Pertambangan
-
Dilempar dan Ditendang, Jalan Panjang Perjuangan Warga Desa Wadas Purworejo
-
Bentrokan di Desa Wadas, Proyek Strategis Nasional dan Keluhan Istana
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Harga Material Meroket, Jalan di Sleman Terancam Mangkrak? Solusi Ini Diajukan
-
Ada Ratusan Tambahan Lahan untuk Tol Jogja-Solo di Sleman, Kapan Jadwal Pembebasannya?
-
IHR Cup 2025: Lebih dari Sekadar Pacuan, Momentum Lindungi Atlet Kuda dan Manusia
-
Sampah Jadi Emas: Kisah Sukses Warga Jogja Sulap Limbah Organik Jadi Pupuk Kompos Bernilai Jual
-
Disepakati DPRD DIY, Trans Jogja Buka Rute Yogyakarta-Wonosari: Kapan Mulainya?