Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 19 Mei 2021 | 18:15 WIB
Ilustrasi COVID-19 (Unsplash/Martin Sanchez)

Beberapa kasus kematian lain yang muncul, yaitu ada pasien COVID-19 yang setelah dirawat di rumah sakit lalu dirawat di rumah, malah meninggal.

Penyebab kematian berikutnya: ada yang karena terlihat sehat, lalu menjalani isolasi mandiri di rumah. Tapi karena diduga COVID-19 yang ia alami berasal dari virus varian baru, gejala yang didapati dari pasien ini jauh lebih berat.

"Karena [virus dari varian baru] begitu masuk ke dalam saluran napas, itu langsung paru-parunya putih. Langsung menyebar," kata dia.

"Padahal ketika kapasitas paru-paru 70% tidak berfungsi, saturasinya menurun ya berakibat fatal. Itu baru perkiraan, karena saya tidak punya data spesifik bahwa itu virus varian baru atau bukan," sambung Joko.

Baca Juga: Sleman Disebut Zona Merah COVID-19 Indonesia, Begini Respon Dinkes Sleman

Gejala yang bisa dilihat dari pasien terkonfirmasi COVID-19 virus varian baru, antara lain gejala lebih cepat terlihat.

Biasanya gejala masuknya virus COVID-19 terlihat setelah masa inkubasi 7 hari. Berbeda dengan masa inkubasi penderita COVID-19 varian baru, bisa cukup membutuhkan waktu 2 atau 3 hari saja untuk bisa memperlihatkan gejala.

"[Bentuk gejala lain] langsung memberat. Jadi, gejala ringan ke berat, itu [bentuk tahapnya] ringan, sedang, berat. Kalau sekarang, bisa dari tanpa gejala tahu-tahu gejala berat," urainya.

Joko menjelaskan, gejala yang bisa dan harus langsung diwaspadai oleh masyarakat adalah sesak napas.

Melihat kondisi ini, ia menyarankan paling tidak dalam satu kelompok atau keluarga, ada yang memiliki alat untuk memeriksa saturasi oksigen dalam tubuh (darah).

Baca Juga: Update Peta Zonasi: Sleman dan Salatiga Masuk Zona Merah Covid-19

"Begitu saturasi di bawah 95, sudah. Entah COVID atau tidak, datang saja ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut," saran Joko.

Load More