Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 25 Mei 2021 | 21:24 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo mengakui terdapat sedikit kesalahan perhitungan terkait dengan lonjakan kasus Covid-19 di wilayahnya pascalebaran. Jika awalnya pemudik diperkirakan akan bergerak hingga H+7 Lebaran saja, tetapi malah mobilisasi itu terjadi setelahnya.

"Sebetulnya seperti yang pernah saya sampaikan ya kita agak meleset. Perkiraan itu kan liburnya mulai tanggal 12 Mei 2021. Nah tujuh hari setelah tanggal 12 Mei itu kan berarti tanggal 19 Mei 2021 ternyata kenaikannya belum signifikan," ujar Joko saat ditemui awak media di Kantor Dinkes Sleman, Selasa (25/5/2021).

Justru pihaknya mendapati bahwa kebanyak masyarakat melakukan perjalanan mudik mulai 18 Mei 2021. Dengan kondisi itu lantas, pihaknya segera bergegas untuk melakukan perhitungan ulang terkait skenario kemungkinan lonjakan kasus Covid-19.

Jika pergerakan dimulai tanggal 18 Mei 2021 berarti seminggu setelah itu diperkirakan akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Bumi Sembada.

Baca Juga: 6 Ambulans Jemput 25 Warga Ngaglik Positif Covid-19, Antar Isolasi ke Asrama Haji

"Sehingga yang harus kita antisipasi adalah tanggal 18 Mei sampai seminggu setelahnya sebab akan terjadi peningkatan yang cukup tinggi," tuturnya.

Bahkan peningkatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 itu sudah terbukti dalam beberapa hari terakhir. Disebutkan Joko, penambahan itu bahkan menyetuh angka 100 kasus perhari.

Joko menyampaikan bahwa peningkatan pada hari ini saja tercatat melebihi 100 kasus atau sekitar 119 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Jumlah itu melonjak ketika dibandingkan beberapa hari sebelumnya yang hanya mencatat tambahan 20 atau 30 kasus saja.

"Jadi mungkin istilahnya mudik lebaran gelombang 2 itu yang masih harus kita antisipasi sampai akhir bulan Mei bahkan sampai awal Juni," tegasnya.

Mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di wilayahnya, Joko memastikan sudah menyiapkan berbagai upaya. Di antaranya dengan tetap mengintensifkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Baca Juga: 35 Temuan Kasus Covid-19 Baru di Ngaglik, Total 55 Warga Terpapar

Selain itu yang lebih penting secara terus menerus menyiapkan fasilitas kesehatan untuk digunakan sebagai tempat isolasi. Mulai dari rumah sakit hingga fasilitas kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten Sleman.

"Seperti yang sudah sering saya sampaikan, 25 rumah sakit di Sleman tetap tidak menutup, tidak mengurangi bed. Kemudian instalasi shelter itu yang Rusunawa Gemawang tetap hidup. Asrama Haji yang sebelumnya kita tutup, kita buka lagi. Belum lagi sekarang kita sedang mengejar shelter-shelter kalurahan supaya bisa dihidupkan lagi," bebernya.

Ditanya terkait update terbaru zonasi wilayah di Kabupaten Sleman, Joko menuturkan hanya menyisakan satu zona merah yakni di Kapanewon Ngaglik. Dengan sisanya masih didominasi oleh zona oranye dan kuning.

"Zona merah tinggal satu sebetulnya ya itu di Caturharjo, Sleman itu yang zona oranye ada 11. Memang yang paling banyak zona kuning. Merahnya jelas tinggal 1 di Ngaglik itu," terangnya.

Perlu diketahui berdasarkan data terakhir pada Selasa (25/5/2021) kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sleman secara akumulatif sejak pandemi berlangsung sudah mencapai 15.360 terpapar Covid-19. Dengan sebanyak 454 kasus dinyatakan meninggal dunia.

Load More