SuaraJogja.id - Kelangkaan pasokan oksigen belum lama ini terjadi seiring bertambahnya jumlah pasien Covid-19. Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjawab kelangkaan pasokan oksigen terutama di rumah sakit adalah dengan optimalisasi kapasitas unit-unit produksi yang ada di dalam negeri yang saat ini baru beroperasi 74% dari kapasitas terpasang. Tujuh puluh dua persen (72%) dari produk yang ada digunakan bagi kepentingan industri dan hanya 28% untuk kebutuhan medis.
‘‘Yang bisa dilakukan adalah optimalisasi kapasitas produksi unit-unit produksi yang kita miliki. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan oksigen yang sangat besar akibat melonjaknya pasien Covid-19 di tanah air maka menerima bantuan oksigen dari negara sahabat dan impor oksigen menjadi keniscayaan demi menyelamatkan banyak pasien,“ kata pakar energi yang juga Dosen Departemen Teknik Kimia UGM, Panut Mulyono, Kamis (15/7/2021).
Panut menuturkan untuk kondisi normal sebenarnya pasokan oksigen di tanah air saat ini tidak ada masalah. Selain digunakan di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit oksigen juga banyak dipakai di blast furnace untuk pembuatan baja. Oksigen merupakan komponen penting dalam sintesis zat-zat kimia seperti ammonia, alkohol, dan berbagai jenis bahan plastik.
‘‘Oksigen dan asetilen juga digunakan dalam pengelasan dan metal cutting karena dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Bahan bakar roket bisa dari oksigen cair dengan suhu di bawah -183oC (minus 183 derajat Celsius),“ urai Rektor UGM tersebut.
Panut menegaskan untuk memproduksi oksigen tidaklah mudah, apalagi dalam skala produksi rumahan. Hal ini karena produksi oksigen pada prinsipnya adalah dengan memisahkan oksigen yang ada di udara dari zat lain yaitu nitrogen dan argon. Udara terdiri atas 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% argon. Cara pemisahannya adalah dengan distilasi kriogenik atau Pressure Swing Adsorption (PSA). Distilasi kriogenik pada prinsipnya adalah menekan dan mendinginkan udara sehingga menjadi cair lalu oksigen, nitrogen, dan argonnya dipisahkan dengan distilasi.
‘‘Kemurnian oksigen yang dihasilkan dari distilasi kriogenik ini lebih dari 99%,“ tuturnya.
Menurut Panut, produksi skala kecil yang cocok adalah PSA dengan prinsip udara ditekan melewait bejana yang berisi bahan penjerap, misalnya zeolit atau karbon aktif. Nitrogen terperangkap atau terjerap masuk ke pori-pori bahan isian tetapi oksigennya lolos (tidak terjerap) sehingga gas yang keluar bejana adalah oksigen dengan kemurnian 90-93%. Jika bahan isiannya sudah jenuh dengan nitrogen maka operasi dihentikan dan dengan penurunan tekanan di bejana itu maka nitrogen akan keluar dari pori-pori bahan isian sehingga bisa dialirkan ke tempat lain atau dibuang.
Supaya alat bisa bekerja menghasilkan oksigen secara kontinu maka dalam alat dipasang paling sedikit dua bejana yang berisi bahan penjerap yang bekerja secara bergantian. Oksigen konsentrator portabel yang dijual di pasaran secara umum bekerja dengan PSA.
Cara lain produksi oksigen adalah elektrolisis air yang menghasilkan oksigen murni dan hidrogen murni. Oksigen keluar dari sisi anoda (+) dan hidrogen keluar dari sisi katoda (-). Cara ini membutuhkan energi listrik yang besar. Alternatif lain produksi oksigen dengan kadar sekitar 95% juga dapat dilakukan dengan pemisahan nitrogennya menggunakan membran.
Baca Juga: Dosen UGM Pejuang Papua Bambang Purwoko Wafat Usai Terpapar Covid-19
Dengan masih adanya kelangkaan pasokan oksigen terutama di fasilitas kesehatan ini apa kontribusi nyata UGM? Menurut Panut, UGM akan berusaha bekerja sama dengan alumni yang bekerja di industri kimia di mana ada unit produksi oksigen, seperti industri pupuk dan industri methanol sintetis. Namun, diakuinya, banyaknya rumah sakit yang sama-sama memerlukan oksigen maka hal itu tidak mudah karena harus ada pembagian secara nasional.
“Saya kira para dokter di rumah sakit sudah menerapkan standar penggunaan oksigen bagi para pasien dengan baik. Yang bisa dilakukan itu tadi optimalisasi kapasitas produksi unit-unit produksi yang kita miliki sehingga mencapai 100% kapasitas terpasang,“pungkas Panut ketika ditanya bagaimana usaha mengatasi kelangkaan oksigen di rumah sakit-rumah sakit.
Dia juga menerangkan bahwa dengan banyaknya pasien yang tidak tertampung di kamar rawat inap standar rumah sakit maka kebutuhan tabung oksigen yang dapat digeser mengikuti posisi pasien juga menjadi persoalan tersendiri. Jadi, pengadaan tabung oksigen juga harus diusahakan secepatnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
PAD Mandek, Belanja Membengkak: Bantul Cari Jurus Jitu Atasi Defisit 2026
-
MJO Aktif, Yogyakarta Diprediksi Diguyur Hujan Lebat, Ini Penjelasan BMKG
-
Hindari Tragedi Keracunan Terulang! Sleman Wajibkan Guru Cicipi Menu MBG, Begini Alasannya
-
PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
-
Kisah Diva Aurel, Mahasiswi ISI Yogyakarta yang Goyang Istana Merdeka