Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 21 Juli 2021 | 17:05 WIB
Puluhan becak motor ditinggal pemiliknya di pinggir Kota Yogyakarta, Rabu (21/7/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Penampakan tak biasa menghiasi sudut-sudut Kota Yogyakarta dalam beberapa waktu terakhir. Sejak kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diterapkan sejumlah becak motor (bentor) terlihat hanya terparkir tanpa pengemudi.

Seperti yang salah satu yang terlihat di pinggir jalan sekitar simpang empat Jalan Mataram, Suryatmajan, Kota Yogyakarta. Setidaknya ada puluhan bentor yang entah berapa lama ditinggal pemiliknya.

Salah satu pengemudi bentor, Febri Ariyanto, mengakui memang sangat terdampak di tengah pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, mereka selama ini bergantung kepada wisatawan untuk mencari nafkah.

"Nggih ngeten niki [ya seperti ini sekarang] susah. Sudah tidak bekerja lagi karena memang sepi," kata Febri kepada awak media, Rabu (21/7/2021).

Baca Juga: Evaluasi PPKM Darurat di Kota Solo: ASN Masih Bandel, Beri Contoh yang Tak Baik

Febri, yang biasa mangkal di sekitar kantor Gubernur DIY tersebut, terpaksa harus berhenti mengendarai bentornya hampir selama satu bulan ini. Hal itu otomatis juga menghilangkan penghasilan utamanya.

Kondisi tersebut tidak ideal bagi Febri dan keluarganya. Di satu sisi ada aturan pemerintah yang meminta warga tetap berada di rumah. Namun, kata Febri, jika di rumah saja penghasilan juga tidak akan datang dengan sendirinya.

"Ya kalau di rumah saja saya nggak dapat apa-apa. Kalau di luar kan lumayan, kadang ada yang ngasih. Sama bisa ngerjain apa saja yang ada," ucapnya.

Febri tidak sendiri, setidaknya ada sekitar 10 lebih bentor yang saat ini menemani bentor miliknya yang mangkrak di sudut jalan itu. Ia tidak mengetahui secara pasti kemana teman-temannya itu pergi.

Namun yang pasti sudah sejak sebulan terakhir, warga Jalan Rotowijayan, Kadipaten, Yogyakarta dan teman-teman lainnya terpaksa meliburkan diri.

Baca Juga: Begini Nasib PL Karaoke yang Terjaring Operasi PPKM Darurat di Sukabumi

"Setahu saya, teman-teman itu ya libur juga. Kalau di sini ya ada kalau cuma 10 bentor lebih," tuturnya.

Bapak satu anak ini masih terus menunggu bantuan dari pemerintah untuk mencukupi kebutuhannya. Pasalnya hingga sekarang belum ada titik terang bantuan itu akan diterima.

Sedangkan kondisi Febri sendiri menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ada istri dan anak berusia 4 tahun yang harus dipenuhi kebutuhannya.

"Bantuan sampai sekarang nggak ada bantuan. Kayaknya baru sekali dulu pernah, itu tahun lalu. Sekarang belum dapat lagi," ungkapnya.

Febri sendiri menyatakan bukan secara sukarela untuk mengistirahatkan bentornya atau tidak beroperasi. Namun kondisi dan kebijakan pemerintah termasuk PPKM Darurat itu yang memaksanya harus berisirahat.

Menurutnya biaya operasional bentor sehari-hari saat ini lebih bijak untuk disisihkan terlebih dulu agar bisa membeli kebutuhan pokok. Jika memaksa diri untuk tetap mangkal pun akan sangat kecil kemungkinan ada penumpang.

"Kami sebenarnya bukan terus ingin berhenti. Ya karena memang ini sepi aja. Sekarang gini uang sewa bentor aja sudah Rp.20 ribu sehari, belum ditambah bensinya Rp.10 ribu. Paling tidak Rp. 30 ribu sehari. Uang segitu ya mending dibelikan beras. Lha wong nyari penumpang satu aja susah sekarang," ujarnya.

Mengenai kebijakan PPKM Darurat yang akhirnya diperpanjang hingga 25 Juli 2021, kata Febri, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa berharap kondisi segera kembali normal.

"Ya saya dengar sudah diperpanjang. Ya mau ngapain lagi. Kalau inginnya ya bisa segera normal seperti dulu,"

Load More