Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Kamis, 29 Juli 2021 | 13:22 WIB
Relawan Kalurahan Wirokerten, Banguntapan, Bantul. (SuaraJogja.id/HO-Dokumen Relawan Kalurahan Wirokerten)

Dikatakannya, proses rukti jenazah pasien Covid-19 tentu berbeda dengan merukti jenazah biasa. Sebab, risiko untuk terpapar Covid-19 cukup besar. Sehingga guna meminimalisir risiko tersebut, ada sejumlah upaya yang dilakukan seperti jenazah tidak dimandikan memakai air.

Proses rukti jenazah pasien Covid-19 yang dilakukan relawan Kalurahan Wirokerten, Banguntapan, Bantul. (SuaraJogja.id/HO-Dokumen Relawan Kalurahan Wirokerten)

"Jenazahnya enggak dimandikan pakai air tapi disucikan dengan cara tayamum. Kemudian dikafani serta jenazah harus dimasukkan ke dalam peti sebagai bagian dari protokol," paparnya.

Mensucikan jenazah dengan cara tayamum, menurut Rahma, terasa berat. Pasalnya, jika jenazah dimandikan maka airnya bisa kemana-mana, dan itu cukup berbahaya.

"Sebenarnya berat, mensucikan jenazah dengan tayamum tetapi mau gimana lagi, itu yang terbaik. Sebelum memulai, kami biasanya minta maaf kepada keluarganya," jelas dia.

Selain itu, proses rukti biasanya dikerjakan di dalam ruangan, untuk menyempurnakan jenazah, diberi klorin, kapas, dan semua lubang ditutup. Tujuannya supaya tidak terjadi infeksius yang bisa menular ke orang lain.

"Kami tidak mau mengambil risiko itu," ujarnya. 

Load More