SuaraJogja.id - Memasuki tahun baru Islam dan tahun baru Kalender Jawa, masyarakat adat di Gunungkidul percaya jika pandemi covid-19 akan berlalu. Karena dalam perhitungan kalender Jawa, tahun ini memasuki Windu Sancahya alias 8 tahun masanya bersinar setelah masa kesengsaraan.
Tokoh Adat yang juga dalang kondang di Gunungkidul, Ki Surono menuturkan kemarin tahun windu sengoro artinya musibah atau kesengsaraan dan sekarang windu sancoyo maknanya sumunar atau bercahaya. Maka itu ia yakini jika Tuhan sangat menyayangi umatnya yang selalu ikhlas dan iman bahwa semua Tuhan yang menguasai.
"Dan yakinlah bahwasanya pelaku kejahatan dalam bentuk apapun akan sadar dan insaf. Gusti Allah kang moho agung tan bakal silih pilih tumrap titahe kang tumemen bakal tinemu,"ujar dia, Selasa (10/8/2021).
Surono menerangkan berdasar primbon orang Jawa, satu Windu ada 8 tahun dan Windu itu dibagi empat masing-masing Windu Adi, Windu Kuntoro, Windu Sengoro dan Windu Sancahya. Menurut perhitungan Jawa sejak tahun 2013 sampai dengan 2021 masuk windu sengoro.
Baca Juga: Tanaman Tembakau di Gunungkidul Rusak Akibat Guyuran Hujan, Hasil Panen Anjlok 50 Persen
Windu Sengoro berakhir tanggal 10 Agustus atau 1 Suro atau tahun baru Islam/ Jawa. Arti sengoro sebenarnya adalah penuh dengan musibah. Jadi setelah 1 suro / tahun baru Islam atau tanggal 10 Agustus 2021, bangsa ini akan segera memasuki Windu sancahya (bersinar).
"Mudah-mudahan kita segera bebas dari pandemi Covid-19,"harapnya.
Menurut Surono, berbagai musibah yang terjadi selama 8 tahun belakangan ini bagi masyarakat Jawa memang bukan sesuatu yang aneh. Ia yakin musibah termasuk pandemi covid-19 tersebut akan segera berakhir.
Ia yakin kehidupan segera pulih dan perekonomian akan berputar kembali serta ketentraman bisa tercapai. Demikian juga dengan para pelaku kejahatan dan yang mengetahui peristiwa yang dilakukan adalah jahat, ia berharap agar segera sadar.
"Setelah melewati tahun kesengsaraan maka Indonesia akan menjadi negara yang makmur gemah ripah loh jinawi,"ujar dia.
Baca Juga: Marak Aksi Gendam pada Lansia di Gunungkidul, 2 Hari Terakhir Pelaku Beraksi di 3 Lokasi
Cucu Sri Sultan HB VIII, Gusti Kukuh Hestrianingsih mengatakan, apa yang diungkapkan oleh Ki Surono itu merupakan uraian dari para Pujangga yang notabene masih merupakan trah (keluarga Keraton Ngayogyakarto) dan kemudian membuat uraian. Secara langsung keraton tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.
Berita Terkait
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Trump Tarik AS dari WHO! Salahkan Penanganan COVID-19
-
Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
-
Duh! Nova Arianto Punya Ketakutan Sebelum Susun Taktik Timnas Indonesia U-17 Hadapi Yaman
-
Bukan Inter Milan, Dua Klub Italia Ini Terdepan Dapatkan Jay Idzes
Terkini
-
Prabowo Didesak Rangkul Pengusaha, Tarif Trump 32 Persen Bisa Picu PHK Massal di Indonesia?
-
Viral, Mobil Digembosi di Jogja Dishub Bertindak Tegas, Ini Alasannya
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!
-
Masa WFA ASN Diperpanjang, Pemkot Jogja Pastikan Tak Ganggu Pelayanan Masyarakat
-
Kurangi Kendaraan Pribadi Saat Arus Balik, Menhub Lepas 22 Bus Pemudik di Giwangan