SuaraJogja.id - Jalinan mesra antara Soekarno dengan Uni Soviet pascaPerang Dunia II ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi kedua negara. Bahkan, salah satu keluarga di Rusia memberikan warisan nama Soekarno hingga empat generasi lamanya.
Kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet dimulai ketika Perdana Menteri Nikita Khrushchev menyatakan dukungannya terhadap pembangunan di Indonesia yang kala itu belum lama menjadi negara merdeka.
Benih kemesraan kedua negara tumbuh saat keduanya menjalin hubungan diplomatik pascaPerang Dunia II yakni sekitar tahun 1950an.
Semenjak saat itu, sosok Soekarno kerap muncul di sejumlah surat kabar Uni Soviet. Bahkan ia beberapa kali melakukan kunjungan ke negeri Beruang Merah tersebut, salah satunya ketika menghadiri Sidang Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet di Kremlin, Moskow pada Juni 1961 silam.
Baca Juga: Rusia Dikabarkan Menentang Rencana WHO Untuk Cari Asal-usul Virus Corona
Kharisma Soekarno belakangan ternyata begitu membekas pada salah seorang warga setempat. Ia adalah Musa Gashimovich yang merupakan Ketua Kelompok Tani asal Dagestan.
Saking kagumnya dengan sosok Soekarno, ia bahkan menamai keluarganya dengan nama salah satu Founding Fathers Indonesia tersebut.
Dikutip dari id.rbth.com, dikisahkan Musa mulai mengagumi Soekarno ketika menghadiri pertemuan di Moskow. Tengah hari, ketika sidang masih berlangsung, Sukarno tiba-tiba berdiri dan meminta izin meninggalkan ruangan kepada Sekjen Partai Komunis Nikita Khrushchev untuk melaksanakan salat Zuhur. Nikita pun mempersilahkan Sukarno meninggalkan ruangan.
Hal itu membuat Musa terkejut dan seolah tak percaya akan apa yang baru saja ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri — bagaimana bisa seseorang diperbolehkan beribadah, sementara segala kegiatan beragama merupakan hal terlarang pada zaman Soviet. Jika pun ada, dilakukan secara diam-diam dengan resiko yang tak ringan jika tertangkap basah. Dari situlah kekaguman Musa terhadap Sukarno mulai tumbuh dan mengakar.
Setahun kemudian istri Musa melahirkan seorang putera, dan dengan bekal kekaguman yang ia bawa dari ibu kota, ia pun dengan bangga menyematkan nama Sukarno Musaevich (Sukarno bin Musa) kepada sang putra — Ayah Kamil. Musa sempat menulis surat kepada Kedutaan Besar RI Moskow untuk meminta izin menggunakan nama sang presiden, tetapi tak pernah mendapat balasan. Keajaiban yang disaksikan Musa di Kremlin kemungkinan diceritakan turun-temurun di lingkungan keluarganya sehingga kini nama Sukarno masih tersemat pada sang cicit.
Baca Juga: Kuasai Afghanistan dari Amerika, Taliban Mulai Jalin Hubungan Baik dengan China dan Rusia
Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus Mohamad Wahid Supriyadi sempat terkejut saat diperkenalkan kepada dua orang anak yang sama-sama bernama Sukarno. Perkenalan itu berlangsung di sela kunjungannya di Republik Dagestan, Rusia, pada Maret 2020 lalu. Ia tak menyangka, bagaimana mungkin hal itu terjadi, sementara tak sekali pun sang Proklamator Kemerdekaan RI itu pernah menginjakkan kaki di sana.
Sukarno Kamilevich (Sukarno bin Kamil) dan Sukarno Magomedovich (Sukarno bin Muhammad), begitu keduanya diperkenalkan kepada Wahid oleh Ibrahim Abdulaev, Kepala Pusat Nusantara, saat Wahid akan meresmikan pusat studi mengenai Indonesia itu. Ayah mereka, Kamil Sukarnoevich dan Magomed Gashimovich (Muhammad bin Hasim) adalah saudara sepupu.
Kedua anak yang masing-masing berusia 12 dan 10 tahun itu memang sengaja diundang Ibrahim untuk dipertemukan dengan Wahid.
Ibrahim menceritakan, bahwa penamaan ini adalah warisan kekaguman sang kakek buyut terhadap keteladanan Sukarno, yang ia abadikan dengan menamai keturunanya dan masih terawat hingga kini.
Lebih lanjut, menurut Wahid nama Sukarno ternyata masih banyak dikenal oleh generasi tua hingga saat ini, terutama di kota-kota yang pernah dikunjungi Presiden Sukarno seperti di Moskow, Saint Petersburg, Yekaterinburg, Sochi dan Samarkand yang kini merupakan wilayah Uzbekistan.
Di Moskow, Sukarno mengunjungi Masjid Agung yang saat itu masih sangat kecil dan fotonya masih tersimpan di salah satu masjid terbesar di Rusia dan di Eropa itu. Di Dalam kunjungannya pada 1956 di Leningrad — kini Sankt Peterburg, Sukarno meminta Nikita Khrushchev agar mengizinkan Masjid Biru yang saat itu difungsikan sebagai gudang dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam.
Berita Terkait
-
Cek Fakta: Arab Saudi Batasi Kuota Haji Indonesia, Gara-gara Kalah 2-0 di Kualifikasi Piala Dunia
-
She's 24: Kisah Perjalanan Emosional Ledi di Debut Mini Albumnya
-
Intip Keseruan Para Anak Muda Bahas Ekonomi di Gelaran Youth Economic Summit 2024
-
Menteri Airlangga: Surplus Neraca Pembayaran Bukti Ketahanan Ekonomi Indonesia
-
3 Ratu Dunia Beauty Pageant Hadiri Grand Final Miss Teen Beauty Indonesia dan Indonesian Stars Search 2024
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Antam Masih Bertahan Tinggi di Level Rp1.541.000/Gram Pada Akhir Pekan
-
Sambut Presiden dengan Kemewahan, Mercedes-Maybach S650 Pullman Jadi Tunggangan Prabowo di Abu Dhabi
-
Tangan Kanan Bongkar Shin Tae-yong Punya Kendala di Timnas Indonesia: Ada yang Ngomong...
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
Terkini
-
Fadli Zon: Indonesia Tak Boleh Lengah Usai Reog, Kebaya, dan Kolintang Diakui UNESCO
-
Dukung Pemberdayaan Disabilitas, BRI Hadir di OPPO Run 2024
-
Tak Gelar Kampanye Akbar, Paslon Harda-Danang Lakukan Hal ini di 17 Kapanewon
-
Latihan Intensif Tak Berdampak, PSS Sleman Dipermalukan Tamunya PSBS Biak
-
Menteri Kebudayaan Buka Pekan Warisan Budaya Takbenda di Jogja, Optimisme Jadikan Kebudayaan Indonesia Mendunia