SuaraJogja.id - Pagelaran Wayang Kulit di Balai Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen Gunungkidul dibubarkan oleh petugas gabungan Satgas Covid-19, Minggu (22/8/2021) malam. Para penonton mengaku kecewa dengan aksi pembubaran tersebut.
Raut datar nampak terlihat dari muka lelaki yang menjadi dalang dalam pagelaran wayang kulit tersebut. Ki Subardi mengaku sama sekali tidak kecewa ketika pagelaran yang ia lakukan untuk mengusir covid-19 dari bangsa ini dibubarkan oleh petugas gabungan.
Lelaki ini menyadari jika memang harus dibubarkan karena sesuai aturan maka dirinya sangat legowo. Meskipun selama ini mereka para pelaku seni terutama pedalangan sangat menginginkan pagelaran wayang kulit tersebut.
Ki Subardi mengaku jika order pagelaran wayang kulit di Kelurahan Ngleri ini merupakan pagelaran pertama setelah nyaris 2 tahun pandemi covid-19. Selama pandemi covid-19 dirinya sama sekali tidak mendapatkan permintaan untuk mendalang dengan disaksikan penonton secara langsung.
"Kalau streaming pernah. Itu resmi dari Dinas Kebudayaan, Desember tahun lalu. Pakai Danais,"ujar dia, Minggu malam.
Subardi menambahkan pihaknya memahami jika penyelenggaraan wayang kulit semalam telah melanggar PPKM. Namun pihaknya hanya selaku pelaku seni yang menerima orderan dari pelanggan. Meskipun mengetahui jika PPKM belum berakhir namun dirinya tak kuasa menolak permintaan dari Sabariman pemilik hajat.
Penyelenggaraan wayang kulit semalam sebetulnya sudah berkali-kali diundur. Rencananya diselenggarakan pada malam 1 suro atau 1 Muharam yang lalu, namun ditunda karena masa PPKM. Kemudian ditunda lagi 10 Muharram, dan akhirnya urung dilakukan.
"Tadi (Minggu) pagi sebenarnya katanya ndak jadi. Padahal peralatan gamelan dan segalanya sudah di atas truk. Terus jam 13.00 WIB ditelepon, jadi (pentas),"cerita Subardi, Minggu (22/8/2021) malam.
Ia sebenarnya sempat menanyakan kepada panitia tentang kepastian pementasan tersebut karena masih PPKM. Namun pihak panitia menjamin acaranya akan lancar karena sudah mendapat izin dari Polsek dan sebagainya.
Baca Juga: Berkat Wakaf Mata Air, Wilayah di Gunungkidul Ini Lepas dari Kekeringan Parah Menahun
Dirinya memang tak kuasa menolak permintaan pentas wayang kulit tersebut karena sejatinya ia menunggu pementasan-pementasan seperti itulah yang ia tunggu selama 2 tahun. Jika ia menolak, maka itu mengingkari hati nuraninya.
"Dua tahun kami puasa. Kasihan kami,"terangnya.
Ia memahami larangan demi larangan yang dikeluarkan pemerintah memang untuk kebaikan masyarakat sendiri. Namun demikian ia meminta ada solusi bagi para pelaku seni. Karena mereka tidak bisa hidup tanpa mendapatkan pemasukan sama sekali.
Ia mengaku selama 2 tahun pandemi covid19, baru mendapatkan bantuan dari pemerintah 1 kali, bantuan tersebut adalah bantuan uang tunai Rp 600 ribu. Dan setelah itu, tak ada bantuan lagi termasuk ke anak buahnya yang lain.
"Kru saya itu ada 25 baik sinden (penyanyi) ataupun yang menggamel (penabuh gamelan)," urainya.
Selama 2 tahun ini, warga Padukuhan Timunsari Kalurahan Hargosari Kapanewon Tanjungsari ini telah menjual 4 dari 6 sapi metal miliknya. Pertama ia menjual dua sapi jantan bakalan umur 7 bulan dengan harga Rp 14 juta. Lan yang kedua adalah menjual sapi betina bersama dengan anaknya masing-masing Rp 10 juta dan Rp 7,5 juta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Hentikan Pemburu Rente, Guru Besar UGM Nilai Program MBG Lebih Aman Jika Dijalankan Kantin Sekolah
-
Satu Kampung Satu Bidan, Strategi Pemkot Yogyakarta Kawal Kesehatan Warga dari Lahir hingga Lansia
-
Malioboro Jadi Panggung Rakyat: Car Free Day 24 Jam Bakal Warnai Ulang Tahun ke-269 Kota Jogja
-
Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
-
Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan