SuaraJogja.id - Nasib apes dialami oleh Arif Sulistyo (31) warga Padukuhan Gelaran Kalurahan Bejiharjo Kapanewon Karangmojo. Pegiat wisata Goa Pindul ini harus kembali gigit jari sebab tanaman cabai yang awalnya untuk mengganti penghasilannya sebagai operator Goa Pindul, justru membuatnya semakin merugi.
Bagaimana tidak, harga cabai rawit dan cabai merah keriting yang ia tanam selama pandemi ini justru jatuh. Cabai rawit ia rela menjual Rp 12.000 perkilogram sementara cabai merah keriting ia jual Rp 5.000 perkilonya. Secara otomatis ia mengalami kerugian yang cukup besar.
Sejak masa pandemi covid-19, Arif memang sengaja menanam cabai. Pasalnya penghasilannya sebagai opetator Goa Pindul menurun drastis bahkan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ia sama sekali mendapatkan penghasilan dari sektor wisata
"Wisatawan kan ndak ada. Bagaimana bisa mendapat uang,"papar dia, Minggu (29/8/2021).
Arif mengatakan saat ini, di Gunungkidul ia menanam 4.000 batang cabai baik keriting ataupun rawit. Selain itu ia juga menanam 15.000 cabai di Jalan Gito-Gati Sleman di lahan mertuanya. Sementara untuk biaya produksi, ia harus mengeluatkan dana sebesar Rp 2,5 juta untuk 1.000 batangnya.
Dengan harga jual yang anjlok tersebut terpaksa ia menanggung kerugian cukup besar. Karena pendapatannya dari menjual cabai belum mampu menutup ongkos produksi yang harus ia keluarkan. Kendati rugi, ia tetap harus menjual panenan cabai miliknya.
"Dijual rugi ndak apa-apa. Daripada busuk tidak dapat apa-apa,"tambahnya.
Kondisi yang sama juga dialami oleh Tungkem warga Padukuhan Jogoloyo, Kalurahan Duwet, Kapanewon Wonosari. Sejak seminggu yang lalu para petani mengeluhkan kondisi harga cabai saat ini yang cenderung menurun.
"Cabai keriting hijau yang saat ini hanya berkisar Rp 2000 sampai 3500 saja,"keluhnya.
Baca Juga: Terpuruk Akibat PPKM, Pelaku Wisata Gunungkidul Terpaksa Jual Ternak untuk Bayar Angsuran
Ia mengatakan, kondisi ini membuat dirinya harus mengalami kerugian yang cukup banyak. Bahkan, karena terlalu murah ia sampai membiarkan cabai yang siap panen membusuk di pohon.
Akibatnya, ia harus mengalami kerugian hingga puluhan juta, meski hasil panen cabai melimpah uang hasil penjualan yang didapat tidak sebanding dengan modal yang telah ia keluarkan.
"Kadang karena nggak laku cuma saya biarkan saja, masih mending ada yang mau beli walaupun harganya cuma Rp 3000an. Saya nanem di lahan 1500an meter, kalau panen sehari bisa dapat satu kwintal, kalau harga normal cabai keriting biasanya bisa Rp 12000an, kalau sekarang ya nggak balik modal malah rugi,"imbuhnya.
Terpisah, Kartono petani sayuran asal Padukuhan Donggubah, Kalurahan Duwet, Kapanewon Wonosari bahkan sampai tidak memanen sayuran kangkung yang ditanam, hal ini lantaran sayuran kangkung tidak laku dipasaran.
"Nggak ada yang mau beli, ya cuma saya biarkan saja sampai tua, paling cuma bisa buat pakan ternak,"katanya.
Sementara itu, tanaman sawi juga mengalami penurunan harga yang cukup parah, harga jual sayuran sawi dari petani saat ini hanya Rp 1000 saja. Kartono saat ini tak bisa berbuat banyak, pasalnya meskipun harga komoditas bahan pokok murah, ia tak bisa merubah harga menjadi normal kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Seleb TikTok Gunungkidul Diduga Tipu Puluhan Juta, Bisnis Celana Boxer Berujung Penjara?
-
Revisi KUHAP: Dosen UGM Ungkap Potensi Konflik Akibat Pembatasan Akses Advokat
-
5 Rekomendasi Hotel di Penang yang Dekat dengan RS Gleneagles
-
DIY Genjot Sertifikasi Dapur MBG: Cegah Keracunan Massal, Prioritaskan Kesehatan Anak
-
UII Pasang Badan Bela Aktivis: 'Kami Tolak Perburuan Dalang Kerusuhan, Ini Pembungkaman!