SuaraJogja.id - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY menyebut bahwa penggunaan boraks untuk makanan di wilayah Jogja masih banyak ditemukan. Sebanyak 25 persen warga atau pengolah gendar/kerupuk dari nasi masih menggunakan boraks.
"Artinya itu cukup banyak, karena tiap tahunnya penggunaan boraks pada makanan gendar itu meningkat. Hal itu tentu berbahaya jika kerap dikonsumsi," terang Kepala BBPOM DIY, Dewi Prawitasari, ditemui usai menerima penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia, (MURI) di kantor setempat, Jumat (10/9/2021).
Ia mengatakan bahwa dari banyaknya pengguna boraks, maka pihaknya harus membuat inovasi. Tujuannya agar warga meninggalkan campuran bahan berbahaya itu dengan campuran yang lebih aman.
"Seiring kami melarang, kami juga membuat solusi. Jika tidak ada solusi belum tentu mereka mau meninggalkan penggunaan boraks itu," jelas dia.
BBPOM DIY, kata Dewi mengganti boraks, dengan tepung kanji. Selain itu ada soda kue dan juga Sodium Tripolyphosphate.
"Kami merubah campuran untuk gendar ini yang mirip dengan boraks. Setelah penelitian kami lakukan, campuran kanji ini yang cukup baik dan aman," terang dia.
Untuk mengubah kebiasaan masyarakat menggunakan boraks yang dicampurkan ke makanan, perlu adanya gerakan sosialisasi ke warga. Sehingga sebanyak 1.010 duta Keamanan pangan dikukuhkan. BBPOM juga membuat inovasi dengan program Gendarku Bebas Boraks (GeBer).
"Nah dari duta keamanan ini kami dorong agar warga lebih sadar. Sehingga makanan yang dikonsumsi warga ini bebas dari boraks," terang dia.
Hanya dua pekan BBPOM DIY merekrut duta keamanan pangan, pihaknya diganjar dengan penghargaan MURI. Capaian itu mereka terima pada Jumat pagi.
Baca Juga: Antisipasi Kebakaran, Kakanwil Kemenkumham DIY Cek Lapas Cebongan
Terpisah, salah seorang duta keamanan pangan GeBer, Elmawati (31) mengatakan jika di tempat tinggalnya, Prambanan, Sleman banyak warga yang memakai boraks untuk membuat gendar.
"Ya boraks itu masih sering digunakan. Memang saat ini masih ada dan dijual di pasar. Sosialisasi ini kami lakukan terus agar mereka memahami," ungkap Elma ditemui di Kantor BBPOM DIY.
Setelah dilakukan sosialisasi, banyak pedagang dan warga yang beralih ke penggunaan kanji.
Selain Elmawati, seorang kader keamanan pangan, Siti Nurhayati (50) menjelaskan penggunaan boraks dan kanji untuk campuran gendar. Boraks adonannya memang lebih mudah dibentuk. Berbeda dengan penggunaan tepung kanji yang butuh waktu untuk mengolah gendar.
"Kalau keawetannya memang lebih baik pakai tepung kanji, memang saat memipihkan atau membentuk adonan harus pakai tenaga lebih. Nah kalau pakai boraks kadang kan rasanya agak pahit dan getir," ujar dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Lambat Tangani Korban, Muhammadiyah Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional Sumatera
-
Kasus Korupsi Hibah Pariwisata Sleman, Dakwaan JPU Dinilai Belum Singgung Peran Harda Kiswaya
-
Kocak! Study Tour ke Kantor Polisi, Murid TK Ini Malah Diajarin Bentrok
-
Dakwaan Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Sleman Seret Nama Raudi Akmal
-
Bantuan dari BRI Telah Jangkau Lebih dari 70 Ribu Masyarakat Terdampak di Sumatera