SuaraJogja.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca ekstrem berupa hujan lebat masih akan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Berbagai upaya mitigasi sebagai langkah antisipasi perlu dilakukan oleh masyarakat.
Pakar Klimatologi UGM, Emilya Nurjani, mengatakan, ada sejumlah langkah yang bisa diambil masyarakat untuk mengantisipasi bencana akibat hujan lebat. Salah satunya dengan menerapkan teknologi rain water harvesting.
"Masyarakat dapat menerapkan teknologi rain water harvesting atau menampung air hujan yang jatuh di atap rumah lewat talang dan ditampung dalam penampungan air hujan," kata Emilya dalam keterangannya, Rabu (15/9/2021).
Lebih lanjut, Emilya menungkapkan bahwa nantinya air hasil tampungan itu bisa dimanfaatkan untuk simpanan air. Bahkan bisa juga masukkan kedalam sumur resapan untuk pengisian air tanah hingga keperluan mencuci dan mandi, maupun untuk kolam.
"Langkah tersebut bisa ditempuh untuk mengurangi air hujan yang terbuang menjadi air larian yang bisa menadi air genangan," tuturnya.
Upaya lain, kata Emilya yaitu dengan menebang cabang pohon yang sudah tinggi atau memangkas ujung-ujung pohon. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi angin kencang yang mungkin juga muncul berbarengan saat hujan lebat.
"Masyarakat di daerah pedesaan juga bisa membuat sumur resapan bersama atau biopori atau membersihkannya (bipori yang sudah ada) sehingga tebal air hujan yang ditampung bisa lebih banyak," terangnya.
Dosen Fakultas Geografi itu menyebut terdapat dua upaya mitigasi yang perlu diperhatikan ketika menghadapi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu mendatang. Upaya itu adalah mitigasi struktural dan non struktural.
"Mitigasi struktural merupakan langkah pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana," ucapnya.
Baca Juga: Ketua DPR Minta Pemerintah Lindungi Rakyat dari Potensi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
Emilya menjelaskan sejumlah upaya mitigasi struktural itu sudah seharusnya dapat dilakukan oleh masyarakat. Di antaranya membersihkan sampah yang ada di selokan, sungai maupun tubuh airnya.
Hal itu berguna untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan lebat melanda. Selain itu memperbaiki tanggul baik tanggul beton atau tanggul alam sungai juga perlu dilakukan.
Tujuannya agar debit air sungai yang sewaktu-waktu bertambah tidak meluap ke permukiman. Tak hanya tanggul, perbaikan pada pintu air bendung sebagai pengaliran ke saluran irigasi juga patut dilakukan.
"Ditambah dengan memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit. Selain itu juga membangun tebing tembok untuk mengurangi bahaya longsor di lereng-lereng yang berpotensi longsor,” ujarnya.
Selanjutnya untuk upaya mitigasi non struktural sendiri, kata Emilya, berada di sektor kebijakan atau peraturan tertentu. Caranya dengan sosialisasi kepada masyarakat terkait potensi bencana yang mungkin melanda dalam waktu dekat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai relawan, regulasi dan peraturan untuk mitigasi dan adaptasi bencana juga perlu untuk ditingkatkan lagi.
Emilya menjelaskan langkah-langkah yang harus disiapkan guna mengantisipasi bencana akibat hujan lebat. Aalah satunya bisa dari regulasi atau peraturan (SOP) yang menyangkut ketugasan terkait apa yang harus dilakukan dan di wilayah mana, termasuk dengan sumber pendanaan.
“Pemerintah perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi karena dengan peningkatan kapasitas maka risiko bencana akan berkurang,” tandasnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyatakan saat ini sudah memasuki musim pancaroba atau masa peralihan antara dua musim. Walaupun begitu musim hujan sendiri diprediksi baru akan terjadi di bulan Oktober mendatang.
"Untuk wilayah DIY sekarang sudah masuk pancaroba dan Oktober nanti DIY diprediksi kan mulai masuk awal musim hujan," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas.
Reni menjelaskan pada saat musim pancaroba sekarang ini memang intensitas hujan akan lebih sering terjadi dari sebelumnya. Selain itu potensi turun hujan pun akan merata di semua wilayah khususnya di DIY.
"Hampir semua wilayah DIY berpotensi hujan pada masa pancaroba ini," ujarnya.
Berita Terkait
-
Ketua DPR Minta Pemerintah Lindungi Rakyat dari Potensi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
-
Musim Pancaroba, Waspadai Dua Infeksi Jamur yang Rentan Terjadi Pada Bayi
-
Doa-doa Hujan Deras dan Dilindungi dari Bencana
-
Peringatan Cuaca Ekstrem di Jateng Hingga Besok, Ini Daftar Wilayahnya!
-
Doa Saat Hujan Deras untuk Memohon Agar Tidak Terjadi Bencana
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
-
Pelatih Persija Kasihan dengan Gerald Vanenburg, Soroti Situasi Timnas Indonesia U-23
-
Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Jadi Rp 2.042.000 per Gram
-
Video Lawas Nadiem Makarim Viral Lagi, Ngaku Lahir di Keluarga Anti Korupsi!
Terkini
-
Jogja Siap Bebas Sampah Sungai! 7 Penghadang Baru Segera Dipasang di 4 Sungai Strategis
-
Gunungan Bromo hingga Prajurit Perempuan Hadir, Ratusan Warga Ngalab Berkah Garebeg Maulud di Jogja
-
JPW Desak Polisi Segera Tangkap Pelaku Perusakan Sejumlah Pospol di Jogja
-
Berkah Long Weekend, Wisata Jip Merapi Kembali Melejit Meski Sempat Terimbas Isu Demonstrasi
-
Senjata Baru Taman Pintar Yogyakarta: T-Rex Anyar dan Zona Laut Imersif Demi Gaet Pengunjung