Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Jum'at, 17 September 2021 | 09:09 WIB
Suasana panen padi dengan sistem mina padi di Padukuhan Kanten, Kalurahan Kebonagung, Kapanewon Imogiri, Bantul. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Anggota DPR RI komisi VII Muhammad Gandung Pardiman bertekad untuk membuat desa-desa di Kabupaten Bantul punya inovasi. Hal itu terungkap kala dia melakukan kunjungan kerja ke Padukuhan Kanten, Kalurahan Kebonagung, Kapanewon Imogiri, Bantul. 

Oleh karena itu, DPR RI menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna merealisasikannya. Salah satu contoh desa yang menurutnya berinovasi di  sektor pertanian yaitu Kelompok Tani Sasana Catur. 

"Mereka berhasil mengembangkan budidaya tanam mina padi. Padi yang ditanam di sini berjenis Sidenuk yang merupakan hasil inovasi tim BRIN," kata Gandung pada Kamis (16/9/2021). 

Karena itu, ia akan mendorong daerah-daerah lainnya yang punya ekosistem mina padi akan dikembangkan karena hasil menjanjikan. Kata dia, yang penting ialah kelompok taninya rukun dan punya semangat untuk maju. 

Baca Juga: Idap Gangguan Jiwa, Pria di Bantul Aniaya Tetangga Pakai Gagang Pacul hingga Tewas

"Selaras dengan program desa inovasi maka kami akan membantu desa-desa. Sehingga bisa menumbuhkan kesejahteraan ekonomi bagi warga," ujarnya. 

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengapresiasi program desa inovasi, khususnya di bidang pertanian. Sebab, selama ini Kebonagung berhasil mengharumkan nama Bantul untuk menjadi percontohan pertanian bagi daerah lain. 

"Ini membantu mengangkat sektor pertanian di Bantul. Namun kendalanya adalah jumlah APBD Bantul yang terbatas," ujar dia. 

Dia menyebut jumlah APBD Bantul mencapai Rp 2 triliun. Kendati begitu, APBD harus dialokasikan ke berbagai program sehingga butuh dukungan dari pihak lain. 

"Ya salah satunya dukungan dari DPR RI seperti ini," jelasnya. 

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 di Bantul Diklaim Terus Menurun, Tinggal 680 Orang

Di kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Tani Sasana Catur, Wagiyana menjelaskan, keunggulan sistem tanam mina padi yaitu hanya perlu sekali pupuk setiap kali masa tanam. Menurutnya, dengan adanya kotoran dari hasil ikan yang diletakkan di sawah akan menjadi pupuk. 

"Jika dibanding memakai sistem tanam konvensional butuh tiga kali pupuk," papar Wagiyana. 

Adapun padi jenis Sidenuk ini ditanam di lahan seluas 9,1 hektare. Hasil panen padi sebanyak 1,2 ton. 

"Sebetulnya metode ini lebih mudah tapi memang petani itu belum familiar. Mereka juga baru yakin kalau sudah lihat hasilnya," katanya. 

Load More